webnovel

Secret Mission

~WARNING 21+ Seorang agen rahasia CIA yang ditugaskan untuk menyamar sebagai bodyguard anak seorang mafia elit Rusia dengan tujuan membongkar usaha terselubung yang tak bisa CIA kasuskan karena kecerdikannya dalam memanipulasi usahanya.

lelevil_lelesan · General
Not enough ratings
19 Chs

CIA, Langley, Virginia

Sore itu William sudah tiba di kantor pusat CIA di Langley, Virginia, Amerika. Dengan stelan hitam dia memasuki kantor dengan gaya maskulinnya. Para wanita-wanita muda mulai melirik dan menggodanya tapi William cuek saja. Dia langsung naik lift menuju ke ruangan Rika, kepala agent di CIA. Mereka berbicara bahasa Inggris.

"Tok.. tok.. tok.. Ceklekk.." William membuka pintu ruangan Rika dan mengintipnya sedikit.

Rika melirik ke arah pintu. Dia meletakkan kedua telapak tangannya di atas meja. William masuk.

"Hallo R, Good afternoon." Ucap William dengan senyum tipisnya mendatangi Rika.

Rika diam saja. William langsung duduk. Rika menghela nafas dan geleng-geleng kepala. Raut mukanya serius.

"What time is it? It's almost dinner!" Bentak Rika kesal. William memalingkan wajah.

"Mau lanjut makan malam denganku? Ada restaurant enak di dekat sini." Ucap William mencoba mencairkan suasana "BRAKK!" Rika marah dan menggebrak meja. William diam.

"Jangan karena kau agen senior lantas bisa berbuat sesuka hati, William. Kau benar-benar tidak berubah. Sikapmu yang sombong itu akan menjadi bomerang untukmu suatu saat nanti." Ucap Rika mengingatkan.

William terkekeh dan menggigit bibir bawahnya.

"Kau menyumpahiku?" Ucapnya menatap Rika heran.

"Aku memperingatkanmu." Ucapnya tegas. William menghela nafas.

"Lalu ada apa kau mencariku?" Tanya William.

Rika dengan tenang mengeluarkan sebuah map yang berisi beberapa lembar tulisan. Dengan segera William menerimanya dan membaca isinya. Dia tersenyum.

"Wow. Siapa yang berhasil mendapatkan informasi ini?" Tanya William yang cukup kaget membaca isi laporan dalam lembaran kertas itu.

"Thomas." Ucapnya singkat.

Thomas adalah salah satu agen yang selevel dengan William. Mereka saling kenal tapi Thomas lebih populer karena dia lebih mudah bergaul ketimbang William.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu lagi dan itu adalah Jack dan Catherine.

Catherine seorang gadis muda berumur 27 tahun bagian penerima informasi dari beberapa agent yang bertugas di lapangan diseluruh negara. Catherine membantu dalam pemberian bantuan dukungan dalam bentuk pengiriman pasukan ataupun informasi target.

Sedang Jack lelaki berumur 26 tahun bagian perlengkapan seperti penyediaan senjata dan perbaikan. Ia juga menyiapkan berbagai fasilitas transportasi penunjang bagi para agen yang bertugas. Mereka berdua adalah orang-orang muda berbakat dalam bidangnya masing-masing.

Mereka berdua tersenyum pada William tapi dia cuek saja. Dia malah mengedipkan mata pada Catherine. Catherine hanya memutar bola matanya. William terkenal playboy dan suka tidur dengan banyak perempuan yang tak dikenal. Meskipun begitu masih banyak para wanita yang bekerja di kantornya ingin menghabiskan waktu dengannya.

"William kau sudah mengenal mereka berdua kan. Jack dan Catherine." Ucap Rika menunjuk mereka berdua. William mengangguk.

"Mereka akan membantumu dalam misi kali ini. Tapi mereka tak akan terlibat langsung. Tetap kau yang bekerja di lapangan, sendirian." Ucap Rika menjelaskan. William mengangguk.

William yang sudah biasa bekerja sendiri memang tak suka jika memiliki rekan kerja. Dia tak bisa bekerjasama dengan baik karena keegoisannya yang bersifat bossy. Meskipun begitu semua tugas yang diberikan oleh Rika dapat ia selesaikan dengan baik.

"Kali ini kau akan menjadi bodyguard anak dari mafia yang paling kau incar selama ini. Julius." Ucap Rika tersenyum miring.

Terlihat William sangat senang dan bersemangat.

"Lalu bagaimana dengan Thomas? Bukankah dia sudah menyusup kesana duluan?" Tanya William penasaran.

"Thomas sudah mati." Ucap Catherine sambil memeluk map di tangannya. William kaget.

"Bagaimana bisa?" Tanya William heran.

"Anak perempuan Julius yang membongkar rahasianya. Kau jangan menganggap gadis lugu itu seperti gadis biasa. Dia cukup cerdik." Ucap Rika mengingatkan.

"Lalu bagaimana Thomas mati?" Tanya William lagi yang masih tak percaya karena Thomas salah satu agen yang sangat berhati-hati dalam bekerja.

