webnovel

Seberang Rumah

entah apa yang yang ngerasuki gue, bisa-bisa suka sama kakak sahabat gue sendiri yang terbilang jauh sekali dari tipe gue. namanya Dicky Mandala, mahasiswa tampan yang tinggal diseberang rumah. kalau kangen tinggal nengok ke depan rumah. "Mas Dicky," panggilku. Mas Dicky menoleh. "apa?" tanyanya. "ai lop yu," ucapku dengan senyuman. Mas Dicky menempelkan punggung tangannya kedahiku. "sakit lo?" tanya dia membuayku kesal. "ih serius!" "jangan serius-serius, nanti gue seriusin lo gak mau lagi."

flowerleysa · Teen
Not enough ratings
1 Chs

prolog

"Gue suka Mas Dicky!" ucap lantang.

"Serius Nil?!"

"Iya,"

"Mas Dicky kakak gue?!"

"Iya Rin,"

"Bener Mas Dicky kakaknya Rina?!"

"Yoi Disi,"

"Mas Dicky yang--"

"Stop stop dengerin gue dulu," selaku gemas dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Aku mengambil napas sejenak, "gue gak tau sejak kapan rasa ini muncul, tapi aku serius kalau gue suka sama Mas Dicky, kakak lo Rin."

Rina dan Disi menganga tak percaya mendengar perkataanku. Memang sih, sulit dipercaya kalau aku bisa suka sama kakak kandung Rina. Terlebih aku kalau ketemu sama Mas Dicky bawaannya berantem melulu.

"Sumpah demi sempaknya superman Nil, lo bercanda 'kan?"

"Serius Dis, gue gak bercanda," kataku meyakinkan.

"Terus gebetan lo yang anak SMA sebelah itu?" kata Disi, mengingatkanku kalau aku sudah punya gebetan dari SMA sebelah. Namanya Raka, anaknya ganteng, pintar dan baik. Dulu aku memang sempet suka sama dia, tapi sekarang aku sadar kalau ternyata perasaan aku ke dia cuma sekedar kagum. Dan entah sejak  kapan, hatiku malah berlabuh ke seorang mahasiswa yang notabenenya kakak kandung sahabatku sendiri.

"gue cuma kagum sama Raka Dis,"

"Terus, kalau lo ternyata juga sekedar kagum sama Mas Dicky gimana?" Rina bertanya.

"Ngak Rin, gue yakin kalau perasaan gue ke Mas Dicky itu bukan perasaan kagum. Setiap deket sama dia, perasaan aneh ini selalu muncul, dan gue baru sadar sekarang kalau ternyata gue lagi jatuh cinta," jelasku panjang lebar.

Rina dan Disi membulatkan matanya, seolah tak percaya manusia sebar-bar diriku berkata seperti itu. Aku tau kalau aku sama Mas Dicky itu bagaikan langit dan bumi, dia tu pintar, sopan, dan tampan lagi, sedangkan aku sudah goblok, bar-bar, gak tau aturan, muka udah seperti serbet Bunda yang jarang dicuci.

"Gila lo Nil, lo tau 'kan kalau Mas Dicky itu sudah nganggep lo seperti adiknya sendiri?" ucap Rina memperingatiku.

"Iya tau, makanya kalian harus bantuin gue buat Mas Dicky jatuh cinta sama gue," kataku dengan sungguh-sungguh.

Rina dan Disi menimang sejenak ucapanku, kemudian mereka mengangguk. "Oke kita bantuin," kata Disi.

"Tapi Nil, kalau misalkan lo...emm gak jadi, kita tetep sahabatan 'kan?" tanya Rina ragu.

"Iya Rin tenang aja."

"Ya udah, kita akan bantuin lo," Rina memutuskan. Aku bersorak dalam hati, saking senangnya.

"Jadi apa rencana kita buat besok?" tanyaku pada mereka.

"Rencananya adalah--