Anaya merebahkan tubuhnya setelah Asya meninggalkannya sendiri,Anaya tau Asya marah padanya karna ia sedikit egois.tp Anaya sungguh tak mau merepotkan siapapun karna keadaannya.
Anaya tertidur setelah banyak berpikir tentang dirinya dan Asya.sementara di ruangan lain Asya masih betah duduk di kursi kerjanya,Asya tidak marah pada Anaya hanya saja ia hanya ingin Anaya menuruti ke inginannya.Asya sungguh tak mau melihat gadis-nya kembali menderita karna melakukan pekerjaan yg akan membuat Anaya lelah,cukup dulu ia membiarkan Anaya-nya hidup mandiri karna dulu Asya belum bisa menghasilkan uang sendiri.tp berbeda dengan sekarang ia lebih dari sanggup untuk mengidupi Anaya bahkan apapun yg gadis-nya minta akan ia turuti selama itu wajar.
Lamunan Asya buyar karna ketukan di pintu ruang kerjanya tak berhenti di ketuk seseorang.
"masuk," ucapnya dingin
Dua orang laki-laki berwajah tampan belasteran masuk dengan senyum tersungging dari bibir mereka.
"ketus banget sih loe sambut kita berdua," ujar dewa protes
"ngapain kalian ke apartemen gue?"
"ck,ga bisa apa basa-basi gitu sama sahabat." gilbert hanya tergelak mendengar setiap protes yg keluar dari mulut dewa
"gue ga suka basa-basi." ucap Asya menatap kedua sahabatnya dingin
"Aih..es kutub dasar,pertama kita ke sini mau laporan soal kerjaan.." Asya menunggu dewa melanjutkan ucapannya "dan yg ke dua,kita ke sini mau liat keadaan ade bidadari kita yg udah loe bawa pulang ke sini." lanjut dewa dengan senyum takut karna mendapatkan tatapan tajam dari sahabat kutub nya
"alesan loe berdua,jangan pernah berani tebar pesona sama Anaya-gue.!" desis Asya tajam
"kita ga berani macem-macem sama Anaya Qo,mana berani kita.kita ke sini emang beneran mau liat keadaan Naya," ujar gilbert akhirnya ikut angkat suara,karna dewa yg memberinya kode agar bisa membuat si es kutub tak menatapnya tajam
"Anaya lagi di kamar,mungkin dia tidur," ucap Asya akhirnya sedikit melembut
"tumben banget loe cuek sama bidadari?" tanya dewa yg penasaran karna melihat Asya yg seperti sedang kesal pada adik barunya
"tadi gue abis sedikit debat kecil sama Naya," dewa dan gilbert saling pandang mendengar ucapan Asya
"loe lagi berantem?" gilbert bertanya karna dari pertama mereka masuk memang melihat wajah Asya yg terlihat kesal
"gue ga berantem cuman kesel aja sama sikap keras kepalanya Anaya," gilbert dan dewa tertawa kecil mendengar keluhan pertama Asya tentang perempuan,dan itu hanya di sebabkan oleh seorang gadis polos seperti Anaya.
"boleh kita tau gara-gara apa?" tanya gilbert kepo pada masalah sepasang kekasih yg saling mencintai ini
Asya terdiam menimbang-nimbang apa perlu ia bercerita tentang Anaya-nya yg selalu menolak keinginan yg tidak ingin melihat gadis-nya kembali hidup dengan bekerja keras seperti dulu.
"Anaya selalu nolak perlakuan spesial gue ke dia," ceriya Asya pada akhirnya
"perlakuan spesial gimana maksudnya?" tanya gilbert sedikit tak mengerti
"ya misalnya gue pengen dia tinggal di sini,tp dia seolah ga nyaman tinggal di apartemen gue.terus dia bilang bakalan kerja lagi kalau dia udah sehat sepenuhnya,gue jelas nolak dong denger Anaya mau kerja keras lagi kaya dulu.gue udah punya semua nya bahkan gue bisa nurutin apapun ke mauan dia tp dia selalu aja ngerasa ga enak,gue harus gimana coba?" ujar Asya frustasi.gilbert dan dewa tersenyum mendengar cerita sahabat es kutub nya,mereka tak menyangka hanya karna Anaya menolak perlakuan istimewa.sahabat kutubnya terlihat frustasi.
