webnovel

Secret Of The Earth

Dunia yang dulu indah dan cantik kini berubah mencekam saat wabah itu merebak dan menginfeksi banyak manusia di bumi Sebagian orang bertahan, termasuk kami yang masih hidup *** Dibalik dunia yang indah ternyata ada rahasia besar Kini aku harus melakukan seperti apa yang dilakukan keturunan Oxzaans dulu Disinilah petualanganku dimulai, melewati segala rintangan yang menghadang Mereka yang menjadi kanibal, harus aku selamatkan, aku harus mencari penawarnya Berbekal sebuah buku peninggalan ayah, sedikit demi sedikit aku belajar hal yang baru Sihir, kemampuan khusus keturunan Oxzaans namun pada garis keturunan tertentu dan orang itu adalah aku Bertahan hidup! Dan selamatkan yang tersisa yang masih mempunyai hati nurani! Bertahan hidup, perlawanan, penyerangan, konflik, air mata, emosi berbaur menjadi satu Disinilah perang dunia ketiga dimulai! Tak hanya manusia kanibal, masih banyak lagi

rianrayh23 · Others
Not enough ratings
8 Chs

What Is This?

"Wah wah wah, ada pengamen baru nih" salah satu dari mereka yang memakai tindik di telinganya maju lebih dekat padaku, menyeringai dengan kejamnya

'Huh, berengsek banget nih orang' ucapku dalam hati

"Dapet berapa loh, hah? Sini kasi ke gua!" Ucapnya lagi dengan menyulurkan tangannya seperti seorang rentenir yang sedang menagih hutang

"Kalo gua gak mau gimana?" Kubalas ucapan mereka dengan wajah yang seolah menantang mereka

Mana mungkin aku akan memberikan uang yang aku kumpulkan dengan susah payah kepada mereka, aku yang susah-susah kumpulkan ehh, mereka yang dengan gampangnya mengambil

"Ohhh, jadi lu berani nantangin kita, hah!?" Mereka semua maju kehadapanku, jaraknya kurang lebih hanya satu senti

"Kalo iya emang kenapa?" Aku dengan entengnya menjawab, seolah-olah aku ini benar-benar berani melawan mereka

Bughh!

Sebuah tinjuan jatuh dan mendarat tepat di perutku, aku jatuh telungkup dengan sesekali memegang perutku

"Sekarang lo udah tau kan, apa yang bakal terjadi kalo Lo nantangin kita. Sekarang sini kasih duit yang lo yang lo dapat ke kita" Lagi-lagi mereka dengan sengirannya yang kejam, memaksaku memberikan uang yang kudapat

Aku berusaha bangkit, berdiri sambil memegang perutku yang masih terasa sakit

"Heh! Sini kasih duit lo! Kalo gak, lu tau kan apa yang bakal kita lakuin!?" Ia menunjukkan kepalan tangannya yang bermaksud mengancamku

"Gak! Gak bakal gua kasih!" Aku berdiri dengan tegap, membantah akan memberikan uangku pada mereka

Dengan segenap energi yang sedikit terkumpul, aku berlari dengan kencang, meninggalkan mereka

"Woy! Jangan kabur lo! Kejar!" Tak mau membiarkanku kabur, mereka mengejarku dari belakang

Aku berlari, melewati semua yang menghalangi jalanku untuk kabur dari mereka

Entah kemana aku berlari, tapi bagaimanapun caranya aku harus kabur dari mereka

Aku berlari tak tentu arah, melewati gang-gang sempit dan semak belukar sampai pada akhirnya aku terpojok

"Tidak! Disini jalan buntu, sekarang apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku pada diri sendiri, bingung apa yang kini harus kulakukan

Tak lama kemudian, para anak punk itu sampai, memberikan senyuman mereka yang kejam itu

"Nah kan, sekarang mau lari kemana lo? Hahaha" mereka tertawa dengan kejam

Bagh! Bugh! Bagh! Bugh!

