Agra mengusap wajahnya kasar. Ia menatap Citra yang terkulai di brankar dengan kaki yang diperban. Menyalahkan Citra pun Agra tak bisa, semuanya salahnya sendiri. Ia harusnya tak meninggalkan Zara begitu saja. Ia harusnya mencoba membujuk Zara agar mau pulang bersamanya. Tapi semuanya sudah berlalu. Andaian semata itu tak akan berguna sama sekali.
Agra menghela napasnya kasar, Zara hilang dan semuanya salahnya. Apalagi saat mendengar Ken yang berkata bahwa akhir akhir ini Zara sering mendapat peneroran. Itu bahaya, dan harusnya Agra tidak meninggalkan Zara begitu saja. Ck.
Sret.
Agra menoleh, mendapati pintu ruangan Citra yang dibuka dari luar dan menampakkan sosok kedua orang tuanya. Mereka berlari berbondong bondong menghampiri Citra yang sudah tertidur di brankar dengan keadaan yang memang mengenaskan.
"Agra, kenapa baru kabari kami!" Mama menatap putranya kesal.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com