"kan loe tau naya itu cwe sederhana yg ga neko-neko hidupnya jadi pasti apapun perlakuan istimewa yg loe kasih,Naya ngerasa ga enak.inget Anaya bukan cwe yg gampang nerima sesuatu dengan gampang,kan loe sendiri yg bilang kalau Anaya-loe itu gadis sederhana dan pekerja keras.loe coba ngomongin baik-baik deh mau loe sama Naya,jangan bikin dia terlalu banyak berpikir hanya karna pedebat kecil.mungkin sekarang dia ngerasa bersalah udah bikin loe marah." ujar gilbert menasehati
Asya terdiam mendengar ucapan sahabatnya,tadi ia meninggalkan Anaya sendiri di kamar hanya karna sedikit kesal dengan penolakan gadis-nya
"gue mau liat dulu Anaya." ujar dewa memecah keheningan
"ngapain?" tanya Asya tajam
"elaah..gue pengen liat ke adaan dia yg baru pulang daru rumah sakit,inget Qo sekarang Anaya ade gue dan loe ga usah ngelarang kita berdua buat ketemu Naya.kalau loe ngelarang mulu,gue bilangin sama Anaya..mau loe?" ancam dewa sedikit memberanikan diri,meskipun sebenarnya ia takut melihat tatapan tajam sahabat kutub nya
"cukup loe liat ga usah tebar pesona atau macem-macem sama cwe gue!" dewa tersenyum senang karna berhasil membuat Asya mengalah
"gitu dong,gue ga akan macem-macem gue udah bilang cuman mau liat Naya aja..ga usah banyak curiga sama sahabat sendiri,dimana kamar Anaya?" Asya mendengus sebal mendengar celotehan sahabat konyolnya
"di kamar gue."
Dewa berlalu meninggalkan Asya dan gilbert yg masih betah di ruangan kerja Asya,ia tak berniat untuk mendengarkan pembahasan pekerjaan lebih baik untuknya melihat adik barunya yg sudah bisa pulang.
Dewa mengetuk pintu beberapa kali,namun tak ada sahutan apapun dari dalam.dewa memutuskan masuk karna ia pikir mungkin Anaya sedang tidur karna lelah,namun ia di buat terkejut melihat keadaan Anaya saat ini.bagaimana tidak,Anaya yg sedang berusaha bangun dengan darah di telapak tangannya membuat dewa sangat khawatir.
"Ya tuhan..Anaya kamu kenapa?" pekik dewa dengan suara khawatir,ia berjalan mendekati gadis polos yg masih berusaha untuk bangun
Anaya menatap dewa dengan senyum yg tersungging di bibirnya.
"tadi Naya mau ke kamar mandi,tp kaki Naya lemes ga bisa ngelangkah eeh mau jatuh..ter...."
"ASQO...." Anaya belum sempat melanjutkan ucapannya karna mendengar teriakan Dewa yg mengema.
Asya dan gilbert yg mendengar teriakan dari sahabat konyolnya bergegas menghampiri dewa yg saat ini ada di kamar Anaya.Asya terllihat khawatir mendengar teriak dewa dari kamar Anaya,ia berpikir terjadi sesuatu pada gadis-nya dan benar saja saat Asya sampai di depan pintu kamarnya ia melihat telapak tangan Anaya yg berdarah.Asya berjongkok menyesuaikan dengan tubuh Anaya yg masih terduduk tak berdaya,jantungnya berdebar kencang,matanya masih menatap lengan gadis-nya yg terluka.Asya menggendong tubuh mungil Anaya,mendudukan Anaya di pinggir kasur king size nya.mata Asya memanas menahan sesak di dada melihat keadaan gadis-nya yg terluka di telapak tangan dan di kaki bagian lututnya.
"Ambilin gue kotak P3K di laci situ,"ujarnya sembari menunjuk laci sebelah ranjang Anaya.dewa bergegas mengambil apa yg di minta sahabatnya.
Anaya yg melihat kekhawatiran Asya mencoba menenangkannya.