Sekarang aku tak berdaya, mereka memukuliku dengan suka hati dan riang gembira, sementara aku kesakitan

Sesaat, aku teringat akan ibuku dan adikku, apa yang akan terjadi jika aku tidak kunjung pulang? Mereka pasti sangat mengkhawatirkanku. Ayah, apakah aku akan menyusulmu

Tak terasa, mata ini sudah bengkak dan mengeluarkan air mata. Jantungku berdegup kencang

Entah apa yang terjadi, tiba-tiba aku merasakan rasa dendam, mataku berhenti mengeluarkan air mata dan tanganku menggenggam dengan erat

Tubuh ini terasa sangat ringan, aku seperti terbang. Kini kemarahan telah memenuhi diriku

Brakk!

Mereka terhempas ke sisi dinding dengan keras

Tubuhku terangkat dengan cahaya menyala dari genggaman tanganku. Entah apa yang menggerakkan tanganku, tapi tangan ini terbuka sendiri, menuju dua sisi yang dimana sisi itu adalah tempat mereka terhempas

Tanganku terangkat, dan mereka mulai terbang, tak hanya mereka, benda-benda di sekitarku pun ikut terangkat. Tanganku menggenggam dengan erat dan mereka merasakan kesakitan dengan menjerit

Tangan ini mengayun maju ke depan, mereka terlempar dan jatuh terhempas sesuai dengan tempat dimana tanganku tunjuk

Kemarahan dari dalam dirimu mulai mereda, tangan ini tak lagi mengeluarkan cahaya

Tubuhku lemas dan menyisakan sedikit energi. Namun, aku harus secepatnya pulang ke rumah karena hari telah senja

Aku berusaha berdiri, menahan sakit yang aku terima beberapa menit yang lalu

Berjalan dengan sempoyongan, sambil memegangi perut dan tanganku, tubuhku lemas namun kuusahakan tetap berjalan

"Mereka pantas mendapatkan itu!" Kulihat mereka pingsan dan tak berdaya

Luka yang kudapat tidaklah parah, kakiku hanya lebam dan terasa tak kuat berdiri, tanganku hanya sakit, juga perutku yang terkena pukulan tadi

***

"Aku pulang!" Ucapku saat membuka pintu rumahku

Ibuku datang menuju pintu, dan alangkah kagetnya ia saat melihatku dalam keadaan seperti ini

"Ya ampun, Rendy! Kamu kenapa? Kenapa bisa begini?" Ibuku terlihat sangat cemas, sudah terlihat dari raut mukanya

"Enggak, gak papa kok bu. Cuma tadi waktu dijalan jatuh" Jawabku berusaha menenangkannya

"Ohh, yaudah. Kalo gitu kamu mandi dulu, gih. Setelah itu ibu kasih salep" ucapnya

"Iya, bu" segeralah aku bergegas pergi ke kamar mandi, membersihkan tubuhku dari kotoran yang menempel

5 menit kemudian, aku sudah selesai mandi dan berganti pakaian

Sejenak aku berpikir dalam hati kecilku ini, 'Tadi itu apa ya? Aneh'

Selang beberapa menit kemudian, ibuku datang dengan membawa kotak P3K

"Mangkanya, kalo dijalan itu hati-hati. Gini kan jadinya kalo gak hati-hati" Ucap ibuku sambil mengeluarkan salep dari kotak P3K

"Iya, Rendy juga tau" Sahutku

Setelah ibuku mengoleskan salep pada lukaku, ibuku pun bergegas keluar dari kamarku

"Ibu mau kemana?" Ibuku berhenti lalu membalikkan badannya menghadapku

"Ibu mau masak dulu. Ohh iya, ibu mau minta tolong sama kamu" balas ibuku

"Minta tolong apa?" Tanyaku

"Tolong cek adik kamu" jawab ibuku, lalu menuju keluar

"Dimana?" Tanyaku lagi, sontak ibuku berbalik badan lagi

"Ya dikamarnya, dimana lagi." Jawabnya

"Ohh, ok" ucapku mengerti

"Ada yang mau ditanyakan lagi?" Tanyanya meyakinkan

"Iya" Ibuku pun keluar dari kamarku

Rasanya aku sangat bahagia hari ini, ini merupakan saat dimana aku akan melihat adik kecilku untuk kedua kalinya, terakhir aku lihat pada saat ia bayi

Aku pun segera menuju kamar adikku yang berada di lantai dua

Cklek...

