webnovel
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Teen
Not enough ratings
268 Chs
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

"Keluarga Kayak Gitu"

Adri membuka enam bungkus obat milik Haikal, mengumpulkannya satu per satu usai makan malam. Sudah satu minggu lebih Haikal terbaring sakit, dan menurut Adri itu cukup parah. Biasanya Haikal akan sekedar demam, lalu membaik dalam dua hari, pun bisa beraktivitas meski sedikit. Sakitnya Haikal kali ini bahkan sampai membuat Adri menangis. Tapi syukurlah hari ini Haikal agak membaik, sudah bisa tersenyum walau sedikit.

"Minum obat dulu ya, Kak." Adri menaruh segelas air mineral di atas nakas, kemudian membantu Haikal duduk. "Masih panas. Kakak kenapa sih gak mau dirawat aja?" tanyanya.

Haikal menghela nafasnya yang tak teratur, memejamkan matanya, mungkin pusing, "Gak apa-apa, kasian Kamu …" ujarnya lirik.

Adri paham, alasan Haikal tak mau diopname adalah karena Adri dan traumanya juga, "Aku gak mau egois kok, Kak. Kakak sakit gini masa iya Aku gak tanggap?" tanyanya. Satu per satu obat itu diminumkannya untuk Haikal sampai habis.