"Asya jangan khawatir,Naya baik-baik aja." ujarnya sembari mengelus rahang tegas Asya dengan sebelah tangannya yg tak terluka.
Asya mendongak menatap wajah Anaya karna ia sudah berjongkok tepat di depan Anaya.matanya masih menatap lekat wajah cantik kekasihnya.
"maaf." ujar Asya dengan tatapan bersalah yg jelas terlihat oleh Anaya,bahkan lengan Asya yg sedang mengobati tangan Anaya terasa bergetar.
"ga ada yg perlu di maafin,Asya ga salah apa-apa..Naya yg ga hati-hati mangkanya jadi kaya gini," hening kembali.
Asya sibuk membersihkan luka di lengan Anaya,dewa dan gilbert melihat tangan sahabatnya bergetar saat membersihkan luka Anaya mencoba untuk mengambil alih namun Asya menolak usulan ke dua sahabatnya.
"Qo..gue panggil dokter aja kalau gitu ya,kasian Naya kesakitan gitu.apalagi masih ada pecahan beling tertancap di lututnya..kasian Naya Qo harus ngerasain sakit lebih lama kalau loe yg ngobatin,gue tau loe juga dokter tp untuk saat ini status loe sebagai dokter ga berguna kalau berhadapan sama perempuan yg loe cintai," saran gilbert yg sudah tak tahan melihat Anaya meringis sakit karna Asya begitu lama mengobati gadis polos itu.
Asya mengangguk cepat mendengar saran dari gilbert,memang ia sungguh tak bisa jika berhadapan dengan Anaya saat melihat gadis yg ia cintai terluka.seolah gelar dokter dengan kemampuan mempuni yg ia sandang menghilang begitu saja saat harus mengobati gadis-nya yg sangat-sangat ia cintai.
setelah gilbert melakukan panggilan setelah persetujuan Asya,tak lama seorang dokter datang dengan tergesa ke apartemen mewah Asya.ketiga laki-laki yg masih berada di kamar Asya memperhatikan dokter dan satu orang suster yg membersihkan luka-luka Anaya dengan fokus,mereka takut jika melakukan sedikit kesalahan akan mendapat akibatnya dari seorang AsQo,yg jelas siapa saja pasti sudah tau nama seorang AsQo CEO muda berbakat yg terkenal dingin bahkan segelintir orang sangat tau kekejaman yg dimiliki CEO tampan tersebut.
"apakah luka nya dalam?," tanya Asya yg masih menatap Anaya begitu lekat,
"luka di lengannya tidak terlalu dalam tuan,namun luka di lutut nona Anaya lumayan dalam..tapi kami sudah berhasil mengeluarkan pecahan kaca di lutut nona Anaya,dan mungkin jika obat bius nya sudah hilang nona Anaya akan merasakan sakit.." ujar dokter menjelaskan setelah selesai mengobati Anaya,Asya mengangguk mengerti tanpa memperdulikan saat dokter berpamitan padanya.ia menyerahkan semua urusannya pada ke dua sahabatnya tanpa ingin di ganggu dengan hal-hal kecil.
fokus Asya masih pada Anaya yg saat ini menatapnya dengan senyum yg tersungging di bibir mungilnya.Asya tak suka dengan senyum itu,Anaya seperti menyembunyikan rasa sakitnya lewat senyum di bibirnya.
"makasih kak ibet,kak dewa udah bantuin urusan Asya," ujar Anaya setelah melihat ke dua sahabat Asya yg berdiri tak jauh dari tempatnya duduk.
"itu udah kewajiban kita sebagai kakak kamu,jangan terluka lagi naya.kamu bikin sahabat kita pucet kaya gitu." ujar gilbert sembari menatap Asya yg hanya terus menatap Anaya,dewa tekekeh kecil melihat sahabat kutubnya memperlihatkan rasa takutnya ketika melihat Anaya terluka.
"kamu mau minum atau makan?" tanya dewa karna tak kunjung mendengar suara Asya,
"aku mau minum aja kak,Naya haus." dewa berlalu keluar kamar mengambil air yg di minta adik barunya,gilbert duduk di sofa yg tersedia di kamar Asya.
"Asya ga mau peluk Naya?" perkataan Anaya sontak membuat Asya tersadar dari lamunannya,Asya melangkah mendekati Anaya yg masih duduk di ranjang dengan perban di lengan dan lututnya.
