webnovel

Menerima telpon

Mata Dirga membulat, dia memalingkan wajah, tak mau menatap layar handphone milik Aisyah.

Ceklek

Bunyi gagang pintu di tarik dan terlihat Aisyah masuk, dia terlihat tersenyum kepada Dirga.

"Ayo, makan malam, Ummi sudah menunggu."

Dirga tak berkata apapun pada Aisyah, dia berlalu meninggalkan gadis itu sendiri. Aisyah mengernyitkan alis, dia merasa ada yang aneh pada diri Dirga, baru dua malam mengenalnya, Aisyah tau kalau Dirga tipe orang yang supel, ramah dan mudah bergaul.

Melihatnya berlalu tanpa menegur Aisyah, membuat ada rasa aneh di hati gadis itu. Aisyah menoleh, ketika mendengar nada dering handphone nya, dia mendekati tempat tidur, meraih benda pipih berukuran enam inci tersebut.

Matanya membulat, melihat nama di panggilan tersebut, hatinya ragu, apakah dia akan menjawab panggilan tersebut atau malah mengabaikannya.

Nada dering berhenti, Aisyah mengelus dada. "Alhamdulillah," ucapnya, dia lega karena tidak harus berbicara dengan lelaki yang sudah dua tahun dekat dengannya.

Walaupun mereka tidak pacaran, tapi Kevin adalah orang yang selalu ada jika Aisyah memerlukan bantuan.

Aisyah menarik napas panjang, ketika membaca pesan Kevin, kalau kemarin-kemarin dia akan senang mendapat chat seperti itu, berbeda dengan sekarang, sosok Dirga, sepertinya jadi ganjalan di hati Aisyah.

Lagi-lagi, gadis itu tidak tau, apa yang membuatnya tak enak hati pada lelaki yang berusia jauh di atasnya itu, Aisyah dan Dirga terpaut usia dua puluh tahun.

'Kok nggak di angkat, ada yang ingin aku bicarakan.'

Pesan Kevin kembali masuk, Aisyah menarik napas, dia lalu menghubungi nomor Kevin.

"Assalamualaikum," ucap Aisyah.

"Waalaikumsalam, kamu dari mana aja sih? Kok telpon ku tidak di angkat?" tanya Kevin beruntun.

"Aku habis nemenin Ummi masak."

"Oh, aku ganggu dong." Aisyah terdiam, dia tidak mau menanggapi basa basi Kevin.

"Oh yah, aku cuma mau nanya ke kamu, warna baju untuk perpisahan kita maunya kamu apa?" lanjut Kevin.

Aisyah terdiam, lagi-lagi jika kemarin-kemarin Kevin bertanya seperti itu, mungkin dia akan lompat saking senangnya, beda dengan sekarang, dia sepertinya tidak berselera membahas soal kostum.

"Terserah kamu aja," jawab Aisyah akhirnya.

"Beneran terserah aku?" tanya Kevin sedikit ragu.

"Benar, kamu aja ya pilih, kan kalau aku milih warna Pink, kamu bakalan suka atau enggak?" tanya Aisyah, dia sengaja memberi alasan seperti itu. Benar saja, di balik telepon, terdengar tawa Kevin yang renyah.

"Sudah dulu yah, Ummi manggil aku, Assalamualaikum."

Gadis itu tidak menunggu jawaban dari Kevin, dia segera mengakhiri panggilan tersebut.

"Hmmmmm ... hufffffft." Aisyah menarik napas panjang, lalu menghembuskan nya, dia menenangkan degub jantungnya sebelum melangkah ke ruang makan.

"Kok lama? Suamimu dari tadi nunggu loh!" Bu Hafidzah menegur Aisyah.

Gadis itu terlihat canggung. "Tadi aku lagi angkat telpon." Aisyah jujur.

Dirga melirik Aisyah, namun tak menunjukkan reaksi apapun. Bu Hafidzah menyodorkan piring ke depan anaknya.

"Ambilkan suamimu makan." Aisyah meraih piring yang di sodorkan oleh Umminya, mengambil nasi, ikan, ayam goreng, tahu dan tempe goreng, sambel, sayuran, lalu meletakkan piring di depan Dirga.

Lelaki itu hanya melongo, melihat porsi yang di ambilkan oleh istrinya. Namun karena sedang kesal kepada gadis itu, maka dia mendiamkan nya saja, biasanya dia akan menegur secara halus. Begitupun dengan Bu Hafidzah, dia menggeleng.

