webnovel

Sampai Menutup Mata Part 14

"Gue cuma gak mau bikin dia nangis kayak tadi. Gue juga gak mau nyakitin perasaannya, gue udah berusaha jadi sahabat yang baik buat dia, sahabat yang selalu ada saat dia butuh. Tapi nyatanya gue gak bisa, gue gak bisa jadi sahabat yang baik buat dia. Gue udah sakitin hati dia," ucap Imel sembari terus terisak. Ia sangat menyesal karena tak memberitahukan penyakitnya itu kepada Revi. Hal inilah yang Imel takutkan sedari dulu. Ia tak mau melihat Revi yang marah dan sedih karena penyakitnya ini. Namun bagaimana pun, cepat atau lambat, akhirnya Revi akan tau juga penyakit apa yang sedang di derita Imel.

"Cewek egois kayak dia itu gak pantas dijadiin sahabat!" celetuk Afdhal membalas ucapan Imel tadi. Imel hanya diam saja. Karena merasa tak enak hati, Temmy pun menyenggol lengan Afdhal.

"Apa sih?" tanya Afdhal dengan wajah tanpa dosanya.

"Mendingan lo kejar aja tuh si Revi, tenangin dia. Kasian," suruh Temmy. Afdhal menggeleng kuat.

"Gak mau. Males banget ketemu sama tuh cewek." Temmy pun menginjak kaki Afdhal dengan keras.

"Aduh," jerit Afdhal yang kesakitan.

"Udah sana lo kejar Revi. Gue takut dia ngelakuin hal-hal aneh," kataTemmy dengan memelototkan matanya. Dengan malas, Afdhal pun berjalan keluar dari ruang inap Imel. Temmy kembali menatap Imel yang tengah menangis.

"Maafin kelakuan si Afdhal ya Imel? Dia emang kayak gitu," ucap Temmy yang merasa tak enak hati.

"Gapapa," balas Imel singkat tanpa menatap Temmy. Temmy terdiam, ia bingung harus berkata apa lagi.

"Ini semua salah gue, harusnya gue kasih tau penyakit ini ke Revi. Mungkin aja kalau dia tau, dia gak akan semarah ini sama gue," ujar Imel dengan suara paraunya.

"Lo gak boleh salahin diri lo, Imel. Ini gak sepenuhnya salah lo. Wajar aja kalau lo emang nutupin penyakit ini dari Revi, gue tau kalau lo gak mau bikin Revi sedih." Temmy memegangi telapak tangan Imel. Temmy bermaksud untuk menenangkan perasaan Imel.

"Tapi kalau udah kayak gini, gue harus ngelakuin apa? Gue tau banget, Revi itu gak gampang marah dan kalau dia udah marah, susah buat ngebujuk dia lagi. Gue takut kalau dia gak mau maafin gue."

"Gue yakin, seburuk dan sebanyak apapun kesalahan yang lo buat, yang namanya sahabat pasti bakal maafin semua kesalahan kita. Kalau dia gak mau maafin lo, ya berarti dia bukan sahabat yang baik buat lo. Dan lo bakal tau, mana sahabat yang baik buat lo dan mana sahabat yang buruk buat lo. Bukannya gue sok tau ya Imel, ucapan gue ini sesuai sama perjalanan hidup yang pernah gue lalui. Jadi, lo harus percaya diri, kalau emang dia benar-benar menganggap lo sahabatnya, pasti dia maafin lo kok," ucap Temmy panjang lebar. Imel hanya mengangguk dan tersenyum kearah Temmy. Ia juga menghapus airmatanya yang sedari tadi mengalir.

"Makasih ya Temmy, ucapan lo selalu bisa bikin gue tenang."

"Sama-sama Imel." Temmy pun terus menghibur Imel dengan cerita-cerita lucu yang pernah ia alami dengan Afdhal. Hal itu membuat Imel tak berhenti tertawa. Sementara itu, Afdhal tengah mencari Revi yang tak terlihat di koridor lantai 4. Ia pun memutuskan untuk mencari Revi di lantai 1 dan tak lama ia menemukan Revi di taman rumah sakit. Terlihat Revi yang tengah terduduk sembari menangis di sana. Perlahan Afdhal mendekati Revi dan duduk di sampingnya.

