webnovel

Schoolmate or Cosplayer

Teman satu sekolah, atau cosplayer cantik? Terlalu sulit memilih? Tidak bisa memilih? Sebuah alasan klasik saat dua orang perempuan mengejar-ngejar dirimu demi mendapatkan cintamu. Gabriel Adimas Kristiawan adalah salah satu korban dari kisah cinta segitiga yang aneh antara teman satu sekolah, cosplayer cantik, dan dirinya sendiri. Keduanya selalu memperebutkan Gabriel kapanpun mereka bertemu. Entah kenapa, mereka sama sekali tidak bisa membuat Gabriel memutuskan untuk memacari salah seorang diantara mereka dengan mudah. Ada saja cara di otak mereka untuk membuat Gabriel gagal menjatuhkan pilihan pada satu gadis. Penasaran dengan kehidupan sehari-hari antara Gabriel, Anna Sylvia, dan Arisa Stanford? Terus ikuti cerita kocak mereka dalam Schoolmate or Cosplayer.

darrenlynn_frost · Teen
Not enough ratings
4 Chs

Deux

"Ah Guan, Ah Luo, ayo kita ke kantin sebelum mereka menghabiskan xiaolongbao dan mie pedas disana!" Chris berteriak pada kedua sahabatnya sambil berlari menuju ke pintu keluar saat bel istirahat berbunyi. "Sabar, Chris, kau harus menunggu sampai Guru Lingqi memberi salam dulu," tegur Guan Fei sambil mengupil di mejanya. Chris hanya menatap tidak percaya pada Guan Fei sebelum akhirnya ia berkata, "Tumben kau bisa bijak begitu, Ah Guan."

"Ah Guan benar, Chris, kita harus mengutamakan kesopanan kita saat di sekolah," Huang Luo ikut menegur Chris, meski ekspresi di wajahnya tampak sedikit menyebalkan di mata Guru Lingqi dan murid-murid lainnya. "Bwayo! (Duh!) Aku sudah kelaparan, Ah Guan, Ah Luo! Guru, aku permisi dulu ya!" Chris berkata dengan nada tidak sabar, sebelum akhirnya melarikan diri ke kantin meninggalkan teman-temannya yang terbengong-bengong melihat tingkahnya hari ini.

"Guan Fei, Huang Luo, apa kalian tahu apa yang terjadi pada Yi Fan?" Shangxiang bertanya pada duo wibu sahabat Chris, tapi keduanya hanya menggeleng seolah tak mau tahu kelakuan sahabat mereka. "Mungkin karena dia sudah menantikan mie pedas legendaris yang hanya dibuat sekali dalam sebulan," ujar seorang siswa bernama Zhao Li.

"Zhao Li benar, Yi Fan kan maniak makanan pedas, jadi wajar kalau dia jadi tidak sabaran," timpal teman Zhao Li, Chang Xiao Man. "Semuanya! Harap tenang, tolong beritahukan pada Ye Fan kalau ibu guru memberikan tugas rumah pada kalian. Kerjakan soal sejarah dari halaman 102 sampai 107, kumpulkan Minggu depan, mengerti?" Guru Lingqi berkata dengan lantang, membuat sebagian besar murid langsung menandai bagian buku yang dijadikan sebagai tugas rumah oleh Guru Lingqi.

"Baiklah, itu saja dari ibu hari ini, jangan lupa makan siang, dan jangan meniru sikap Ye Fan, Guan Fei, dan Huang Luo, mengerti?" Guru Lingqi bertanya dengan keras, dan dijawab dengan kata mengerti oleh sebagian besar murid. Setelah mendengar jawaban dari murid-muridnya, Guru Lingqi akhirnya meninggalkan ruangan kelas itu, membuat seisi kelas yang tadinya sunyi senyap menjadi gaduh seketika.

"Yi Fan benar-benar berani keluar kelas, padahal sudah tahu kalau Guru Lingqi sangat tidak suka dengan kelakuannya di sekolah," gumam seorang murid memulai pembicaraan. "Kalian ini seperti tidak tahu Yi Fan saja, dia itu selalu saja bersikap seenaknya di sekolah," sahut murid lainnya. "Ya, benar, contohnya seperti saat Yi Fan menggunakan ponselnya saat jam pelajaran, katanya dia menggunakan WiFi sekolah untuk mengunduh anime," Shangxiang menimpali perkataan murid-murid lainnya, membuat keributan semakin merajalela di kelas itu.

"Ah Luo, ayo kita susul Chris sebelum dia menghabiskan semua mie pedas di kantin," ucap Guan Fei sambil berdiri. "Aku setuju, Ah Guan, semoga Chris menyisakan beberapa roujianmo (bisa disebut sandwich tradisional China, isiannya biasanya adalah daging babi panggang) dan bakpao, oh, sepertinya aku juga mau mie pedas dengan mapo tofu," ujar Huang Luo sambil mengikuti langkah kaki Guan Fei.

