webnovel

Bella

Masa lalu adalah jalan yang buntu yang tidak layak untuk dituju, cukup bersyukur atas apa yang ada hari ini dan mempertahankan apa yang membuat bahagia.

Seorang gadis tengah terbangun dari tidurnya, ia berjalan di koridor kamarnya, ia membuka jendela dan menghirup udara segar yang telah memancarkan cahayanya dan menghiasi kamarnya.

"Alhamdulillah Allah masih memberikan aku kesempatan untuk menghirup udara segar di pagi hari ini," ujar seorang gadis berambut panjang dengan warna rambut yang begitu hitam.

Gadis yang terkenal dengan kecantikannya, banyak pria seumuran Bella yang jatuh hati kepadanya, namun apa boleh buat jika gadis cantik ini lebih memilih untuk menetap dan mencintai pria yang ada di masa lalunya.

Meskipun banyak nya pria tampan atau bahkan dari keluarga yang kaya raya yang mencintainya, jika Bella tidak mencintainya apa boleh buat?

Bella juga masih setia menunggu pria yang tak tau kapan dia datang atau bahkan tidak datang lagi kehadapannya. Namun dia masih memiliki harapan jika dia akan kembali.

Ya memang benar, Bella masih mempunyai harapan untuk pria yang dia kagumi dalam diam itu kembali, karena keluarganya tinggal di sini dan rumahnya pun tidak jauh dari rumah Bella.

Dari banyaknya pria yang mengejarnya dan ingin menjadikan dia sebagai kekasihnya, namun apa boleh buat jika Bella sudah mencintai pria yang dia anggap bisa menarik hatinya.

Cinta pertama memang meresahkan, tidak mudah untuk melupakan cinta pertama, namun jika hati sudah begitu mencintainya apalah daya seorang Bella yang hanya mampu mencintainya dalam diam.

Bella termenung sendirian melihati sinar fajar yang sudah memancarkan sinarnya di wajahnya sehingga dapat menambah kecantikannya.

Tiba-tiba Bella mendengar suara ketukan dari kamarnya, spontan membuat Bella menoleh ke arah dimana pintu kamarnya itu berada.

Tok tok tok, "Bella Bell? Lu di dalam kan?" Tanya seseorang itu dari luar kamarnya.

Bella berjalan ke arah pintu dan membuka pintu kamarnya. "Ada apa sih Jess? Ganggu orang ajah," gerutu Bella yang kesal dengan tingkah laku sahabatnya itu.

Gadis yang ada di depan Bella saat ini hanya bisa memberikan senyuman semanisnya, Gadis yang terkenal dengan begitu cerianya, dia adalah Jessy.

Jessy adalah adik kelas Bella, umur mereka hanya terpaut dua tahun saja dan Jessy juga sekaligus sahabatnya dari kecil, Jessy lah yang paling mengerti dengan apa pun kondisi Bella, dan apa pun yang ada di dalam Bella termasuk percintaan.

"Lah lu nggak sekolah?" tanya Jessy yang melihat Bella masih menggunakan piyamanya, Jessy melihat Arloji jam tangannya dan dia sangat terkejut.

"Ya ampun ini kan udah jam tujuh seharusnya lu udah berangkat dari tadi, ngapain lu masih ada disini sih? Udah cepetan siap-siap sana," Jessy mendorong Bella agar masuk kedalam kamarnya.

Ia tau bahwa di dalam kamar Bella ada kamar mandi pribadinya, maka dari itu Jessy menyuruh Bella agar mandi dan siap-siap berangkat ke sekolahnya.

"Jessy-Jessy, udah stop," perintah Bella sedikit menaikan nada bicaranya, ia kesal jika di pagi-pagi seperti ini sudah harus berhadapan dengan Jessy.

"Lu tau kan sekarang hari apa? Sekarang itu hari minggu, jangan ngomong kalo lu lupa kalo hari ini hari minggu," ujar Bella yang sudah menduga bahwa Jessy lupa.

Begitulah Jessy yang seringkali membuat Bella menjadi begitu kesal dengan amnesianya itu, namun dengan penuh sabarnya Bella harus bisa menghadapi sahabat satu ini.

