webnovel

SEANCE

Nada adalah seorang pelajar yang masih duduk di bangku SMA. Dia adalah anak yang humble, baik dan periang. Meski dirinya memiliki sikap penakut, namun banyak orang yang peduli padanya dan menjadi teman baiknya. Termasuk enam orang yang selalu bersamanya juga menemaninya. Suatu malam, ketika ia sedang tinggal sendirian di dalam rumah. Ada sebuah suara yang memanggil-manggil namanya dan mengetuk pintu rumahnya di tengah malam. Nada yang memang penakut itu pun tak berani keluar dan hanya mengintip lewat jendela rumahnya. Sesosok wanita berbaju putih dengan rambut yang panjang, juga keadaan tubuh yang basah itu berdiri tepat di depan pintu masuk rumahnya. Mengetuk berkali-kali sehingga semakin lama ketukan itu semakin kencang. Membuat Nada merasa ketakutan dan panik hingga ia menelephone temannya untuk meminta bantuan. Predictia, salah satu temannya yang memang dapat berkomunikasi dengan makhluk-makhluk tak kasat mata itu pun memberitahu Nada jika wanita yang malam tadi menemuinya bukanlah sosok manusia, melainkan sebuah arwah gentayangan yang meminta bantuan pada Nada. Awalnya Predictia hanya memberikan beberapa cara untuk mengusir arwah tersebut, namun semakin lama arwah itu semakin mengganggu dan bahkan menghantui mereka bertujuh. Akhirnya Predictia pun memutuskan untuk mengajak seluruh temannya melakukan SEANCE, sebuah ritual pemanggilan arwah. Ritual itu di lakukan dengan sebuah cara yang berbeda dari cara yang lain, di mana mereka harus berdiri melingkar dan tak boleh merusak lingkaran tersebut. Predictia yang memang sudah biasa melakukan itu mengajak mereka semua berkomunikasi dengan arwah gentayangan itu, namun sebuah kesalahan terjadi di saat mereka melakukan ritual tersebut. Hingga mereka tak sengaja membuka sebuah pintu untuk makhluk-makhluk lainnya berkomunikasi dengan mereka termasuk sang iblis. Siapa sebenarnya hantu tersebut? Bagaimana cara mereka untuk mengatasi semua itu, termasuk menghadapi Iblis yang datang? Apakah mereka akan berhasil membantu arwah gentayangan yang menghantui Nada?

Nara_Eander · Horror
Not enough ratings
325 Chs

Teror Malam

Malam tiba dengan begitu cepat, padahal Nada berharap malam tidak akan pernah datang. Terutama saat dia sendirian berada di dalam rumah yang terbilang cukup luas. Maka kini Nada memilih untuk memainkan laptopnya di dalam kamar, dengan semua lampu yang ia nyalakan membuat dirinya kini lebih nyaman.

Nada menelusuri laman facebook miliknya dan melihat-lihat status yang di posting oleh seluruh temannya. Ia melihat bagaimana Lilac memposting foto dirinya dengan seorang aktor iklan sebuah produk minuman. "Beruntung sekali dia!" Gumam Nada. Kemudian ia men scroll kebawah untuk melihat status lainnya, dan di saat itulah tiba-tiba lampu kamar Nada padam. Yang membuat Nada cukup terkejut karena hal itu, tetapi cahaya dari layar laptop nya yang masih menyala itu, dapat menyelamatkannya dari kegelapan luar biasa.

Nada segera mengambil handphone miliknya dan menyalakan fitur senter yang ada di dalam handphonenya. Ia berjalan mendekati jendela dan melihat kearah luar untuk memastikan apakah seluruh listrik padam, atau hanya listrik rumahnya saja.

"Gimana sih ini? Padahal sudah di bayar, tapi masih saja di matikan!" Nada menggerutu kesal ketika ia melihat seluruh lampu milik tetangganya juga padam sehingga ia dapat menyimpulkan bahwa saat ini wilayahnya sedang terjadi pemadaman listrik. Nada akhirnya berjalan menuju laci lemari kaca yang ada di samping kasurnya dan mengeluarkan sebuah lilin pengharum ruangan dari dalam sana. Ia menyalakan lilin itu dan mengambil laptop miliknya, kemudian naik ke atas kasur. Duduk bersandar dan kembali memainkan laptopnya dengan posisi yang nyaman.

'Krieeett!' Nada terdiam ketika ia mendengar suara pintu yang terbuka, dari arah luar kamarnya. Ia segera menengok ke arah pintu kamarnya yang masih tertutup, karena takut pintu kamarnya yang terbuka. 'Ah, mungkin tetangga.' Pikir Nada, menangkis semua pikiran buruknya, sekaligus menenangkan dirinya sendiri. Karena, jika ia berpikir yang tidak-tidak, mungkin ia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak malam ini.

Nada kembali memainkan laptopnya dan melihat-lihat apa yang ada di google, 'Krieeett!' namun lagi-lagi suara pintu yang terbuka terdengar di telinganya membuat Nada kembali menghentikan kegiatan melihat-lihat Facebook. Nada menengok kembali ke arah pintu yang masih tertutup itu, kemudian ia memutuskan untuk menutup laptopnya dan mengerumuni dirinya sendiri dengan selimut tebal. Memaksakan dirinya untuk tertidur lebih awal, dan melupakan segala kegiatan yang seharusnya ia lakukan sebelum tidur, termasuk menyikat giginya.

