webnovel

Sejarah Kesuksesan Pendidikan Hasan Di Pesantren

Hasan adalah putra dari keluarga yang berlatarbelakang alumni pesantren, dia seorang yang berkepribadian ulet dalam memegang pendapat yang menjadi keyakinan dan keinginannya. Paras wajah Hasan pun terbilang dapat menarik simpati orang lain terutama para gadis, sikap tanggung jawab, rendah hati menghiasi diri, sehingga tidak sedikit wanita yang jatuh hati padanya, seperti misalnya Aurel (kekasih terakhir Hasan di masa bangku MTs) dia tak kalah cantik dengan gadis lainnya, Bunga Desa mungkin sebutan yang pantas baginya. Akan tetapi, Orang tua Hasan mempunyai keinginan yang kuat yaitu jika Hasan nanti selesai pendidikan MTsnya akan di masukkan pesantren, agar mempunyai pedoman dalam menjalani kehidupan. Sudah pasti sebagai lulusan pesantren menginginkan anak-anaknya juga bisa meneruskan perjuangan Orang tuanya, Inilah sikap kegigihan Ayahnya dalam mendidik Anaknya. Di sinilah Izan teman seperjuangan yang selalu memberi dukungan, motivasi dan nasihat bijak pada Hasan agar mengikuti keinginan Orang tuanya. Bagaimana kisahnya? Akankah Hasan mengikuti keinginan Orang Tuanya? Bagaimana nasib Aurel? lalu Motivasi, Dukungan dan Nasihat Apa yang digunakan Izan dalam meluluhkan hati Hasan? ikuti keseruan kisahnya hanya di sini. "Sejarah Kesuksesan Pendidikan Hasan Di Pesantren"

Alhadi240891 · History
Not enough ratings
184 Chs

Gelombang Menerjang Kehidupan Hasan Part 2

Dikisahkan sebelumnya Hasan diajak Izan teman baiknya di pantai Blimbingsari untuk menemui seseorang. Dan kisahnya berlanjut.

Waktu menunjukkan pukul 11.30 wib cuaca terasa panas membuat tenggorokan menjadi sangat dahaga, juga waktu makan siang sudah tiba membuat perut keroncongan di tambah aroma ikan bakar yang menggoda, saat mereka duduk-duduk sambil menunggu ikan bakar siap saji, tiba-tiba datang seseorang yang berpakaian serba hitam menghampirinya, dan duduk di dekat mereka.

"Brow, Bagaimana kabarnya?" tanya seseorang itu pada Izan sang sedang meminum Es kelapa muda bercampur susu kental manis.

"Alhamdulillah, baik akhi kamu sendiri bagaimana kabarnya, lama tidak terlihat kemans saja?" tanya balik Izan pada shobatnya.

"Eh, omong-omong ini mau minum apa Akhi?" imbuhnya.

"Terserah sudah, sama juga boleh, kalau kabarku juga Alhamdulillah baik," sahut Sholhibnya.

"Itu siapa?" imbuhnya sambil memandang kearahnya Hasan, Dan Hasan pun terlihat tersenyum tipis padanya.

"Oh ini, temen saya," sahut Izan sambil memegang bahu Hasan.

"Perkenalkan nama saya Hasan, temen Izan! senang bertemu denganmu," tutur Hasan memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, seseorang itupun membalas menngulurkan tangannya dan berjabat tangan.

"Oh ya, Hasan ya! perkenalkan nama saya Rudi juga temen Izan, sudah lama tak bertemu dia hampir 5 tahunan kira-kira," tutur Rudi yang terlihat seperti melihat sesuatu pada diri Hasan.

tetapi tidak berani bercerita.

"Senang bertemu dengan mu," imbuhnya.

"Izan selama ini apa kegiatanmu," tanya Rudi sambil minum es Degan yang baru dipesannya.

"Tidak ada, biasa bantu-bantu Orang tua kalau kamu sendiri apa kegiatan sehari-harimu," tanya Izan padanya sambil menikmati ikan bakar pedas.

"Yah gitulah kamu tahu sendiri apa profisiku, membantu orang-orang yang lagi sakit, ya kadang-kadang juga keliling desa mencari orang sakit untuk saya obati," tutur Rudi tak kalah lahabnya menikmati ikan bakar itu.

Ditengah tengah mereka makan terdengar keributan orang-orang pada lari keluar dari warung makan, Izan yang melihat kejadian itu tak tunggu lama dia mencari informasi mengaoa orang-orang pada lari-lari.

"Bapak, ada apa itu orang-orang pada lari-lari?" tanya Izan pada salah satu penjaga warung situ yang terlihat membereskan jualannya.

"Itu air laut," sahut Penjaga warung itu terlihat ketakutan.

"Sudah ya, saya mau pergi juga sebaiknya kamu juga pergi dari sini lihat tuh air lautnya.

Izan yang mendengar penjelasan itu, langsung menoleh kearah air laut, dan benar gelombang air laut menjadi besar dan angin tiba-tiba menjadi besar.

Mereka pun juga pergi karena melihat air laut yang seperti itu, kira-kira berlari 10 meter dengan sepeda motornya, air setinggi 4 meter menghantam pantai Blimbingsari toko-toko mereka di terjang gelombang air laut menjadi berantakan, syukurnya kejadian ini tidak hanya sekali saja jadi orang-orang yang berada di daerah itu tidak panik tetap nyantai. Dan syukur tidak ada korban jiwa.

