25 1.Hati seorang Amarilis..

Nandra berjalan kembali ke halaman belakang sekolah, sudah banyak adik kelas yang datang.. Namun Nandra masih tidak bisa menemukan Nafisah dan kelompoknya, Cuaca semakin dingin dan kabut semakin pekat saja.. Nandra merasa resah karena Perempuan yang sangat dia cintai sejak dulu sedang berada di hutan malam-malam seperti ini.

Ada rasa senang saat mengetahui bahwa Nafisah adalah perempuan yang paling dicintainya, namun ada rasa sedih juga karena Nafisah tidak mengingat Nandra sama sekali.. dan rasa kecewa pada Ibu kandungnya yang membuat Nafisah membenci Ibu Sambungnya Reista..

Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi sesuai rencana Tuhan.. Saat ini Nandra hanya perlu memberikan banyak perhatian pada Nafisah agar dia Mengingat tentang Nandra. Nandra berharap cinta Nafisah masih seperti dulu, walaupun Nandra tidak yakin bahwa ucapan Nafisah sewaktu kecil bahwa menyukai Nandra adalah ucapan yang jujur dari hatinya..

Dulu mereka masih sangat kecil, dan bisa saja Nafisah mengatakan semua itu karena merasa Nandra ini sosok kakak. Tapi Nandra tidak mau berpikir buruk, Nandra akan berusaha mendapatkan hati Nafisah.. Nafisah hanya milik Nandra seorang, ya hanya Nandra saja..

"Kak.. Kakak disini, Aku kira Kakak tidur ke kamar bersama Mommy dan Daddy". Amarilis datang ke arah Nandra membawakan segelas kopi hangat, Nandra tersenyum dan mengelus rambut adiknya ini.

"Tadi kakak baru saja dari sana, tapi karena kakak masih punya tanggung jawab disini. jadi kakak kembali.. kau tidak tidur? sudah malam? apa Reiko tidak mencarimu?". Pertanyaan Nandra begitu beruntun, membuat Amarilis hanya tertawa dan bergelayut manja di lengan Nandra.

"Aku kangen kakak, kakak kalau sudah sibuk suka lupa dengan adiknya". Amarilis pura pura merajuk, Nandra hanya bisa mengelus sambil menepuk nepuk lengan adiknya dengan sayang.

"Kakak selalu ada waktu untukmu, kau saja yang suka menghilang karena sibuk bersama Mommy". Ucapan Nandra membuat Amarilis tertawa kecil.

"Karena aku suka bersama Mommy, apalagi bersama dengan adik River dan Riverlyn..". Kata Amarilis.

"apa Lyn masih menganggu River saat sedang melukis?". Tanya Nandra berbasa-basi agar bisa membuka obrolan tentang adiknya, Nandra memang jarang mengetahui tentang perkembangan dua adik kandungnya yang masih kecil.

"Lyn semakin nakal kak, dia bahkan baru saja membeli serangga langka di sebuah pusat lelang ternama di Amerika, dan kau tau dengan apa dia membayar? dengan kartu kredit Mommy, Mommy bahkan sampai kesal pada Lyn karena tiba tiba tagihan kartu kredit yang besar itu". Ucapan Amarilis begitu menggebu-gebu, Nandra tau betul bahwa adiknya mereka yang paling akhir itu sangat suka dengan tumbuh tumbuhan dan serangga. Riverlyn bahkan pernah berkata dia akan mempunyai sebuah rumah yang di khususkan hanya untuk tanaman dan serangganya saja. Dan itu memang benar-benar di wujudkan oleh Daddynya saat ulang tahun Lyn yang ke-5..

"Biarkan saja dia, Lyn jika sudah sibuk dengan tanaman dan serangga akan melupakan kita.. yang penting dia tidak mengganggu kakaknya River saat sedang melukis". Kata Nandra yang hanya bisa tersenyum mengingat wajah kedua adiknya. Lyn memang baru berusia 7 tahun, dan River berusia 10 tahun..

Mereka berdua selalu saja bertengkar, bukan karena River yang mengganggu adiknya.. tapi Adiknya lah yang selalu mengganggu River.

"Iya, River juga berkata bahwa akhir Minggu ini dia akan ikut salah satu guru melukisnya ke Paris kak.. katanya ada pameran lukisan disana, dan River ikut berkontribusi dengan salah satu lukisannya". Ucap Amarilis lagi.

