Pagi-pagi sekali Anaya sudah berada di ruangan Asya sang CEO Dirgantara.
pukul 5 pagi tadi Anaya mendapat panggilan dari no baru,ia di haruskan segera sampai di perusahaan.awalnya Anaya ingin menolak tp suara seseorang mengintrupsinya agar tak membantah ataupun menolak apapun yg di tugaskan padanya,dengan langkah cepat Anaya terburu-buru agar cepat sampai di tempatnya bekerja.
"selamat pagi tuan..ada yg bisa saya bantu." ucap Anaya di sela suaranya yg masih tersengal karna tadi ia berlari
"selamat pagi Anaya Putri,sekarang tepat pukul setengah enam..hebat juga ya loe datang tepat waktu.." ucap Asya "dan tugas loe hari ini bersihin semua kamar mandi dari lantai satu sampai lantai dua puluh,gue cuman pengen semua nya loe yg ngerjain tanpa bantuan siapapun.!" lanjut Asya tegas
Anaya menatap Asya tak percaya,bagaimana bisa ia membersihkan semua kamar mandi dari lantai satu sampai dua puluh sendirian?
"tapi tuan.." ucapan Anaya terpotong karna Asya kembali berbicara
"ga ada tapi-tapi Anaya!! gue minta harus bersih semuanya,gue ga perduli loe bersihin semuanya sampe jam berapapun,selama loe belum selesai bersihin semua loe ga boleh dulu pulang.!!" ucap Asya kembali menegaskan
Anaya berlalu begitu saja dari ruangan Asya,Anaya pasti bisa membereskan semua pekerjaan yg Asya minta.
sementara Asya tersenyum karna Anaya mau menuruti perkataannya,Asya sempat berpikir bahwa yg ia lakukan sedikit keterlaluan tapi Amarah Asya kemarin harus ia salurkan pada Anaya bagaimana pun caranya.pikir Asya egois
tepat pukul 9 malam Anaya menyelesaikan semua pekerjaan yg Asya minta,badannya sakit luar biasa.wajah Anaya pun pucat karna lelah..tapi Anaya tak bisa mengeluh sekarang yg ia inginkan sekarang hanya ingin secepatnya pulang
Anaya kembali memasuki ruangan Asya dengan badan lemasnya,ia berniat untuk melaporkan hasil kerjanya dan benar saja Asya sedang menunggunya dengan santai sembari meneguk kopi
"tuan..semua kamar mandi dari lantai satu sampai lantai dua puluh sudah saya selesaikan." ucapnya lemas seperti badannya yg lemas
"hebat juga kerjaan loe." ucap Asya dengan sinis
"kalau begitu undur diri,permisi tuan." ucap Anaya sembari melangkahkan kakinya,ia tak menyangka jika Asya akan kembali mencegahnya untuk keluar dari ruangan.cengkraman lengan Asya pada lengan Anaya membuatnya meringis karna sakit yg teramat.tp Anaya enggan memperlihatkan kelemahannya pada Asya,
Ya Asya tidak tau jika lengan dan punggung Anaya lebam karna perbuatannya,Anaya selalu melapisi baju kerja pendek nya dengan memakai baju lengab panjang di dalam nya.
Anaya menatap Asya dengan wajah pucatnya,ia sungguh tidak sanggup jika harus berdebat dengan Asya lagi.
"Ada apa tuan." tanya Anaya dengan tenang
"loe mau kemana,hmm? gue bahkan belum ngijinin loe pulang."
"tapi pekerjaan saya sudah selesai,dan ini sudah malam.teman saya menunggu di bawah" ucap Anaya lemah
Adya kembali teringat dengan Andra saat Anaya mengatakan ada yg menunggunya di lantai bawah,amarah Asya kembali meradang.Asya mencengkram tangan Anaya kuat ia menatap mata sayu Anaya dengan tatapan Amarah nya.
"LOE CWE JALANG!!! berani loe bantah ucapan gue."
Anaya mendongakkan kepalanya menatap mata tajam Asya dengan lemah,kenapa Asya harus mengatakan hal yg selalu menghancurkan hatinya? kenapa Asya begitu tega memperlakukannya dengan kasar? Anaya bahkan tak memiliki kesalahan apapun pada Asya,ingin sekali Anaya mengatakan yg sebenarnya terjadi tp itu akan percuma karna Asya mungkin tidak akan pernah mempercayainya
"Naya bukan cwe jalang Asya.." ucapnya lemah sebelum badannya terjatuh kelantai.
Asya yg melihat Anaya hampir terjatuh segera memeluk badan Anaya erat.
Asya terkejut karna melihat Anaya pingsan di pelukannya,ada rasa khawatir di hatinya melihat wajah pucat Anaya saat ini.Asya menggedong tubuh kecil Anaya ke kamar pribadinya yg terdapat di sebelah ruangan kerjanya.
Asya menidurkan badan Anaya dengan pelan,wajah pucat Anaya benar-benar membuatnya khawatir.Asya memeriksa ke adaan Anaya dengan alat dokter nya
Ya Asya seorang dokter ia berhasil meraih cita-citanya saat berkuliah di london tp ia harus berhenti sementara menjadi dokter karena tuntutan keluarga yg menginginkannya memimpin perusahaan Dirgantara
"Anaya bangun.." ucap Asya dengan nada khawatir,badan Anaya demam tinggi ia juga mengalami dehidrasi.Asya memasang selang infus pada lengan Anaya agar Anaya mendapatkan kembali cairan.
"Anaya bangun..maaf karena aku udah keterlaluan." ucap Asya dengan nada penyesalan,Asya menatap lekat wajah pucat Anaya.jujur ia sangat merindukan Anaya tp Amarah 3tahun lalu membuatnya lebih menguasai pikirannya