2 Ke sekolah

Nafisah bangun dari tidurnya dan bersiap siap untuk berangkat ke tempat baru sekaligus sekolah barunya, bahkan dia mandi dengan cepat dan memakai baju tak kalah cepatnya. hari ini adalah hari baru bagi perempuan remaja seperti dirinya.

Bibi hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lucu melihat tingkah Keponakannya yang begitu bersemangat di pagi hari, Bibi selesai membuat sarapan dan sudah disajikan di meja kecil ruang tamu. mereka tidak punya meja makan seperti kebanyakan orang diluar sana, bahkan dapur mereka menyatu dengan ruang tamu.

"Bibi, apa Nafisah sudah cantik?" anak gadis itu sudah memakai seragam sekolah barunya, kemeja putih pendek lalu disatukan dengan sweater biru tanpa lengan dan di dada kiri terdapat logo 3 bunga mawar serta burung elang. bawahannya memakai Rok rempel berwarna biru juga. dia membiarkan rambut hitamnya tergerai dan bibirnya diberi sedikit pelembab agar warna merah dari bibirnya terlihat lebih segar.

Nafisah anak yang sangat cantik, memiliki wajah Asia Eropa dari warna matanya yang biru, hidung mancung namun kecil, rambut hitam panjang, serta kulit yang berwarna kuning Langsat. tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek untuk anak seumurannya. belum lagi bulu matanya yang lentik dan bibir kecilnya yang terbelah sedikit serta berwarna merah menggemaskan. siapapun yang melihatnya akan langsung jatuh cinta padanya, namun Nafisah adalah anak pemalu. sedikit teman dan tidak bisa bergaul.

"Kau sangat cantik sayang, Bibi bahkan hampir menangis karena tidak menyangka bahwa kau sudah sebesar ini" Bibi menyuruh Nafisah duduk di sofa sampingnya, memberikan piring yang sudah berisi salad sayuran dan juga omelet sederhana buatan Bibi pagi ini. tidak lupa segelas susu murni yang memang terbiasa gadis itu minum setiap pagi.

"Bibi tidak boleh menangis, apalagi saat aku tidak ada di rumah ini. Aku berjanji akan selalu pulang setiap libur semester, dan aku akan membawakan nilai nilai yang bagus untuk Bibi lihat." Nafisah memakan omelet serta salad sayur buatan Bibinya. mengunyahnya dengan semangat, karena dia sangat menyukai sayuran segar diberi madu seperti ini.

"Iya Bibi janji tidak akan menangis, tapi kau harus selalu ingat pesanku padamu ya. Jangan Nakal dan selalu hormati orang di sekitarmu, mau berteman dan menjaga dirimu baik baik."

"Iya iya Bibi, Bibi bahkan mengulang kata kata itu berulang kali dan membuatku hampir saja menghapus semua pelajar dari otakku dan di isi oleh nasihat Bibi. bagaimana bisa aku nanti menjawab pelajaran matematika dengan jawaban jangan nakal?" ucap Nafisah yang membuat Bibi tertawa gemas.

"Tidak mungkin lah semua pelajaranmu terhapus hanya karena saran Bibi yang berulang-ulang. kau ini bisa saja mengelak agar Bibi berhenti berbicara ya,"

"Tidak Bibi, aku hanya bercanda. Aku kan sayang Bibi" Nafisah memeluk Bibinya, sang wanita muda yang sejujurnya sudah berumur 40 tahun itu hanya bisa mengelus pelan rambut sang gadis dan menciumnya berulang kali.

"Kau memang menggemaskan jika sedang seperti ini, ayo cepat habiskan sarapanmu. Paman Daniel sudah menunggu di depan, dia meminjam mobil Bos nya untuk mengatarkan kau ke sekolah barumu, Paman Daniel mengatakan dia ingin melihatmu terlihat layak di depan teman-teman sekolahmu di hari pertama masuk"

"Paman Daniel baik sekali, apa dia tidak bekerja?" tanya Nafisah, karena setahunya Paman Daniel itu hanya libur di hari Minggu saja. Paman Daniel adalah tetangga mereka di samping, sudah seperti paman Nafisah sendiri, karena Paman Daniel selalu memberikannya barang barang bagus dari Bosnya. Bos Paman Daniel punya anak perempuan juga, barang barang yang sudah tidak dipakai anak perempuan Bosnya, pasti akan diminta paman Daniel untuk diberikan pada Nafisah. Atasannya sangat baik karena mengijinkan paman Daniel mengambilnya.