Pintu terbuka, memperlihatkan keadaan ruangan yang sunyi dan sepi, ya! Sepi. Hanya ada furnitur yang tertata rapi di sini

"Evan!?" Panggilku

Aku berjalan-jalan melihat kamar adikku yang sudah lama aku tidak lihat

Dari sudut ke sudut aku lihat, ternyata Evan mempunyai banyak mainan

Namun yang membuat aku semakin terkagum adalah rak buku yang berisi banyak sekali buku. Mungkin adikku merupakan kutu buku

Sekarang aku tidak lagi melihat-lihat namun fokus mencari Evan. Ternyata ruangan kamar Evan lebih luas dari kamarku

"Evan! Evan" panggilku namun tetap tak ada sahutan

kucari di ruangan sebelah dan kulihat ada kain yang memiliki gambar seperti istana, lalu, saat kubuka ternyata terdapat adikku di dalamnya

"Hai!" Sapaku pada adikku

"Owwhh, halo. Kamu siapa?" Balasnya lalu bertanya siapakah aku ini, ini wajar karena ini pertama kalinya ia melihatku

"Aku Rendy, kakakmu" Jawabku dengan lembut, aku sungguh kaget melihat adikku, betapa imutnya ia. Oh iya, sekarang umurnya kira-kira masih 5 tahun

"Ohh" Balasnya, ia tak lagi berbicara denganku dan malah lanjut bermain

Jadi, aku biarkan saja adikku bermain sementara aku akan melihat-lihat kamar ini lagi. Bisa dibilang ukurannya cukup luas bahkan lebih besar dari kamarku

Tak lama kemudian, aku ingat bahwa aku mendapatkan sebuah gulungan dan buku dari orang tadi

"Evan! Kak Rendy mau keluar sebentar, kamu tunggu disini, ya?" Tak ada sahutan, ia masih sibuk dengan mainannya

Aku tak menghiraukan itu, segeralah aku menuju kamarku dan mengambil tas yang berisi gulungan dan buku itu. Tak lupa, aku mengambil gitar, yang merupakan benda kesayanganku dan juga merupakan pemberian ayahku satu-satunya

Setelah itu akupun menuju ke kamar Evan lagi, namun di saat aku sedang menuju kamar Evan

Brak brak brak!

Terdengar suara gedoran pintu dengan kasar dari luar rumah

"Siapa itu yang mengetuk pintu?" Tanya ibuku dari dapur dan menuju ke pintu asal suara tersebut

"Tidak tahu, bu" jawabku

Brak brak brak!

Suara gedoran itu terdengar semakin kencang, dan menggelegar ke seluruh ruangan

"Iya iya sebentar!" Ucap ibuku

Cklek

Ghhrraa! Ghhrraa!

Sesuatu menerkam ibuku tepat saat pintu terbuka, ibuku jatuh tak berdaya dengan ditimpa sesuatu yang besar

"Akkhh!!!" Ibuku menjerit, darah merembes keluar dari tubuh ibuku

Aku kaget bukan kepalang, aku sangat syok hingga jatuh karena melihat ibuku mati di hadapanku dan dengan mata kepalaku sendiri. Jantungku berdebar

Ternyata sesuatu yang menerkam ibuku adalah manusia? Manusia dengan luka gigitan di tubuhnya dan ia memakai pakaian yang sobek-sobek

Ia menggeram dan mengaum seperti singa, sekarang ia menuju kepadaku

Bukan hanya satu namun tiga! Aku panik, tak tahu apa yang harus kulakukan

"Evan" Aku mengingat adikku yang sekarang ini masih berada di kamarnya

Ghhrraa!!

Mereka semakin kencang meraung, berjalan pincang dengan pandangan kosong serta gila! Mereka seperti 'Mayat hidup'