webnovel

Selembar Surat Undangan

berbicara tentang luka, tiada yang lebih sakit melebihi sayatan pedang samurai yaitu luka batin, dengan patahan yang terus-terusan dan berulang di lakukan orang yang begitu dekat dengannya. Membuka dan menutup lagi sampai pada akhirnya berlepas kepada takdir dan mendekatkan diri kepada Penciptanya menjadi Salah satu pilihan. kiranya begitulah jeritan hati ela saat ini. saat itu di dalam mobil sambil menyanyikan lagu ''Surat undangan pernikahan itu ku genggam erat di tanganku, hanya do'a restu yang ku persembahkan semoga engkau bahagia'' sayup-sayup lagu Poppy Mercury terdengar dengan penuh sayatan, setiap lirik yang terdengar masuk menusuk celah-celah hati yang ada mengingat kenangan awal pertemuannya dengan ali kala itu. Hubungan yang berawal dari chat massenger Facebook membawa ali dan ela berlabuh dalam buaian asmara cinta. saling mengisi kekosongan hati, dan saling memegang komitmen dalam keseriusan. Pertemuan demi pertemuan telah terlewati, hubungan kian harmonis dalam balutan kasih sayang. seolah-olah tidak akan ada yang bisa memisahkan cinta keduanya. ''hari ini jalan yuk.'' ucap Ali. dengan penuh bahagia kegirangan Ela langsung mengiyakan. dalam pertemuan itu Ela membaca sebuah sms yang ada di Handphone pacarnya yaitu sebuah sms pinjaman uang 50 juta rupiah, jelas itu bukan nominal yang sedikit. mulai dari sana rasa curiga di lubuk hati Ela kian muncul, kepercayaan kian memudar dan pada akhirnya datang sebuah undangan Yang merubah seluruh hidup Ela. akankah Ela bisa melewati masa-masa terpuruk yang dikarenakan selembar Surat undangan dari kekasihnya itu? atau bahkan terpuruk dalam keadaan yang begitu melelahkan? nantikan terus kelanjutan ceritanya setiap episode demi episode di Surat Undangan ya. happy reading dear. jangan lupa tetep dukung penulis yaa agar semakin banyak ide yang menarik kalian ke dalam Novel.

Sena_Arruhman · Teen
Not enough ratings
16 Chs

Munculnya kecurigaan

Didalam percintaan yang terjalin antara ali dan ela tentu tidak selalu berjalan mulus di atas mahligai.

Pada malam minggu pertemuan mereka di pantai A membawa ela terjerumus ke dalam lubang kecurigaan. Dia menemukan sms banking transfer di handphone kekasihnya itu sejumlah 100juta rupiah. Kemudian dia melihat lagi sms pamannya bahwa dia sudah mentransfer uang sejumlah yang ali pinjam.

melihat kedua sms itu membuat ela sedikit curiga namun lebih memilih untuk terlihat biasa saja.

''Dek, kakak beruntung sekali bisa kenal sama adek'' ucap ali memecah keheningan.

''Kakak bisa aja, beruntung apanya coba?'' tanya ela penuh rasa ingin tahu.

Yah kadang wanita memang begitu, baru di puji dengan satu kalimat membuatnya seperti melambung dan malu tapi ingin tau apa hal yang membuat orang tertarik kepadanya.

''Adek itu mandiri, dewasa, bisa melakukan banyak hal. Kakak sangat beruntung dek'' kata ali menegaskan dengan serius.

Seperti berada di atas awan, ela sedikit melambung dan muncul rasa sombong dalam dirinya tetapi itu di tepiskan oleh rasa curiga melihat sms tadi. Dia tetap mencoba biasa, membalas dengan senyum ''ah, itu hanya sebatas penglihatan kakak saja. Semua tidak seperti yang kakak pikirkan, saya keras kepala dan kekanak-kanakan'' balas ela dengan rendah diri.

Terkadang wanita memang sulit di tebak, dia sebenarnya melambung karena pujian yang memang benar di rasakan seperti itu, tetapi di ganti dengan kalimat yang bisa saja menjatuhkan mental kekasihnya untuk menyukainya.

