webnovel

Berubah

Setelah sampai di sekolah, Vallerie dipaksa oleh Langit untuk segera turun dari motor. Wajah Langit memerah karena menahan emosi, untung saja mereka berdua tidak kena hukum. Sebab guru yang berjaga pintu gerbang sekolah sedang tidak ada. Langit menatap Vallerie tajam, membuat Si Gadis yang ditatap merasa ketakutan, tubuhnya bergetar hebat.

Langit mendorong tubuh Vallerie kasar, masih baik ada Bagas dengan cepat menangkap tubuh Vallerie sehingga tubuh rapuh itu tidak jatuh sampai ke tanah yang kotor. Langit menatap Vallerie semakin tajam, lalu menarik lengan gadis itu secara kasar entah akan membawanya ke mana. Tapi dengan cepat Bagas menarik pergelangan tangan Vallerie agar Langit tidak menyakitinya.

Bagas adalah teman sekelas Vallerie, dia tidak terlalu dekat dengan gadis itu. Bahkan dia juga tidak suka kepada Vallerie karena gadis itu terlalu polos. Tapi sebagai seorang lelaki, Bagas tidak suka jika melihat seorang gadis dikasari oleh pacarnya sendiri. Apa lagi gadis yang mendapat perlakuan kasar dari pacarnya adalah Vallerie, teman sekelasnya. Tentu saja rasa peduli masih ada dalam diri Bagas.

"Jangan kasar sama cewek!" tegur Bagas.

Langit terkekeh pelan. "Siapa lo? Ada hak apa larang gue?" tanyanya sinis.

"Gue temannya Valle di kelas, jadi gue berhak larang lo buat sakitin teman gue!" ucapnya dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.

Ternyata, Vallerie tidak hanya dekat dengan Angkasa saja, tetapi dengan Bagas juga. Langit benar-benar benci kepada gadis yang berpura-pura polos seperti Vallerie padahal mempunyai banyak teman lelaki. Pantas saja semakin banyak orang yang tak suka kepada Vallerie, jawabannya karena sifatnya busuk.

Emosi Langit tidak dapat ditahan lagi, dia kembali menarik lengan Vallerie secara kasar dan hendak membawanya ke luar dari lingkungan sekolah. Tapi lagi dan lagi Bagas berhasil melarangnya sehingga Vallerie dapat bersembunyi di balik tubuh tegap Bagas. Rasanya Vallerie benar-benar takut, Langit jika marah seperti monster baginya.

"Valle, sini! Ikut gue!" Langit terus berusaha untuk menggapai lengan Vallerie, tapi tidak bisa karena Bagas selalu menghalangi pergerakannya.

Bagas menatap Langit mengejek, kemudian berucap, "Masih butuh Valle lo? Terus, kenapa lo kasarin dia? Inget ya, Valle itu gak pantas punya pacar kayak lo!"

"Butuh? Maaf ya, gue gak butuh cewek kayak dia. Gue cuma mau balas dendam aja sama dia," jawab Langit disertai dengan kekehan pelannya.

Karena sudah tidak dapat lagi menahan amarahnya, Bagas mendorong tubuh Langit kasar. Sehingga lelaki berwajah tampan itu terhuyung ke belakang dan hampir terjatuh. Langit malu, dia membalas mendorong tubuh Bagas. Sehingga tubuh Bagas mengenai Vallerie yang sedang berdiri di belakangnya.

Vallerie jatuh, lututnya mengenai bebatuan kecil yang tajam. Luka kecil dapat kelihatan jelas menghiasi lutut Vallerie, cairan bening mulai berjatuhan satu-persatu membasahi kedua pipi Vallerie. Sikap Langit sangat kasar, tidak ada bedanya dengan Ragil. Tapi bodohnya meskipun sudah diperlakukan kasar, Vallerie masih tetap sayang kepada Ragil maupun Langit.

"Awsh, Lang! Jangan kasar!" bentak Vallerie.

Langit menghampiri Vallerie, lalu mencengkeram dagu gadis itu kuat. "Berani lo sama gue? Hah?!" balasnya dengan bentakan pula.

Tidak ada lagi yang dapat Vallerie lakukan selain menggelengkan kepalanya lemah. Lalu, Langit melepaskan cengkeramannya secara kasar dari dagu Vallerie. Masalah uang bensin yang tadi Vallerie janjikan tidak dia ingat lagi, Langit meninggalkan parkiran motor dan memutuskan untuk menenangkan diri di rooftop.

"Langit! Kamu mau ke mana?!" panggil Vallerie dengan teriakannya, tapi tidak didengarkan oleh Langit.