Asya berjongkok menyesuaikan dengan tinggi Anaya yg sedang duduk,matanya menatap lekat tatapan mata Anaya.Anaya kembali tersenyum mendapati Asya sudah tepat di depannya.
"jangan jongkok kaya gitu,nanti lututnya sakit," masih hening,Asya masih belum mengatakan apapun semenjak dokter keluar dari kamar.
"Asya marah sama Naya? maaf Naya ga hati-hati,sekarang Asya bangun ya..duduk di sebelah Naya," ucapnya dengan berusaha membangunkan tubuh kekar Asya.Asya masih bergeming menatap Anaya,ia tak berniat mengubah posisinya sedikitpun
"Asya...jangan gini malu di liat ka ibet,Ayo bangun.Naya ga suka Asya diemin Naya kaya gini.." Anaya terkejut saat Asya membawanya kedalam pelukan tubuh kekar kekasihnya.
"maafin aku,aku yg udah bikin kamu luka gini..aku nyesel udah ninggalin kamu di kamar sendiri,maafin aku yg bodoh ini dengan egoisnya marah sama kamu sayang.." Anaya membalas pelukan erat Asya,ia tak suka mendengar kekasih hebatnya menyalahkan dirinya sendiri hanya karna dirinya yg tidak berhati-hati
"jangan nyalahin diri sendiri Asya,naya terluka bukan karna Asya..Naya yg maksain jalan sendiri,maaf tadi Naya udah bikin Asya kesel,sekarang Naya bakalan ngikutin apapun yg Asya mau.." Air mata yg sedari di tahan Asya akhirnya menetes,namun ia dengan cepat mengahpusnya.Asya mengurai pelukannya namun enggan melepas lengannya di pinggang mungil gadisnya.
"jangan terluka lagi,hmm? aku ga bisa liat kamu luka kaya gini,. pasti sakit ya?" ucapnya lembut
"maaf ya bikin Asya,kak dewa sama kak ibet khawatir." ujar Anaya menatap ketiga pria yg berada di kamarnya
"ini minum dulu," Anaya meminum habis air yg di berikan dewa padanya,membuat ketiga pria yg melihatnya menatap takjub.
"haus banget,hmm?" Anaya tersenyum malu mendapati tatapan ketiga pria yg sedang menatapnya,Asya dan kedua sahabatnya terkekeh geli melihat Anaya yg malu di perhatikan mereka.
"kenapa kamu bisa jatuh?" tanya gilbert pemasaran
"eemm...tadi Naya mau ke kamar mandi,terus maksain jalan tp kaki Naya ga kuat setelah beberapa langkah,Naya ga sengaja nyenggol pas bunga di atas meja,pas kaki Naya lemes udah ga kuat lagi berdiri Naya jatuh nimpa pecahan pas bunga yg pecah..maaf ya Naya udah mecahin pas bunga nya Asya." Asya kembali memeluk gadis-nya,sementara gilbert dan dewa meringis ngilu mendengar cerita Anaya yg jatuh tepat di pecahan pas bunga.
"kalau aja tadi aku ga ninggalin kamu di kamar sendirian,pasti kamu ga bakalan terluka kaya gini..aku ga perduli sama pas bunga yg aku perduliin cuman kamu Anaya putri." hati Anaya menghangat mendengar ucapan terakhir kekasihnya
"udah dong..naya ga suka Asya nyalahin diri sendiri terus kaya gini,kan naya udah bilang ini bukan salah Asya tp gara-gara kecerebohan naya."
gilbert dan dewa merasa beruntung melihat sahabat kutub nya begitu mencintai gadis baik seperti Anaya.
"udah ya so sweet so sweet tan nya kita berdua gerah liat nya," ujar dewa membuat Anaya malu karna sempat melupakan keberadaan kakak barunya yg masih berada di kamarnya.gilbert terkekeh geli mendengar protes dewa
"nasib jomblo ya gitu,ngiri akut." ujar Asya ketus,Anaya menyembunyikan wajah malu nya di dada bidang Asya,Asya hanya tersenyum geli melihat tingkah gadis-nya.