-----------------------------------------------------------------------

''Tapi apa yang kakak lihat sejauh ini memang begitu adanya. Itu yang kakak sukai dari adek, rendah diri tanpa meninggikan diri, apa adanya, selalu mengisi kekurangan kakak, apalagi selalu ada saat kakak tidak ada'' ucap ali dengan meyakinkan kekasihnya itu.

''Adek inget pas kakak gak ada uang buat bayar makanan, saat itu adek yang bayarin. Terus, apa adek inget saat kakak gak ada uang kecil buat bayar parkir. Saat itu juga adek yang bayarin. Sejauh ini, itu yang membuat kakak sayang sama adek. Saling mengisi, selalu ada, dan paling penting selalu saling mengerti'' kata ali lebih meyakinkan.

---------------------------------------------------------------------------

Mendengar kata-kata tersebut, ela melambung dalam diam. Dia tersenyum, menatap mata kekasihnya dengan penuh makna sambil sesekali bertanya dalam hati

''apa dia benar-benar mencintaiku?, akankah dia bersamaku dan tidak akan meninggalkanku'' gumamnya dalam hati.

Tetapi, semakin pertanyaan itu muncul, semakin banyak kemungkinan-kemungkinan yang muncul dan semakin membuat ela ragu. ''Apa dia akan menikah dengan mantannya?''. Gumam ela dalam hati sambil berpikir.

Ela lelah dalam rasa curiga. Dengan perlahan dia mulai mengontrol hati dan pikirannya agar tidak merusak suasana. Setelah stabil ia memulai pembicaraan sambil sesekali melihat jam di Hpnya.

''Kak besok mau liburan kemana?'' Tanya ela memecah keheningan.

''Enggak kemana-mana dek, paling ke kos temen numpang istirahat'' Jawab ali.

''Ohhhh, sekarang kita pulang jam berapa?''. Tanya ela lagi, agar keheningan tidak terjadi. Walau sebenarnya banyak pembicaraan serius yang harus di bicarakan, tetapi ela memilih diam karena takut akan merusak suasana.

''Sebentar lagi dek ya, kan batas keluarnya adek sampe jam 10 malam. Sekarang habiskan minumnya adek dulu yaa terus kita langsung pulang'' ucap ali dengan tenang sambil mendorong es campur ke depan kekasihnya.

Sesekali dalam berbagai canda dan tawa sambil melihat laut dan hamparan bintang di langit. Ali memegang tangan kekasihnya seperti orang yang takut kehilangan.

Tetapi di sisi lain, hati ela sangat curiga saat ini. Sampai pada saat mereka pulang dan mengendarai motor, ela memberanikan diri bertanya.

''Kak. apa kakak akan menikah?'' tanya ela dengan yakin.

''Enggak dek, sama siapa kakak bakalan nikah?'' jawab ali dengan nada sedikit ragu tetapi mencoba meyakinkan kekasihnya itu.

''Sama mantannya kakak'' jawab ela singkat dengan nada semakin yakin. Karena seperti kata pepatah bahwa perasaan wanita itu peka, kebanyakan bener daripada enggaknya.

''Enggak kok dek. Kan besok nikahnya sama adek'' ali mencoba meyakinkan kekasihnya. Sesampainya di depan gerbang kos, ali berpamitan pulang dan meminta pacarnya untuk beristirahat, jangan berpikiran macam-macam.

Tetapi ela yang penuh penasaran bertanya berulang-ulang dengan pertanyaan yang sama dan selalu mendapat jawaban yang sama juga. Sampai pada akhirnya, ela lebih memilih mengalah dalam keraguan dan rasa curiga terhadap kekasihnya kemudian masuk ke kos dengan berpamitan.

''Aku yakin, kayaknya dia bakalan nikah sama mantannya deh'' celoteh ela dalam hati semakin yakin, tetapi ia mencoba menepisnya.

Sekuat-kuatnya ela menghilangkan pikiran negatif itu dia tidak bisa, kemudian tanpa sadar dia tertidur dengan rasa penuh curiga dan ketidak puasan karena belum menemukan jawaban sebenarnya.