"Udah, ngapain manggil cowok brengsek itu sih? Sekarang lebih baik obatin luka di kaki lo dulu, nanti infeksi," nasihat Bagas.

Vallerie menggelengkan kepalanya cepat, lalu menjauhkan tubuhnya dari Bagas yang hendak mendekatinya. "Gak perlu, seharusnya kamu jangan belain aku tadi. Langit jadi marah, aku gak mau dia cemburu," tolaknya secara halus.

Embusan napas kasar keluar dengan mulus dari hidung Bagas, jujur saja jika dia berada di posisi Langit pasti akan cemburu jika melihat kedekatan Vallerie dengan lelaki lain. Tapi jika hanya teman, untuk apa cemburu? Lagi pula kelihatan bahwa Vallerie adalah tipe cewek yang setia, gadis polos tidak mungkin mau selingkuh.

Bagas menatap Vallerie jengkel. "Ya elah, gue cuma obatin luka lo doang kok. Habis tuh nanti kita ke kelas lagi," jelasnya dengan malas.

"G-ga perlu, aku bisa obatin sendiri." Lalu, Vallerie bangkit dari posisi duduknya secara perlahan. Kemudian berjalan menuju UKS dengan pincang.

***

Pelajaran akuntansi keuangan di kelas dua belas akuntansi satu sedang berlangsung. Semua murid sedang mengumpulkan tugas yang minggu lalu diberikan oleh Bu Wina ke meja guru. Kecuali Vallerie, dia justru merasa panik karena lupa mengerjakan tugas tersebut. Bagaimana mau bisa mengerjakan tugas, kalau tubuhnya selalu saja sakit akibat pukulan dan cambukan yang dilakukan oleh Ragil.

Hampir semua murid sudah mengumpulkan tugas, tersisa tiga orang murid saja yang belum mengumpulkannya termasuk Vallerie. Satu-persatu murid dipanggil ke depan untuk ditanya mengapa tidak mengerjakan tugas, dan kini giliran Vallerie untuk ke depan menghadap Bu Wina. Vallerie takut, jika kabar ini bisa sampai kepada Ragil.

"B-bu, maaf. Saya gak ngerjain tugasnya karna minggu lalu sakit," ungkap Vallerie.

Bu Wina menggelengkan kepalanya pelan. "Valle, setahu ibu waktu kamu kelas sepuluh dan sebelas itu pintar lho. Kenapa sekarang jadi seperti ini?" tanyanya dengan suara selembut mungkin.

Kepala Vallerie tertunduk, lalu dia menjawab, "Iya bu, maaf. Lain kali saya bakal segera mengerjakan tugasnya kok. Tapi saya mohon, jangan kasih tahu ayah tentang masalah ini, ya bu? Saya mohon."

"Maaf Valle, gak bisa. Ayahmu sudah mempercayakan ibu untuk memberitahu setiap masalah atau perkembangan kamu. Jadi ibu berhak memberitahu hal ini kepada ayah kamu," jelas Bu Wina dengan berat hati.

Vallerie mengembuskan napasnya secara perlahan, dia sudah pasrah jika nanti di rumah harus kembali dicambuk oleh Ragil. Ini semua salah dirinya karena terlalu ceroboh dan pelupa. Vallerie kembali ke tempat duduknya dengan langkah perlahan. Vallerie takut pulang, Vallerie tidak mau pulang.

Batin Vallerie sudah sangat tertekan, tetapi orang-orang tidak ada yang bisa mengerti dirinya. Vallerie melamun di tempat duduknya, padahal Bu Wina sudah mulai menerangkan materi pada bab selanjutnya. Nara, teman sebangku Vallerie menepuk pundak kiri Vallerie pelan.

"Vall, lo gak papa? Lo sakit? Mau gue anter ke UKS?" tanya Nara khawatir.

Vallerie menggelengkan kepalanya pelan, kemudian menjawab, "Eh, enggak kok aku gak papa. Cuma sedikit pusing aja."

"Kenapa gak di UKS aja? Supaya lo juga bisa tidur," bujuk Nara.

Hati Nara rasanya sakit ketika melihat wajah polos Vallerie. Bisa-bisanya teman sekelas mereka dengan mudah termakan kabar hoax. Padahal jika diperhatikan lagi, ada yang janggal dalam masalah ini. Biasanya jika ada murid yang meninggal pasti guru-guru akan datang melayat. Tapi kemarin ataupun hari ini, suasana sekolah tetap seperti biasa. Tidak ada guru yang pergi ke rumah Sahara untuk melayat.