"Bagus kalau begitu, aku akan menemui River sebelum dia berangkat.. Mungkin menemani dia juga tidak masalah, jika aku memang ada waktu". Ucapan Nandra membuat Amarilis tersenyum..

"River pasti akan sangat senang kau temani, Dia begitu mengidolakan dirimu yang bisa melakukan apapun. bahkan River terkadang iri pada lukisanmu yang selalu terlihat indah, padahal kau tidak pernah mengasah bakat itu".

"Itu kenapa aku tidak ingin melukis lagi, aku tidak mau sampai adikku merasa rendah diri dan tidak terus berusaha mengejar mimpinya menjadi seorang pelukis terhebat suatu hari nanti",. Mata Nandra masih melihat ke setiap siswa yang datang, menanti satu wajah yang begitu di rindukan.

"Kau diam-diam begitu mencintai adikmu kak, kau selalu hebat dengan caramu sendiri.. itu kenapa aku begitu mencintai dirimu". Ucapan Amarilis begitu lembut, terdapat arti yang mendalam dari kata-katanya.. namun Nandra tidak pernah mengartikan lebih perkataan Amarilis, karena bagi Nandra. cinta antara adik dan kakak adalah hal yang wajar.. ya cinta sesama saudara..

Tapi mungkin bukan arti cinta dari pandangan Amarilis saat ini..

"Yasudah, kau masuk sana kedalam.. Mommy dan Daddy juga pasti sudah tidur, kau juga harus tidur.. tidak baik bagi kesehatanmu jika terlalu lama di luar yang dingin begini". Kata Nandra yang sudah merapihkan rambut Amarilis dengan lembut. Tatapan Amarilis begitu sendu, menikmati setiap sentuhan dari kakaknya yang paling dicintai.

"Kakak jangan lupa tidur ya, jika acara memang sudah selesai.. aku akan tidur". Amarilis mencium pipi Nandra dan tersenyum malu.. Nandra juga mencium kening Amarilis lalu menepuk pundak adiknya agar segera pergi ke dalam untuk tidur.

Tidak ada yang tau bahwa saat ini hati Amarilis sedang berbunga-bunga karena ciuman kening yang selalu di dapatnya dari Nandra.. Berharap ciuman ini menjadi sebuah ciuman yang akan membawa cinta Amarilis ke langkah yang lebih jauh..

Amarilis bahkan sudah belajar banyak hal dari Mommy Reista, belajar untuk menjadi perempuan yang berguna dan cerdas. agar kelak bisa menemani Nandra membangun perusahaan Ettrama dan menjadi penerus nyonya Ettrama yang terhormat dan dipandang seperti Mommy Reista..

Itu harapan Amarilis, harapan sederhana yang tidak mudah untuk diwujudkan.

Setelah melihat Amarilis masuk ke dalam lorong yang menuju kamar pribadi, Nandra kemudian berjalan ke arah para teman temannya yang sibuk bercanda dan mengobrol.. Kedatangan Nandra tentu di sambut baik oleh teman-temannya.

"Siswanya udah kumpul semua?". Tanya Nandra berbasa-basi, padahal hanya ingin mengetahui bahwa Nafisah sudah datang dan memang tidak terlihat oleh mata Nandra saja.

"Sepertinya hampir 90%, aku tidak tau sisanya kemana". Jawab salah satu temannya bernama Glen. Nandra mengangguk, kemudian duduk bersama teman-temannya dan berusaha untuk ikut mengobrol.. walaupun dalam hatinya sedang resah karena menunggu kedatangan Nafisah dan kelompoknya..

"Ini sudah hampir jam 3 pagi, apa kalian yakin siswa tidak ada yang tersesat?". Tanya Nandra lagi, mencoba untuk membuat teman-temannya sedikit memberi perhatian pada siswa yang belum datang sampai jam segini.

"Iya.. ini sudah cukup pagi, kemana sisa siswanya? lebih baik kita membuat absen agar mengetahui siapa yang belum datang". ucapan seorang perempuan yang memang sejak tadi sibuk dengan beberapa kertas, merasa setuju dengan perkataan Nandra. Akhirnya teman-temannya yang lain mengangguk setuju dan mereka mulai membuat siswa yang sudah datang berbaris rapih untuk di absen siapa saja yang sudah datang dan siapa yang masih berada di hutan.

avataravatar
Next chapter