"Hei, perhatikan caramu mengemudi!" Jessica mengeluh.
"Mengapa harus dia yang melakukan itu?" Maksud Hans menjemput dan mengatar Jessica. Hans jelas menentang ide bahwa Jessica akan dijemput dan diantar oleh sekretaris baru nanti.
"Kau membuat aku terbiasa dan aku tidak ingin mengeluarkan biaya lain untuk supir pribadi. Aku bisa menggunakan sekretarisku sendiri, jadi kenapa tidak?"
"Jika kau terlalu takut untuk mengeluarkan uang, aku yang akan melakukanya. Aku akan mencari supir untuk menjemput dan mengantarmu."
"Bicara seolah kau sesuatu, jika aku memang membutuhkan seorang supir kakekku telah lama menawarkannya dan tidak perlu bagimu untuk mengeluarkan uang seperser pun."
Mendengar wanita itu berbicara, Hans kadang mendapati jalan buntu untuk melawannya.
"Atau aku punya ide lain yang mungkin lebih menarik. Jika kau tidak setuju aku menggunakan sekretarisku sendiri sebagai supir pribadi maka aku bisa menelepon sesorang untuk menjemput dan mengantarku setiap hari.
Ah, aku ingat pria muda dari perusahaan software itu. Dia cukup tampan dan mobilnya sport keluaran terbaru, pasti menyenangkan bila aku bisa menumpang padanya pagi atau malam."
Jessica benar-benar memancing Hans dengan cara yang kejam. Memikirkkannya saja membuat Hans kesal sampai ubun-ubunya berasap.
Dia tidak pergi sejauh ini dengan rencananya untuk membiarkan wanita itu bertindak sesuka hatinya. Akhirnya Hans mengalah pada wanita itu.
***
Pagi itu Hans menjemput Jessica menurunkan wanita itu didepan gedung perusahaan. "Aku akan menyelesaikannya sebelum makan siang," kata Hans.
Lagi-lagi Hans masih harus berkutat dengan pekerjan-pekerjaan yang membuatnya menjauh dari Jessica. Seolah Jessica sengaja menempatnya sejauh mungkin dari sisinya.
"Kau punya banyak waktu, tidak perlu terburu-buru. Sekretaris baru akan ada dikantorku hari ini." Jessica berbalik pergi masuk kedalam
perusahaan.
Justru itu yang membuat Hans tidak bisa dengan tenang bekerja diluar sementara dikantornya ada pria asing bersama Jessica.
Hans ingin melihat bagaimana sekretaris baru itu bereaksi disekitar Jessica.
Hans khawatir pria itu lansung jatuh pada pesona wanita itu.
Hans masuk ke mobilnya berkendara dengan cepat, ia harus sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaannya.
***
Pagi itu seorang pria dengan kemeja putih bersih dan dasi hitam masuk ke ruangan Tuan Surya.
"Kemari, silahkan duduk!" Tuan Surya menyambutnya dengan hangat.
Tuan Surya memberikan pria itu ucapan selamat, kata-kata nasihat dan petuah-petuan penting mengenai pekerjaan baru pria itu – seorang sekretaris president direktur.
Tuan Surya mengeluarkan kontrak kerja dari lacinya, masih agak ragu mengingat pertentangan yang datang melawan pria itu sebelumnya akhirnya ia bisa ada disini. Tuan Surya memutuskan untuk membawa pria itu terlebih dahulu ke ruangan Jessica sebelum menandatangi kontrak kerjanya.
Jadi disanalah mereka, didalam lift menuju lantai teratas perusahaan.
Pintu lift terbuka Tuan Surya melangkah menuju ruangan Jessica dengan pria baru itu mengikutinya. Tuan Surya tampak lebih gugup dari pada si sekretaris baru itu. Ketika mereka berbelok, Tuan Surya sudah siap jika terjadi perkelahian atau sesuatu sejenisnya, tetapi apa yang ditakutkannya itu segera tertelan saat menemukan kursi kosong milik Hans.
Hans tidak ada ditempatnya dan melewatkan kempatan ini. Tuan Surya menghela napasnya, pintu ruangan Jessica ada didepannya. Ia mengetuk tiga kali sebelum berani membukanya.
Satu hal lain lagi yang harus ia waspadai, jika perkataan Hans benar wanita didalam itu mungkin akan langsung menendang pria dibelakangnya itu. Jadi ia meminta pria itu untuk menunggu sebentar dan akan memanggilnya masuk.