Nafisah sudah selesai dengan sarapannya, Mengambil tas dan juga memakai sepatu yang dibelikan oleh Bibi. Ketukan didepan pintu rumah mereka terdengar. Bibi membuka pintu dan ternyata paman Daniel sudah ada didepan dengan senyum yang mengembang.

"Ayo Nafisah, kau tidak mau terlambat di hari pertama sekolahmu kan?"

"Paman! terimakasih ya, kau sudah mau mengantarkan Nafisah ke sekolah baru. Aku janji jika aku sudah besar dan punya uang banyak, aku akan bawa Paman Daniel jalan jalan keliling dunia, seperti keinginan paman Daniel" Nafisah sudah ada di depan paman, Bibi membawa satu koper besar dan juga tas yang akan dibawa Nafisah. Koper itu adalah pemberian paman Daniel juga, koper milik Bosnya yang sudah tidak dipakai padahal masih sangat bagus.

"Sama sama, paman hanya ingin melihat kau belajar dengan rajin dan punya banyak teman. selebihnya tidak usah dipikirkan, kau fokus saja belajar ya"

"Baik paman, ayo kita berangkat"

"Ayo baiklah, pamit terlebih dahulu pada Bibirmu". Nafisah berbalik menghadap Bibi nya dan memeluknya erat.

"Nafisah berangkat ya Bibi, Bibi jika butuh sesuatu katakan pada Paman Daniel. Dan jika Bibi merindukan aku hubungi aku di setiap hari Sabtu pagi ya Bibi, aku akan berada di telpon umum dekat ruang perpustakaan. Karena katanya hanya di tempat itu aku bisa menelpon Bibi" Nafisah tau hal itu karena saat mendaftar, dia mendengar sendiri saat penjaga perpustakaan mengatakan hal itu pada temannya. Sabtu pagi adalah hari paling sepi di perpustakaan, tidak ada penjaga dan siswa yang datang kesana. cocok untuk menghubungi Bibi.

"Tentu saja, Bibi pastikan akan menghubungi kamu. jaga dirimu, Bibi mencintaimu'".

"Nafisah juga mencintai Bibi, dahhh Bibi". Nafisah melambaikan tangannya kepada Bibi, Koper dan tas dibawa oleh paman Daniel. mereka turun dari rumah susun yang memang hanya berlantai 2 dan sudah sangat kumuh. Mobil paman Daniel terparkir di depan gerbang, mobilnya sangat indah dan juga keren.

Paman Daniel membukakan pintu mobil dan memasukan tas bawaan.

"ayo masuk Nafisah, kita hampir telat".

"Iya paman". Nafisah masuk kedalam mobil dan duduk di samping kursi pengemudi, agar lebih dekat dengan paman Daniel. rasanya mobil mahal memang sangat nyaman, Nafisah meraba jok mobil dan tersenyum manis. sudah lama Nafisah tidak pernah naik mobil mahal lagi, pikir Nafisah..

Mobil yang dikendarai Paman Daniel menebus padatnya kota London, ya Nafisah memang tinggal di kota besar ini. Inggris menjadi tempat tinggal Nafisah sejak 10 tahun yang lalu, hidupnya jauh dari kata enak karena kemiskinan menghantui setiap hari. namun Nafisah masih bersyukur karena sebentar lagi Nafisah akan bisa berada dalam lingkungan sesungguhnya. Nafisah sudah membayangkan akan mendapatkan suasana baru dan teman baru, Nafisah harus semaksimal mungkin berkenalan dengan teman temannya dan tidak Terus terusan di ejek oleh lingkungan. semoga saja, Nafisah berharap awal yang baru ini menjadi awal yang baik dan melupakan semua masa lalu Nafisah

avataravatar
Next chapter