webnovel
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Teen
Not enough ratings
268 Chs
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

"Are You Ashamed?"

Andaru melirik heran Manty disebelahnya, sangat asik berkirim pesan di ponsel sembari menyantap sarapan pagi. Lebih dari sekedar asik sepertinya, sampai senyam-senyum sendiri, tak peduli jika sedari tadi diperhatikan oleh beberapa pasang mata.

"Ayo dimakasih dulu sarapannya, Manty. Hapenya nanti lagi." Bi Kani sampai menegur, membuatnya cepat-cepat memasukkan ponsel ke saku seragam, "Hehe, iya siap, Bi."

Abidin menyikut Manty pelan, "Chat sama gebetan? Lancar amat," godanya menaik-naikkan alis. Manty hanya tersenyum-senyum pada tempe di piring alih-alih menjawab, membuat Abidin menyerah untuk kepo.

"Dania ya?" celetuk Nalesha, hampir saja Manty tersedak akibat diserang tiba-tiba.

"Dania Dania … oh … Gitapati SMANSA? Ajib, gas terus, Man, jangan mau kalah sama Nalesha …"

"Persaingan memanas, Bung!"