Hasan yang melihat kejadian itu hanya bisa mengelus dada di atas kendaraan sepeda motornya, melaju dengan cepat karena kurangnya hati-hati dari arah depan ada mobil Avanza warna hitam melaju dengan cepat, saat berpapasan hampir saja terjadi insiden yang tidak diinginkan, Mobil tersebut hampir menyerempet sepeda motor mereka, sehingga sepeda motor mereka terjatuh dari jalan raya, untung saja Izan cepat-cepat mengeremnya dan Roda depannya hampir menabrak pobon di pinggir jalan.

"Izan! Hati-hati kalau bawa sepeda hampir saja kita celaka, apa kamu mengantuk?" tanya Hasan yang terlihat khawatir terjadi ulang.

"Hmm ... tidak sih kalau mengantuk, cuma teringat tadi di pantai ada gelombang tinggi, jadi kurang konsentrasi," tutur Izan sambil tetap mengendarahi sepeda motornya.

"Ya udah hati-hati, kamu ini kalau mengantuk bilang saja tidak apa-apa kita istirahat dulu di masjid toh ini sudah masuk waktu sholat dhuhur," ungkap Hasan terlihat kedua tangannya memegang pinggang Izan.

Tak lama kemudia mereka tiba di sebuah Masjid Ar-Rohmah, dan selanjutnya istirahat dan sholat dhuhur di Masjid itu, setelah sholat dhuhur rupanya mereka tidak langsung pulang tetapi masih tidur-tiduran di keramik masjid tepatnya di serambi Masjid yang berwarna putih.

Allahu Akbar Allahu Akbar

Nada dering Android Hasan berbunyi, Hasan pun mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum, Apa benar ini Hasan? tanya penelpon yang tidak menyebutkan namanya.

"Iya benar ini Hasan, maaf ini siapa ya? Dan Ada apa menelpon saya, mungkin ada yang bisa saya bantu, " tutur Hasan di dalam serambi masjid terlihat membaringkan tubuhnya di lantai.

"Ini saya Karso, mau mengabari Hasan kalau kakekmu meninggal dunia, coba kasih tahu Orang tuamu, saya hubungin tidak bisa terhubung," ungkap Karso si penelpon itu.

"Itu saja yang bisa saya sampaikan, seceepatnya ya Orang tua di beri kabar," imbuhnya.

"Ya udah cukup sekian, Assalamu'alaikum," pungkasnya.

Hasan yang mendengar penjelasan itu tiba-tiba hatinya menjadi sesak tak bisa berbicara lagi, hanya air mata yang menderai terjatuh dari kedua bola mata indahnya sesekali dia menahan agar tidak menangis tetapi tidak bisa menahannya dan dia berkata di dalam hatinya, "Kakek kemaren saja baru memberi nasihat saya agar ke pesantren sekarang, rasanya ...!"

Izan yang mendengar percakapan itu segera mendekatinya dan berkata, "Sabar Ya Mas, memang sudah tiba waktunya Kakek Mas meninggal dunia, semoga amal baiknya diterima oleh Allah, dan dihapus/diampuni segala kesalahannya."

"Amiin, Terimakasih do'anya udah mari kita langsung pulang saja, masih kuatkan berkendara?" tanya Hasan sambil berdiri bergegas menghampiri sepedanya dan selanjutnya meluncur tak lama mereka tak terlihat kembali.

Hampir 40 menit mereka berkendara akhirnya sampai juga di Rumahnya.

Izan setelah mengantarkan Hasan di rumahnya tidak lama-lama langsung pergi dan melesat.

"Assalmamu'alaikum," sapa Hasan pada Orang tuanya.

"Wa'alaikumsalam, sudah pulang San?, Gek dari mana saja ini, Bapak kok tidak di Ajak," jawab Agahnya yang terlihat becanda pada Hasan.

"Ibu ada?" tanya Hasan.

"Ibu tidak ada, masih di toko beli sesuatu," jawab Ayahnya.

"Yah! sudah tahu belum, kalau Kakeh baru saja meninggal dunia," tanya Hasan terlihat kedua matanya berkaca-kaca.

"Innaa Lillahi Wainnaa Ilaihi raajiun, belum San, dari mana kamu tahu kabar itu," tutur Ayahnya.

"Ya udah mari kita bersiap-siap kita bergi kesana, ini tadi dari Bapak Karso katanya suruh memberi tahu Ayah kalau Kakek sudah meninggal," ungkap Hasan sambil mencium tangannya Ayah.

Tak lama kemudian Ibunya tiba yang terlihat kebingungan mengapa kedua bola mata Hasan berkaca-kaca dan jatuhlah tetesan air mata.

"Ibu! Hasan sedih Bu, Kakek baru saja meninggal dunia, ini rencananya mau kesana," tutur Hasan yang mencium tangan Ibunya.

"Ya udah, mari kita berangkat sekarang," ajak Ibunya.

Nah bagaimana kisah kelanjutannya

Apakah yang sebenarnya terjadi menimpa kakeknya Hasan?

Bagaimana pula keputusan Hasan untuk melanjutkan di pesantren karena Kakeknya meninggal.

Jangan lupa ikuti kisah selanjutnya hanya di sini.