Jam menunjukkan pukul 01:00 malam, dan entah mengapa Nada tiba-tiba terbangun dari mimpi indahnya, ia membuka mata dan menyadari bahwa lampu kamarnya telah menyala. Nada pun bangkit dari posisi tidurnya untuk meniup lilin pengharum ruangan yang masih menyala itu, "Akhirnya nyala juga!" tuturnya.

Tok… Tok… Tok… Suara ketukan pintu yang Nada yakini berasal dari pintu rumahnya pun membuat Nada terkejut. Pasalnya ia merasa bahwa dirinya sudah mengunci pintu pagar rumahnya dan jika ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya, berarti orang itu berhasil melewati pagar rumahnya. "Siapa yang malam-malam begini datang?" Tanya Nada kepada dirinya sendiri.

Ketika ia sudah menurunkan kedua kakinya ke atas lantai, Nada terdiam… Ia teringat kata-kata yang Icha ucapkan sore tadi padanya. "Hati-hati, Nad!" Nada membayangkan bagaimana cara penyampaian Icha padanya tadi sore. Kemudian Nada dengan cepat mengambil Handpone miliknya, untuk segera menghubungi pihak berwajib, jika-jika orang yang ada di depan rumahnya adalah pencuri atau maling. Tetapi pencuri tidak akan mengetuk pintu bukan?

Karena banyaknya pertanyaan tentang siapa yang mengetuk pintu rumahnya malam-malam begini, akhirnya Nada memberanikan diri untuk berjalan keluar kamar dan melangkah perlahan kearah pintu masuk rumah yang tertutup itu. Nada sempat melirik ke arah kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tidak ada siapa-siapa di dalam rumahnya selain dirinya.

Sesampainya ia di depan pintu masuk, Nada tidak langsung membuka pintu itu. Ia ingin memastikan dulu siapa orang itu dengan mengintip melalui jendela rumahnya yang besar. Ia megintip dengan menyibakkan sedikit gorden putih itu, dan melihat seorang perempuan yang berdiri membelakangi pintu rumah Nada. Perempuan itu menggunakan baju berwarna merah, dengan rambut panjang yang basah terurai.

Deg… Deg… Deg… Jantung Nada berdetak kencang, ia segera menghapus nomor pihak berwajib yang sebelumnya ingin ia hubungi dan menggantinya dengan nomor 6. Nomor panggilan cepat yang selalu ia pasang di handphone nya. Dan ketika Nada menekan tombol hijau, kontak nama bertuliskan FATUR pun muncul.

Ada alasan khusus mengapa Fatur bisa di masukan ke dalam kontak panggilan cepat milik Nada. Selain rumah lelaki itu dekat dengan rumah Nada, Fatur juga adalah seorang yang paling bisa di andalkan dari pada teman-temannya yang lain.

"Halo…" Nada bernafas lega ketika ia mendengar suara Fatur yang mengangkat teleponnya. Ia pun segera berbicara pada lelaki itu dengan suara yang bergetar ketakutan.

"Fat… Tolong!" Saat ini Nada sedang panik. Ia hanya bisa mengatakan tolong seraya bersandar ke pintu rumahnya, agar siapapun yang di luar sana tidak dapat mendobrak masuk ke dalam rumahnya.

"Nad? Ada apa?" Fatur kini terdengar panik ketika Nada mengucapkan kata tolong dalam ucapannya. Fatur yang saat ini ada di dalam kamarnya pun segera bangkit dari tidur dan berdiri untuk mengambil jaket miliknya.

"Fat! Ada perempuan di depan rumah ku, dan aku ga kenal siapa dia… Tolong Fat! Aku takut!" Ucap Nada. Ia semakin takut ketika suara ketukan kembali terdengar di telinganya. Ia menutup telinga kirinya dengan siku sementara telinga kanannya tetap menempel pada handpone.

"Bentar Nad! Aku kesana sekarang!" Nada menganggukkan kepalanya secara percuma ketika mendengar Fatur yang mengatakan bahwa dirinya akan segera datang. Nada juga dapat mendengar suara langkah kaki yang berlari dan nafas Fatur yang terengah dari sambungan telepon yang tidak keduanya matikan.

Nada terlalu takut untuk mematikan sambungan telpon tersebut, dan Fatur pun tidak memiliki niat untuk mematikannya karena khawatir jika hal buruk terjadi saat ia mematikan sambungan telepon itu.

"Nad, kamu baik-baik saja kan?" Fatur memastikan keadaan Nada ketika keduanya terdiam dan hanya ada helaan nafas saja yang terdengar.

Nada lagi-lagi mengangguk secara percuma, menjawab pertanyaan yang Fatur ucapkan padanya itu. Kemudian ia menjawab ketika ia mengetahui bahwa Fatur tidak bisa melihat anggukan kepalanya. "Iya, Fat! Cepetan dong Fat!" Desak Nada ketika ia merasa bahwa ia semakin takut.

'Nada… Nada…!' Kedua mata Nada terbelalak ketika ia mendengar perempuan itu memanggil manggil namanya dengan suara yang menyeramkan.

"Aaaaaaaa!!" Nada berteriak dan semakin mengeratkan tangannya untuk menutup telinga kirinya. Ia berjongkok dan meringkuk memeluk dirinya sendiri seraya menangis ketakutan.