"Dia dibunuh Rio. Mayatnya dikirim ke kantor CIA seminggu yang lalu dengan mengenaskan." Ucap Rika menahan nafas.

William mengerutkan kening menatap Rika tajam.

"Dia dimutilasi." Ucapnya cepat.

William langsung shock. Dia membenarkan posisi duduknya dan merapatkan jasnya.

"Baiklah. Tak terlalu buruk. Aku yakin bisa kembali pulang dengan selamat." Ucapnya menyemangati diri.

Catherine dan Jack saling melirik menahan tawa. Mereka tahu William cukup kaget mendengar ceritanya.

"Berhati-hatilah William. Kau tahu kan Julius sangat kejam. Kau carilah segala informasi tentang kejahatannya. Curi semua dokumen yang membuktikan usaha gelapnya. Kita sudah terlalu lama membiarkannya bebas. Dia benar-benar sudah membuatku gerah." Ucap Rika geram.

"Jadi kapan mulai seleksi bodyguard untuk anak perempuannya itu?" Tanya William penasaran.

"Dua hari lagi. Kami sudah mengirimkan resume mu ke orang dalam disana yang masih bisa bertahan. Lakukan dengan baik. Jangan mengacau atau kau akan ku pecat." Ucap Rika mengancam.

"Baiklah, aku mengerti." Ucap William langsung berdiri.

"Oia Rika. Kau bilang orang dalam. Siapa?" Tanya William penasaran.

"Namanya Selly. Nama samaran dia selama disana." Ucap Catherine menginformasikan.

"Hmm.. pasti gadis cantik. Sepertinya aku akan bekerjasama dengan baik bersamanya." Ucap William mulai bergaya lagi.

Rika, Catherine dan Jack hanya tersenyum receh. Mereka pun mengangguk. William merasa aneh tapi dia mengabaikannya.

"Baiklah aku pergi. Oia Jack ikut aku sebentar." Ucap William melirik ke arah Jack.

Mereka berduapun keluar dari ruangan Rika.

"Ada apa, Will?" Tanya Jack.

"Aku butuh senjata baru. Yang lebih ringan. Senjata lamaku masih terasa berat. Lalu persiapkan setelan baru untuk kupakai besok. Slim fit dan jangan lupa kau semir sepatunya." Ucap William sok sambil berjalan pergi meninggalkan Jack.

"Ughh.. menyebalkan. Tukang perintah. Berterima kasihpun tidak." Ucap Jack kesal melihat William berjalan begitu saja masuk lift meninggalkannya.

William sangat bersemangat tak sabar menunggu hari esok. Dia kembali masuk ke mobil Mustang hitamnya dan kembali ke apartment mewahnya. Malam itu sangat indah. Dia merendam dirinya di kolam renang outdoor pribadinya memandang bulan. Dia teringat masa lalunya.

Bagaimana hidupnya sangat sengsara saat bersama dengan ibunya semenjak kematian ayahnya yang selalu sakit-sakitan. Uang mereka habis untuk mengobati ayahnya. Hidup di kawasan kumuh dan hanya lulusan sekolah dasar karena ibunya tak sanggup membiayayai sekolah dan kehidupan mereka sehari-hari.

Dia membantu ibunya menjadi tukang pengantar koran saat itu. Ibunya seorang pembantu rumah tangga. Saat selesai mengantar koran dia ikut ibunya ke rumah majikannya untuk menyapu, mengepel dan menjemur pakaian. Dia melakukannya dengan giat entah berapa majikan itu memberikan upah untuk dia dan ibunya. Selama saat dia bekerja di rumah itu dia diberi makan, hal itu sudah cukup untuknya.

Dia selalu iri dengan anak-anak seumuran dengannya yang selalu mendapatkan kado saat ulang tahunnya. Makan enak di restaurant mewah. Sekolah diantar jemput ayah ibunya atau ikut bus sekolah bercanda tawa dengan teman-temannya.

Sejak kecil dia tak punya teman karena tak ada yang mau berteman dengannya hanya karena dia anak wanita miskin. Mereka jijik bermain dengan William kecil. Hal itu membuat William jadi minder dan semakin menutup diri. Dia merasa tak sederajat dengan teman-teman seumurannya.

Tapi sekarang hidupnya telah berubah. Hidupnya kini 100 kali lebih baik. Rumah mewah. Mobil keren. Barang-barang bermerek sudah ia miliki semua. Para wanita pun datang dengan sendirinya hanya dengan memperlihatkan senyum menawannya.

Sayang ibunya tak bisa merasakan semua kemewahan yang William miliki sekarang karena ibunya sudah meninggal akibat terlalu letih bekerja demi kehidupan mereka yang lebih baik. Meskipun hidupnya kini serba berkecukupan tapi dia tak pernah bahagia.

William selalu berlinang air mata jika mengingatnya. Dia segera naik dari kolam renang dan pergi tidur. Dia yang biasanya pergi ke Club dan pulang larut malam dengan wanita baru diranjangnya, saat ini dia sedang tak menginginkannya. Dia ingin sendirian menghabiskan malam yang dingin ini dengan ranjang empuk dan selimut hangatnya.