Wanita itu mengambil makanan di piring dan beranjak, dia berniat makan di depan TV. Sebelum melangkah dia mencegah Aisyah mengambil piring. "Makanlah sepiring berdua dengan suamimu, Ummi takut dia tak bisa menghabiskan makanan yang kamu ambilkan, Ummi akan makan di ruang keluarga."

Aisyah menatap ke arah Dirga, lelaki itu mencuci tangan di sebuah mangkuk kecil lalu mulai menyuap makanan yang ada di piring nya, saking banyaknya, beberapa butir nasi sampai jatuh ke atas meja.

Aisyah tertegun, dia semakin merasa bersalah, dalam hati merutuki diri, kenapa dia tak bertanya sebelumnya, padahal sejak dulu, dia sudah di ajari bagaimana melayani keluarga, termasuk menanyakan porsi makanan jika dia yang mengambilkan.

"Hem, ini gara-gara aku kepikiran Kevin, aduh gimana yah?" Aisyah bermonolog dalam hati.

Dia serba salah, ingin makan sepiring berdua dengan Dirga, namun lelaki itu sepertinya tak ada niat untuk menawarkan makanan kepadanya, ingin langsung mengambil dari piring Dirga, itu tidak sopan, dia takut Dirga akan marah atau jijik makan sepiring bersamanya.

Akhirnya dia hanya duduk menunggu, ketika dia melihat makanan di piring Dirga hampir habis, barulah dia mengambil piring lain dan menyendok makanan lalu mulai makan.

Dirga masih dengan aksi diamnya, dia bahkan tak pernah melirik Aisyah. Walaupun sebenarnya dia tidak kuat untuk menghabiskan makanan yang ada di piringnya, namun dia menunggu agar Aisyah yang menawarkan diri, seperti yang di perintahkan oleh ibu mertuanya.

Keduanya makan dalam diam, Dirga selesai lebih dulu, dia meneguk air di gelas yang telah di sediakan, lalu segera ke kamar, dia meninggalkan Aisyah yang masih makan seorang diri.

"Kok Om berubah cuek yah?" tanya Aisyah dalam hati.

Dia menggelen, tak ingin pikiran nya memikirkan Dirga, dia segera menghabiskan makanannya lalu membereskan tempat makan, mencuci piring dan segera bergabung dengan Umminya untuk menonton TV.

Dirga berbaring di dalam kamar, hatinya bingung, dia mulai bimbang.

"Kok aku marah yah? Harusnya kan, aku tanya sama Aisyah dulu?" Lelaki itu bergumam, hatinya resah karena mendiamkan istrinya sedari tadi.

"Tapi, Lelaki yang menelpon itu orang yang ingin Aisyah ajak ke pesta perpisahan sekolahnya, berarti mereka ada apa-apa?" lanjutnya lagi.

"Aku tidak boleh membiarkan itu terjadi, Aisyah sekarang adalah istriku, hanya milikku, aku tak akan membiarkannya dekat dengan lelaki manapun."

"Tapi, bagaimana caranya agar aku bisa mencegah dia pergi ke acara kelulusannya? Mau ikut, tapi kan kita sudah sepakat untuk tidak go public dulu."

Dirga bangun, dia menyugar rambutnya kasar, saat sedang bingung hapenya tiba-tiba saja berdering.

Nama Istriku tertulis di layar kaca, Dirga mengerutkan alis. "Tumben Amel menelpon? Ada apa?" tanyanya, dia menggeser logo ganggang telpon dengan latar hijau.

"Assalamualaikum," ucap Dirga.

"Sayang, kamu di mana? Aku sudah di rumah." Amel tak menjawab salam Dirga, dia langsung mencari keberadaan suaminya.

"A— pa? Ka— mu, kamu sudah pulang?" tanya Dirga, laki-laki itu kaget dia terlihat gugup.

"Iya, aku sudah pulang, ini aku lagi di rumah, kamu di mana, pulang yah sekarang, aku ada surprise untuk kamu." Terdengar suara manja dari Amel.

Dirga terdiam, rasanya sudah lama sekali lelaki itu tak mendengar suara manja istrinya itu.

"Halo, Sayang, Cintaku, kamu dengar aku kan?" tanya Amel, dia beberapa kali memanggil Dirga, karena tak mendengar jawaban dari suaminya.

Ceklek

Suara pintu di buka, Aisyah masuk, mendekati Dirga yang sedang membelakangi pintu masuk.

"Rohi, Aby ingin bicara."

Dirga terkejut, dia berbalik, wajahnya pucat ketika melihat Aisyah di belakangnya.

"Sayang, itu siapa? Sayang, kamu di mana? Sayang ... ."