webnovel

Tidak ingin sekolah

Mirna melihat Gia pulang dengan basah kuyup dia khawatir apa yang sebenarnya terjadi pada Gia.

Mirna:"Gia sayang....kamu kenapa Nak?" ujar Mirna yang mendekati Gia yang masih di depan pintu.

Gia hanya nangis memeluk ibunya.

Mirna:"Kamu kenapa Gia?" ujar Mirna yang bertanya kepada Gia.

Gia:"Ibuuuu.....hidupku sudah tidak ada arti lagi bu....." ujar Gia pada ibunya yang masih menangis dan melepaskan pelukan ibunya.

Mirna:"Ini salah ibu ya Gia?, ibu minta maaf ya" ujar ibunya dengan raut wajah sedih juga.

Gia:"Ibu Erol bu...Erol meninggal....." ujar Gia yang masih menangis tersedu-sedu.

Mirna:"Temen kamu yang selalu menolong kamu itu Gia?" ujar ibunya yang juga mengenai Erol.

Gia hanya mengangguk dan menangis di pelukan ibunya.

Hari demi hari Gia enggan ke sekolah karena masih trauma dengan kematian Erol di belakang sekolah.Sekolah begitu banyak kenangan antara Gia dan Erol bukan karena Gia malas akan tetapi batinnya belum siap pergi ke sekolah ibunya Gia sangat mengerti bahwa anaknya itu sedang terpukul maka dari itu, ibunya mencoba memberi semangat untuk Gia.

Gia terus mengingat dimana Gia saat itu sedang mengeluh karena ibunya sakit tidak bisa kerja tapi kebutuhan hidupnya sangat kekurangan di sebuah kursi di taman sekolah.

Erol:"Gia kamu kenapa merengut seperti itu" ujar Erol yang menghampiri Gia yang sedang merenggut.

Gia:"Er aku tu binggung, ibu aku sakit udah beberapa minggu." ujar Gia yang sedang cemberut.

Erol:"Emangnya ibu kamu sakit apa?" ujar Erol yang bertanya-tanya.

Gia:"Aku tidak tau Er ibu sakit apa." ujar Gia yang mengalihkan perhatian nya kepada Erol.

Erol:"Kamu kok tidak tau. Ibu kamu udah di bawa ke dokter?" ujar Erol yang bertanya pada Gia.

Gia:"Emmmmm..." ujar Gia yang mulai binggung harus jawab apa.

Erol:"Kenapa?" ujar Erol yang bertanya kepada Gia lagi.

Gia:"Emmmmm, Sebenarnya aku enggak punya uang untuk bawa ibu ke dokter." jawab Gia pada Erol dengan malu-malu.

Erol:"Kenapa kamu enggak bilang sama aku Gi, aku bisa bantu kamu." ujar Erol yang menatap dalam Gia teman nya itu.

Gia:"Gue udah banyak ngerepotin kamu Er aku takutnya enggak bisa balas semua kebaikan kamu." ujar Gia dengan malu-malu pada Erol.

Erol:"Kamu kayak dengan siapa aja Gi.Aku sayang sama kamu Gia saat kamu kesulitan jangan ragu minta bantuan aku." ujar Erol yang tersenyum pada Gia yang menatap nya.

Gia:"Er aku mau cari uang sendiri agar aku tidak selalu merepotkan kamu." ujar Gia pada Erol yang tersenyum kepada.

Erol:"Kerja?" ujar Erol yang mengulang kata-kata Gia.

Gia:"Iya soalnya uangnya nanti untuk aku bantu keuangan ibu." ujar Gia yang tersenyum kepada Erol.

Erol:"Okey, aku akan berusaha carikan pekerjaan untukmu Gia karena aku sayang padamu." ujar Erol yang membalas senyuman Gia.

Gia:"Serius?" ujar Gia yang senang bukan main.

Erol:"Yeah" ujar Erol yang langsung mengalihkan perhatian nya dari Gia.

Gia:"Makasih banyak Er aku sayang pada teman baikku satu ini" ujar Gia yang senang refleks memeluk Erol.

Erol saat itu senang karena di peluk oleh Gia.Setelah beberapa Erol benar-benar mencarikan pekerjaan untuk Gia kesana-kemari.Untungnya Erol punya banyak teman sehingga setelah mencari pekerjaan beberapa hari pekerjaan untuk Gia telah ketemu.