"Udah jangan nangis," ucap Afdhal. Revi tak membalas ucapan Afdhal, ia hanya diam saja sembari terus menangis.

"Udah deh lo jangan nangis terus. Lagian buat apa nangisin Imel? Harusnya lo tuh kasih dia semangat, apalagi besok dia harus di operasi. Kalau lonya kayak gini terus, nanti Imel gak bakal mau di operasi. Apa lo mau kehilangan Imel? Nggak kan? Makanya lo gak usah deh nangis-nangis kayak gini lagi. Gak ada gunanya tau. Mendingan sekarang lo datengin Imel lagi, temenin dia sampai dia sembuh. Jangan sampai kamu kehilangan orang yang kamu sayang karena mempertahankan keegoisan lo. Gue gak suka sama orang-orang yang egois kayak lo, cuma mikirin dirinya sendiri, gak pernah mikirin perasaan orang lain. Harusnya kamu ngerti dong maksud Imel menyembunyikan penyakitnya. Cuma satu keinginan dia, dia gak mau liat lo sedih terus-terusan kayak gini," ujar Afdhal menasehati Revi. Revi yang sedari tadi menangis dalam diam kini berubah menjadi tangisan dengan isakan. Tangisannya bertambah semakin kencang dan terdengar sampai kemana-mana. Beberapa orang yang sedang melewati taman rumah sakit itu pun memandang Revi dengan tatapan aneh mereka. Mereka merasa Afdhal lah yang telah membuat seorang anak gadis itu menangis hingga terdengar isakan tangisnya.

"Sssttt… Sssttt… Jangan kenceng-kenceng nangisnya," pinta Afdhal mulai panik. Bukannya mereda, Revi malah menambah suara isakan tangisannya. Dengan terpaksa, Afdhal pun menarik tubuh Revi ke dalam pelukannya. Hal itu pun membuat Revi terdiam. Afdhal mengelus puncak kepala Revi dengan lembut.

"Gue gak mau liat orang di sekeliling gue yang ngerasain hal yang sama kayak gue dulu. Jadi, selagi Imel masih hidup dan selagi lo masih punya banyak waktu, jangan sia-sia orang yang lo sayang," kata Afdhal pelan membuat Revi kembali menangis. Namun kali ini ia tidak mengeluarkan isakan tangisnya. Perlahan Afdhal melepaskan pelukannya.

"Maaf!" Afdhal pun pergi begitu saja meninggalkan Revi. Senyum Revi mengembang setelah Afdhal pergi, ia tak menyangka jika Afdhal akan memperlakukannya semanis itu. Setelah mendengar ucapan dan mendapatkan perlakuan manis dari Afdhal, Revi memutuskan untuk kembali ke ruang inap Imel. Namun setibanya di sana, Revi dikejutkan oleh pemandangan langka yang sebelumnya tak pernah ia lihat. Revi melihat Imel yang sedang menangis tanpa ditemani oleh siapapun. Dengan perlahan, Revi menghampiri Imel. Imel yang mendengar suara pintu terbuka pun segera menghapus air matanya.

"Imel!" panggil Revi.

"Revi… Maafin Imel ya gak bilang sama kamu tentang penyakit aku. Imel gak bermaksud buat bikin lo marah kayak gini, Imel cuma gak mau kalau lo khawatirin Imel terus. Maaf Imel gak bisa jadi sahabat yang baik," ucap Imel sembari mencoba untuk terduduk di ranjangnya. Namun dengan sigap, Revi menahan Imel agar ia tidak melakukan hal itu.

"Enggak Imel, lo gak salah, yang salah itu gue. Gue udah terlalu egois, gue cuma mikirin perasaan gue aja. Maafin gue ya, Imel?" balas Revi sembari memeluk tubuh Imel yang tengah terbaring.

"Iya Revi, Imel juga minta maaf ya?" timpal Imel. Imel juga membalas pelukan Revi. Tanpa mereka sadari, Temmy dan Afdhal tengah mengintip mereka dari kaca pintu ruang inap Imel. Mereka tersenyum melihat Imel dan Revi kembali bersama.

***

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.