webnovel
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Teen
Not enough ratings
268 Chs
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

Bangkok ke Bogor

Adzan subuh telah berkumandang setengah jam lalu, menghidupkan asrama usai sepi senyap semalaman. Shalat Subuh berjamaah dan mengaji di mushala asrama menjadi agenda wajib pertama bagi mereka yang Muslim tentu saja, dilanjut beragam aktivitas lain setelahnya, termasuk tidur kembali sampai waktunya mandi pagi dan berangkat sekolah. Maklum, udara Bogor cukup dingin kalau pagi, menggoda siapapun untuk kembali menarik selimut.

PRAKK!

"Woy!" Adri menyabet punggung Darren yang berjalan lesu di depannya dengan sajadah, membuat si empunya punggung melirik kesal, "Apaan sih gebak gebuk pagi-pagi?"

Adri tersenyum miring, "Udah langsung tobat Lo hah? Gaya bener mabok-mabokan. Bagus lah kalau masih takut dosa," sindirnya.

"Bun, siapapun yang dateng ke SP pasti bakalan langsung jadi alim, termasuk Om Darren, contoh real nya," sambung Noer yang rupanya mengekori Adri sejak tadi bersama Nalesha.