Keduanya hanya bersikap cuek bebek terhadap murid-murid lain yang sibuk berbincang-bincang sambil memakan bekal mereka. Meski begitu, Guan Fei diam-diam mendengarkan bisik-bisik para murid yang isinya hanyalah cibiran untuk dirinya, Huang Luo, dan Chris. Jujur saja, bisikan-bisikan itu sedikit membuat telinga Guan Fei terasa panas, membuatnya membanting pintu kelas saat ia dan Huang Luo melangkah keluar kelas.

Sementara itu, di kantin, Chris tampak bolak-balik membawa beberapa buah nampan berisi makanan. Total ada 4 buah nampan yang dia bawa ke sebuah meja di pojokan kantin Sunshine International Academy. Nampan pertama berisi 2 mangkok mie pedas, tiga tusuk tanghulu stroberi, dan sekotak jus apel kesukaannya. Sementara di ketiga nampan lainnya terisi penuh dengan makanan-makanan yang biasa dipesan oleh teman-temannya. Contohnya adalah beberapa buah roujianmo, mapo tofu, nasi, dan beberapa manisan.

Setelah semua dirasa siap, Chris akhirnya memilih untuk duduk menunggu kedua temannya datang. "Dimana sih Ah Guan dan Ah Luo? Lama sekali mereka datangnya, jangan-jangan mereka dihukum Guru Lingqi gara-gara tadi pagi," gumam Chris sambil melihat bahwa kantin sudah mulai ramai oleh siswa yang juga mengincar mie pedas seperti dirinya.

Chris lalu mengambil ponselnya dan mencolokkan kabel headset miliknya ke ponsel itu. Pemuda itu lalu membuka aplikasi pengirim pesan dan mengetik pesan kepada Guan Fei untuk segera datang ke kantin. [Ah Guan! Cepetan kau datang kesini, kantin udah rame nih] begitulah kira-kira pesan yang ia kirimkan pada Guan Fei. Bosan menunggu jawaban dari Guan Fei membuat Chris memilih untuk membuka aplikasi pemutar video dan menonton anime di hpnya.

Di sisi lain kantin itu, tampak dua orang gadis tengah kelimpungan mencari meja untuk makan, karena sebagian besar meja disana sudah terisi oleh siswa-siswi yang juga makan di kantin itu. Setelah berputar-putar sedikit lama, keduanya akhirnya bisa menemukan sebuah meja besar di pojok yang sudah ditempati oleh seorang pemuda berwajah Eropa dengan rambut hitam.

"Yaoyao, aku melihat meja itu hanya diisi oleh temanku, bagaimana kalau dia duduk disana?" gadis yang lebih tinggi bertanya pada temannya yang sedikit pendek. "Terserah saja, Vivi, yang penting kita bisa makan," jawab Yaoyao pada gadis yang dipanggil Vivi itu. Keduanya lalu berjalan menuju ke meja dimana Chris tengah duduk sambil menonton anime di hpnya.

"Jadi dia yang kau maksud sebagai temanmu, Vivi. Kenapa kau mau berteman sama pecinta anime ini?" Yaoyao bertanya dengan nada mencibir pada Chris yang masih belum sadar kalau dia didatangi dua gadis manis. "Sebenarnya... Karena kami ini teman masa kecil, ah sudahlah, lebih baik kita menyapanya dulu," ajak Vivi sambil meletakkan nampan yang dia bawa dan duduk di depan Chris.

"Gabriel, udah dong nonton animenya, kamu gak liat aku dateng kesini?" Vivi berkata sambil sedikit menggembungkan pipinya. Menyadari bahwa ada yang mengajaknya bicara, Chris pun menekan tombol pause dan melepaskan headset dari telinganya. "Silvi? Kapan Lo nyampe disini?" tanya Chris dengan bahasa yang terdengar asing bagi Yaoyao, tapi tidak dengan Vivi yang menyadari kalau Chris sengaja menggunakan bahasa Indonesia.

"Jangan pakai bahasa Indonesia, Gabriel, kasihan Yaoyao tidak paham apa yang kamu katakan," Vivi menegur Chris, meski yang ditegur cuma mengabaikan sambil mengupil. Yaoyao sendiri hanya mengangkat sebelah alisnya, lalu menoleh kearah Vivi seakan bertanya apa yang Chris katakan tadi. "Emang apa salahnya? Toh gue juga lahir di Indonesia, ya wajar lah kalo gue pake bahasa Indonesia," Chris kembali berkata dengan nada cuek, dengan menggunakan bahasa Indonesia tentunya.

"Dengar ya, wibu, aku tidak paham apa yang kamu katakan, tapi aku yakin pasti kamu mengatakan hal-hal yang buruk tentangku kan?" tuduh Yaoyao pada Chris sambil menunjuk hidung pemuda berparas Eropa itu. "Jangan sok menuduh, Yao Ling Ling, aku bukannya mengejekmu, tapi aku cuma bertanya pada Silvi mengenai kapan dia datang disini," ucap Chris cuek sambil kembali fokus pada ponselnya.