Pagi hari sebelum sekolah dimulai Erol telah berada di meja Gia.

Gia:"Jadi aku sudah bisa kerja hari ini?" ujar Gia yang senang bukan main.

Erol:"Iya nanti gue anter ya Gia." ujar Erol yang berniat mengantar Gia ke tempat kerja.

Gia:"Kenapa aku jadi deg-degan ya Er Bagaimana kalau aku tidak bisa melakukannya?" ujar Gia yang berpikir-pikir.

Erol:"Aku yakin Gia pasti kamu bisa.Pekerjaannya mudah kamu nanti diajakan juga cara buat kopi disana" ujar Erol yang menyemangati Gia.

Gia:"Makasih banyak loh Er aku berhutang Budi padamu nanti gaji pertama aku, bagaimana kalau aku teraktir kamu makan martabak?" ujar Gia yang tersenyum pada Erol.

Erol:"Kamu lucu ya Gia" ujar Erol yang tertawa.

Gia:"Kenapa apakah aku salah ngomong?" ujar Gia dengan wajah yang bertanya-tanya.

Erol:"Aku enggak perlu ditraktir oleh kamu Gi aku bisa beli bahkan dengan gerobaknya" ujar Erol yang tertawa.

Gia:"Aku tau Er kamu kaya, tapi aku pengen traktir kamu 1 kali aja.... setidaknya itu bisa membuat aku senang." ujar Gia yang tersenyum kepada Erol.

Erol:"Iya iya aku mau nanti di traktir sama kamu makan martabak tapi tempat biasa kita makan bersama ya," ujar Erol yang membalas senyuman Gia yang mengusap puncak kepala Gia.

Bel sekolah berbunyi pertanda pelajaran akan dimulai dan semua siswa telihat fokus dengan pelajaran nya.

Dikamar Gia

Gia terus saya duduk di meja belajarnya melihat-lihat isi ponselnya yang dipenuhi kenangan nya dengan Erol.

Gia:"Er selamanya kamu akan tetap jadi Er terbaik buat aku" ujar Gia yang meneteskan air matanya.

Gia baru ingat bahwa hari ini dia harus kerja maka dari itu dia segera dengan cepat bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke kamar mandi.

Di Cafe

Gia terlihat fokus membuat kopi karena terlihat cafe nya sedang ramai.Seorang perempuan manis bernama Lisa adalah teman Gia ditempat kerja menurut Gia Lisa sangat sefrekuensi dengan Gia karena mereka sering cerita bersama.

Lisa:"Gia bagaimana kabarmu?" ujar Lisa yang mengejutkan Gia yang sedang buat kopi.

Gia:"Aku baik kok Lis, bagaimana denganmu?" ujar Gia yang balik bertanya pada Lisa yang tersenyum dihadapannya.

Lisa:"Aku baik juga" jawab Lisa pada Gia dan hanya melihat Gia.

Lisa:"Kamu belum juga mau sekolah Gi?" ujar Lisa yang bertanya pada Gia yang fokus dengan pekerjaannya.

Gia:"Aku enggak kuat Lis aku takut sekolah" jawab Gia yang menghentikan pekerjaannya.

Lisa:"Takut?" ujar Lisa yang bertanya-tanya serta menggerutukan dahinya.

Gia:"Sekolah terlalu kejam buat aku Lis aku takut di bully lagi dan..." ujar Gia yang enggan melanjutkan pembicaraannya.

Lisa:"Tapi bagaimana Gia kamu harus lulus dari sekolah.Kamu anak yang pintar kenapa harus tidak mau sekolah lagi?" ujar Lisa yang memberi nasihat pada Gia.

Gia:"Iya Lis makasih ya... nanti aku akan pikirkan lagi" ujar Gia pada Lisa yang masih memperhatikan nya.

Lisa:"Kalau Erol disini pasti dia sedih liat kamu terus sedih gini" ujar Lisa pada Gia sehingga membuat Gia jadi merasa sedikit sedih bisa terlihat dari raut wajahnya.

Gia hanya diam dan melanjutkan membuat kopi yang tadi sempat tertunda.