Pria itu ditinggalkan oleh Tuan Surya yang masuk ke dalam ruangan. Ia melirik ruangan sekitarnya, matanya terus melekat pada meja yang barusan dilewatinya. Tahu kalau itu akan menjadi mejanya sebentar lagi.
Tidak pernah terlintas bahkan di mimpinya bahwa ia bisa mendapatkan jabatan seperti ini. Pria itu merasa bersyukur bahwa wawancara sebelumnya ia nyatakan gagal, atau mungkin hari ini ia hanya akan menjadi seorang manager kecil alih-alih sekretaris seorang president direktur.
Dia telah mendengar kalau atasanya adalah seorang wanita muda yang cukup menarik. Beberapa orang yang ditemuinya saat seleksi secara terang-terangan mengatakan kalau motivasi mereka melamar karena mengincar calon bos mereka. Hal-hal ini membuatnya bersemangat untuk segera meneken kontrak kerjanya.
"Jonatan, masuklah!" Tuan Surya memanggil pria itu masuk ke ruangan Jessica.
Pria yang dipanggil Jonatan itu masuk ke ruangan calon bosnya.
Sebelumnya Tuan Surya telah memperlihakan profil Jonatan dan kontraknya pada Jessica. Tuan Surya mengamati kalau-kalau Jessica benar mengenali Jonatan dengan foto atau namanya.
Tapi senyuman indah Jessica saat melihat CV milik Jonatan mematahkan semua kekhawatiran Tuan Surya.
Hans telah berbicara omong kosong, jika Jessica dan pria itu memang telah bermasalah sebelumnya, seperti kata Hans wanita itu mungkin segera mengenalinya dan tidak akan membiarkan Jonatan melangkah masuk ke kantornya.
Tuan Surya cukup percaya diri saat memanggil Jonatan masuk. "Dia Jonatan Pratama sekretaris baru yang akan menggantikan Hans." Surya memperkenalkan pria bernama Jonatan itu.
Jonatan segera menunduk penuh hormat pada wanita yang duduk di kursi besar dalam ruangan itu. Saat menegakan badannya kembali Jonatan merasa jantungnya hampir melompat keluar.
Senyuman indah wanita itu menyambut matanya. Apa yang orang-orang katakan itu benar adanya. Mungkinkah ia telah terpesona? Atau memang hal lain yang muncul dikepalanya, "apa kita pernah bertemu sebelumnya?" pertanyaan itu keluar lancar dari mulut Jonatan.
Tuan Surya berdiri gugup disamping Jonatan, apakah Jonatan berhasil mengenali Jessica sebagai musuhnya?
Kekhawatiran itu kembali muncul ke permuakaan.
Jessica tertawa, pertanyaan seperti itu membuatnya mual, "apa kau mencoba menggodaku?" tatapannya pada pria itu menjadi sedikit aneh.
Sekretaris baru itu menggoda Jessica pada kesempatan pertamanya, yang benar saja.
"Ah, kurasa tidak, mohon maaf atas kelancanganku ini, Nona." Jonatan menunduk sekali lagi, menyesali perbuatannya.
Tuan Surya benar-benar dibuat ketar ketir oleh orang-orang muda itu, seolah mereka mempermainkannya. Setelah berbincang sebentar akhirnya Jessica mengeluarkan kontra kerja dan meminta Jonatan membacanya terlebih dahulu.
Jonatan membaca kontrak itu dengan cermat. Pekerjaannya bisa dibilang cukup banyak, dengan beberapa hal kompleks yang masih harus ia pelajari tapi sejauh ini nilai pada kontrak itu benar-benar membuatnya tergiur.
"Kau akan menjadi sekretaris sekaligus asistenku, kau juga harus mengemudi untukku." Jessica merangkum isi kontrak itu.
Jonatan memastikan kontra itu lagi, agak keberatan di beberapa poin tapi merasa ia masih bisa mengatasinya. Diatas segalanya ia benar-benar butuh pekerjaan ini, jadi tanpa banyak pertimbangan lagi Jonatan menanda tangani kontra kerja itu.
Jessica menjabat tangan Jonatan, dengan ini Jonatan resmi menjadi sekretarisnya.
Jessica merasa puas dengan temuannya, pria dihadapannya itu telah sesuai dengan keinginannya. Tampan dan punya kompetensi. Dia hanya tinggal mengasahnya sedikit dan dengan segera akan mendapat sosok lain Hans disisinya.
Mohon maaf karena aku begitu terburu-buru,
beberapa kesalahan belum kuperbaiki.
19 September 2019