"Oh ya ampun, iya gue lupa," Jessy memukul kepalanya karena kelupaannya itu. Bella hanya bisa membolakan matanya.

"Lagian lu juga ngapain sih? Udah tau hari minggu bukannya tidur malah udah muncul ajah di depan mata gue," jelas Bella begitu geram nya.

Jessy tersenyum lebar dan menunjukan deretan gigi putih rapi. "Hehe iya gue lupa, kan gue ke sini mau ajakin lu jalan-jalan, ngapain gue malah nyuruh lu pergi ke sekolah ya?" tanya Jessy sendiri bingung.

"Ya dasar lu amnesia," ejek Bella dan Jessy hanya mengerutkan keningnya saja, Jessy memajukan bibirnya selayaknya merajuk. "Tapi emang sih, kebiasaan gue kayak gini," balas Jessy menertawakan dirinya sendiri.

Bella berjalan ke arah rajang yang berukuran cukup besar itu, dan di ikuti oleh Jessy di belakangnya, Jessy pun sama duduk di samping Bella.

"Eh lu kok malah duduk sih? Bukannya mandi siap-siap gitu, terus kita berangkat," jelas Jessy dan Bella hanya membolakan matanya.

"Emangnya lu mau ngajakin gue ke mana? Masih pagi gini juga kan?" tanya Bella yang sama sekali tidak memiliki tujuan ingin kemana.

Berhubung hari ini hari minggu membuat Bella malas untuk pergi keluar rumah. Rumahnya juga sepi ayah dan bundanya pun tengah ada di luar kota karena pekerjaan ayahnya.

Kedua kakak perempuannya sudah menikah, kakak pertamanya sudah mempunyai anak laki-laki dan ikut suaminya yang ada di kota

Kakak keduanya pun sama dia sudah menikah dan dalam kondisi hamil, dia pun sama ikut dengan suaminya yang sama di kota, sekarang Tanggungan orang tua Bella hanya Bella seorang.

Rumah yang dulunya begitu ramai kini hanya tinggal Bella seorang, kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan mereka.

"Gimana kalo kita ke taman ajah?" tanya Jessy dan membuat Bella membolakan matanya malas. "Ya ampun Jess selain taman apa nggak ada?" tanya Bella yang sangat malas jika harus pergi ke taman.

Sudah begitu sering Bella datang ke sana, namun Jessy kini tidak ada bosannya mengajaknya pergi ke sana. "Ya nggak papa, lu masa nggak mau sih? Di sana kan ramai, banyak orang jualan makanan juga, jadi kita bisa borong disana," jelas Jessy membuat Bella menghela nafasnya kasar.

"Lu yakin tujuan lu kesana cuma karena banyak orang jualan ajah? Kenapa ya kok gue kayak gak yakin ajah kalo tujuan lu cuma itu aja?" tanya Bella dan membuat Jessy terkekeh.

"Hehe masa lu gak apal-apal sih sama gue, ya pastinya ada sesuatu yang lebih lah, biasalah masa lu nggak tau?" tanya Jessy yang kesal karena Bella belum juga hafal dengan kebiasaannya.

"Iya-iya gue tau, gue apal bener tingkah laku lu, karena cowoknya kan?" Tanya Bella sambil menaik turunkan alisnya, hal itu membuat Jessy terkekeh.

"Nah tuh dia lu tau juga kan? Yaudah ayo tunggu apa lagi? Kita pergi sekarang juga ke sana," jelas Jessy dengan penuh antusias.

Begini lah sikap Jessy jika sudah mengenal seorang pria, dia sangat suka jika melihat pria tampan seperti pria yang waktu itu datang dan menembak Bella agar menjadi kekasihnya.

Jessy sudah memperingatkan Bella agar menerima pria tampan itu namun dengan mudahnya Bella menolaknya karena Bella tidak ingin membuang waktunya hanya untuk berpacaran.

Jessy juga sama dia begitu banyak menyukai ketampanan pria namun di dalam hatinya masih ada satu pria yang selalu ada di dalam hatinya.

Pacar? Bukanlah, sosok seperti Jessy seperti ini mana mau berpacaran. Jessy juga tidak jauh berbeda dengan Bella yang hanya mengaggumi dalam diam Seorang pria.

Bersambung...