Arvin terpaku dengan kalimat menohok dari Mamanya sendiri. Apa yang salah? Toh dari dulu mereka seperti ini, dan yang pasti mereka sah-sah saja melakukannya. Kepala Arvin berputar mengingat saat Alara lebih memilih menghindari pemandangan dari dia saat hanya berdua saja bersama Zemira. Ah dia lupa jika manusia tak luput dari rasa cemburu bila melihat pasangannya bersama wanita lain. "Alara, maafkan aku," lirih Arvin nyaris tidak terdengar.
Erina mulai mengepak pakaian yang baru semalam ditata. Rapi dengan semua perlengkapan yang hendak dibawa, Erina mengetuk pintu kamar Melinda.
Perempuan cantik dari masanya hingga sekarang berdiri tegak menyambut Erina. "Kamu sudah selesai berkemas? Aku baru saja memesan tiket pesawat untuk ke Semarang. Kita dapat jam pertama penerbangan, sesampainya di sana nanti kita akan langsung dijemput oleh Ansel," terang Erina panjang lebar.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com