Alis Yaoyao berkedut saat mendengar jawaban Chris yang menurutnya bernada menusuk. Gadis itu tak menyangka bahwa dia akan menemukan laki-laki yang menjengkelkan seperti Chris. Gadis itu lalu mendudukkan pantatnya di samping Vivi sambil menggerutu mengenai sikap Chris yang sangat frontal. "Aku tidak paham bagaimana kau bisa tahan dengan sikap tolol orang ini, Vivi," ucap Yaoyao di akhir gerutuannya.

Vivi sendiri hanya bisa tersenyum rikuh saat melihat betapa cueknya Chris pada perempuan selain dirinya. Gadis itu lalu mulai mengambil sumpit dan memakan makanannya yang terdiri atas seporsi nasi, La Ji Zi (Ayam pedas kering Hainan), sup kacang merah, dan sekotak susu. Sementara Yaoyao juga ikut memakan makanannya, yakni roujianmo, fuyunghai, jianbing (semacam kebab China), 5 tusuk tanghulu apel dan stroberi, kwetiau, dan beberapa dimsum kukus.

"Banyak juga makanmu, Xiao Ling-Ling. Aku heran kenapa kau nggak tinggi-tinggi, padahal makanmu sebanyak sapi betina yang hamil," ejek Chris saat ia melirik makanan di nampan Yaoyao. Kali ini, Yaoyao tidak berkomentar apapun karena tidak mau nafsu makannya menghilang. Jadi, gadis pendek itu lebih memilih untuk diam memakan makanannya daripada menanggapi ejekan Chris.

"Gabe, kamu ini terlalu kasar sama Yaoyao. Tidak baik untuk membicarakan tinggi badan seorang gadis, apalagi saat dia sedang makan," Vivi kembali menegur Chris, yang mana malah ditanggapi tawa oleh pemuda blasteran Indonesia-Britania itu. "Sil, aku kan cuma bercanda, lagian aku juga tahu kalau Xiao Ling-Ling itu pendek sejak kita masih murid tahun pertama," ujar Chris setengah tertawa.

"Berisik, dasar wibu bau bawang!" Yaoyao menunjuk hidung Chris dengan sumpitnya karena kesal disebut pendek, meski Chris hanya menanggapinya dengan tawa. "Hei, Xiao Ling-Ling, memang benar ya kalau kau itu cocok dengan Silvi, karena saat dia judes, kau bisa jadi orang yang mencairkan suasana, begitupun sebaliknya," ujar Chris setengah memuji kedua gadis di depannya.

"Kalau bukan karena kau kena venustraphobia (fobia perempuan cantik) kelas rendah dan wibu akut, sudah pasti kau dikelilingi banyak cewek, wibu," ucap Yaoyao sambil memasukkan dimsum ke mulutnya. "Kuanggap itu sebuah pujian, hehehehe, lagipula cewek-cewek disini tidak semenarik pesona cewek di anime yang kutonton," Chris berkata dengan nada santai setelah meletakkan ponselnya di meja dan mengambil setusuk tanghulu milik Yaoyao.

"Brengsek kau, wibu, beli sendiri tanghulu untukmu!" geram Yaoyao sambil mencoba mengambil kembali tanghulu yang dipegang Chris. "Aku cuma minta satu, lagipula kau masih punya empat tusuk kan?" canda Chris sambil tangannya memainkan tanghulu itu. "Tidak boleh! Kau harusnya tadi membelinya sendiri, wibu!" Yaoyao berusaha meraih tanghulu itu dari tangan Chris, membuat pemuda itu tertawa sedikit keras.

"Sepertinya keberadaan ku sedikit diabaikan disini," gumam Vivi pasrah saat melihat kedua temannya malah sibuk bercanda satu sama lain. "Bukan cuma kau, mereka juga tidak sadar kalau kami sudah datang," ucap Guan Fei mengagetkan Vivi yang sedang mengunyah ayam yang dia makan. Gadis itu memukul-mukul dadanya sedikit karena tersedak, lalu meminum sedikit susu kotak miliknya sambil melihat di sampingnya ada 2 orang siswa yang juga merupakan sahabat Chris, Guan Fei dan Huang Luo.

Bersambung

Sedikit informasi, kata "Ah" di belakang nama panggilan Guan Fei dan Huang Luo itu bermakna sapaan akrab di Tiongkok. Sapaan itu umumnya digunakan untuk memanggil seorang laki-laki. Sementara untuk perempuan lebih sering memanggil teman akrab mereka dengan satu suku kata nama teman mereka (seperti Yaoyao dan Vivi). Selain itu, sebutan Xiao di nama panggilan Yaoyao bukan berarti nama sebenarnya, itu lebih seperti sebuah ejekan untuk orang yang berbadan pendek.

darrenlynn_frostcreators' thoughts