webnovel

Chapter VI

Suasana ruangan itu terasa menegangkan walau tak ada perbincangan di antara mereka. Pai masih dengan kaku duduk di sofa coklat itu dengan tangan berada di atas pahanya, sikap tenang tetapi tidak dengan detak jantungnya yang seakan-akan ingin meloncat keluar. Benar-benar.

Di hadapannya sudah duduk seorang wanita yang tampak elegan tetapi berbahaya menurutnya. Aura wanita itu membuat Pai harus berhati-hati dalam memilah kalimat yang akan keluar dari mulutnya itu. Benar kata Fadel, 'Perhatikan sikapmu dan ajukan pertanyaanmu dengan baik jika ingin mendapatkan jawabannya.' dan seketika ia berimajinasi untuk menabrakkan kepalanya pada dinding karena kebodohannya tadi itu.

"Se-selamat si-siang. Sa-saya Aliya Paize Samudra, a-anak dari Dewantara Samudra dan Ira Andriani." ucap Pai dengan tergagap karena gugup juga takut. Entah takut karena apa, tetapi kehadiran wanita dihadapannya itulah yang memicu semua alarm tanpa waspadanya.

"Kau tau kenapa orang-orangku menjemputmu dan membawamu kemari?" tanya wanita itu dengan sangat tenang.

"Ka-karena aku ha-harus bertemu dengan orang tua kan-kandungku?" kata Pai dengan sedikit keraguan.

"Kau menjawab pertanyaanku atau berbalik bertanya padaku?" tanya wanita itu lagi yang membuat rasa gugup Pai berkumpul di dalam perutnya dan menyebabkan mulas.

"Karena aku harus bertemu dengan orang tua kandungku, nyonya." jawab Pai setelah beberapa saat ia mengumpulkan keberaniannya untuk menjawab pertanyaan wanita yang duduk dengan elegan di hadapannya itu.

"Dan kau tau siapa orang tua kandungmu itu?" tanya wanita itu lagi yang hanya mendapatkan respon gelengan kepala dari Pai tanpa sadar.

"Fadel." kata wanita itu pada Fadel yang berdiri disampingnya, "Pergilah dan urus segala sesuatunya. Biar aku yang urus disini." ucapnya lagi yang langsung dilaksanakan oleh Fadel. Sebelum ia beranjak keluar ruangan itu, Fadel sempat melirik ke arah Pai dengan diikuti anggukkan padanya untuk Pai jangan takut. Berbeda dengan Fadel yang melenggang pergi, Pai benar-benar seperti cacing kepanasan karena ia ingin ikut dengan Fadel daripada harus berduaan dengan wanita yang ia sendiri tidak tau siapa dan akan diapakan dirinya disitu.

"Tenanglah dan jaga sikapmu." ucapan singkat itu mampu membuat Pai diam seperti robot.

****

Di tempat lain,

"Ponsel Al kagak aktif, dia kemana sih?"

Sahabat-sahabat Pai, Lisa dan Amel, sekarang berada di sekitar rumah Pai karena sahabat mereka yang satu itu tidak muncul-muncul juga setelah kelulusan sekolah. Bukan hanya itu tetapi ponselnya tidak aktif beberapa hari dan juga setiap mereka ke rumahnya, tante Tasya selalu mengatakan jika Pai tidak ada di rumah.

Kali ini mereka akan ke rumah Pai lagi dan benar-benar ingin bertemu dengan sahabatnya itu. Bukan apa-apa, mereka sangat khawatir dengan kondisi Pai, mereka tau jika Pai masih dalam masa berkabung untuk orang tuanya dan sebagai sahabat mereka ingin berada di sampingnya. Bukan hanya itu, tetapi mereka juga harus mempersiapkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi dan mereka sudah berjanji jauh-jauh hari jika mereka akan mendaftar di kampus yang sama. Jadi, mereka harus menemui sahabatnya itu dan membantunya.

TING TONG

Setelah beberapa saat mereka memencet bel rumah Pai, akhirnya tante Tasya datang membukakan pintunya dan mempersilahkan mereka berdua untuk masuk walaupun begitu, Amel sempat melihat perubahan raut wajah tante Tasya yang terkejut sesaat sebelum dia mengubahnya lagi seperti biasa. Aneh.

"Tan, si Al ada gak?" tanya Lisa yang sudah duduk di ruang tamu.

"Ah itu," tante Tasya sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan dari Lisa dan itu semakin membuat Amel merasa ada yang tidak beres disini.

"Tan, kenapa Al pergi?" tanya Amel dengan tenang, pertanyaan itu adalah pancingannya dan benar, raut wajah terkejut tante Tasya menjawab firasatnya.

"Per-pergi gimana? Pai lagi ke rumah tantenya yang lain di Bandung." sanggah tante Tasya tetapi itu tidak membuat Amel menyerah, sedangkan Lisa hanya diam saat mendengarkan pertanyaan Amel.

"Tan, Al pergi kemana? Sahabat aku pergi kemana, tan?" tanya Amel dengan suara pelan yang sengaja dibuat lebih nelangsa. Ia tau jika tante Tasya sangat menyayangi Pai jadi ia akan merasa tidak tega jika terjadi sesuatu pada keponakannya itu.

"Dia.. dia pergi untuk bertemu dengan orang tua kandungnya." jawab tante Tasya pada akhirnya.

"Woah.. Dimana dia sekarang tan? Kita bakal susul dia, sekalian biar tau orang tua aslinya juga." kata Lisa dengan haru, ia tau di hari kematian orang tua Pai itu jika sebenarnya Pai hanya anak angkat dan ia mempunyai orang tua kandung di luar sana. Ia merasa senang saat mendengar jika Pai sudah menemukan orang tua kandungnya, itu artinya Pai juga bisa mendapatkan kasih sayang dari orang tua kandungnya itu.

"Tante gak bisa kasih tau kalian Al sekarang dimana atau kapan dia pulang karena tante sendiripun gak tau." jawaban dari tante Tasya ini sontak membuat keduanya kebingungan. Sangat tidak mungkin jika Pai pergi tanpa keluarganya tau, sangat tidak mungkin. "Tenang aja, Al bakal kabarin tante kalau misalkan dia sudah sampai. Nanti akan tante kasih tau kalau kalian ingin menghubunginya." sambung tante Tasya sambil tersenyum kecil pada keduanya yang mau tidak mau disetujui oleh mereka.