Iqbaal berjalan agak terburu di koridor sekolah begitu jam istirahat dimulai. Langkahnya lebih fokus pada ponsel ketimbang kaki sendiri. Banyak pesan yang perlu dibalasnya, namun satu yang paling penting adalah dari Silva. Sudah dua hari Iqbaal tak melihatnya, padahal mungkin banyak hal yang perlu mereka bicarakan.
"Silva!" panggil Iqbaal agak keras di tribun lapangan futsal, tempat penghitungan suara diadakan. Gadis itu menoleh, melambaikan tangannya.
"Kemana aja Kamu? Sakit?" tebak Iqbaal langsung, dari masker hitam yang digunakan Silva.
"Iya. Maaf ya ilang, hehe," jawabnya terdengar sengau.
Iqbaal mengangguk, "Iya, gak masalah. Cuma lain kali bilang aja, bingung soalnya," ujarnya kemudian duduk. Dua pasang kandidat lain sudah ada disana, saling menyapa dengan Iqbaal dan Silva juga.
"Kelas lagi jam berapa?"
"Kita dikasih dispensasi kan?" Silva menunjukkan email dari TU di ponselnya, "Kamu gak dapet? Ini ada nama Kamu juga, di bc," ujarnya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com