webnovel

SCENERY 01

Dia adalah Kim Taehyung, seorang pria yang kulihat pada suatu hari. Namun pertemuan pertama kami tidak semanis dan seindah didalam drama - drama yang biasa kusaksikan. Atau lebih tepatnya pertemuan kami terjadi secara tragis, menyeramkan, mengenaskan dan itulah yang disebut dengan TAKDIR. Dan aku adalah Ahn Taemi, seorang putri dari Ketua Kepolisian Seoul. Walaupun aku sudah sering dibawa dalam pelatihan kepolisian, namun tetap saja aku adalah seorang wanita yang tentunya memiliki rasa takut. Kim Taehyung lah yang membuatku menangis menjerit - menjerit untuk pertama kalinya dalam hidupku. Tetapi... Kim Taehyung jugalah yang membuatku tertawa terbahak - bahak disetiap harinya.

Panmirrorxx_0509 · Sci-fi
Not enough ratings
1 Chs

PART 01

~~~ Yongju High School ~~~

' Mengerikan, sungguh mengerikan, aku benar - benar tidak menyukai situasi seperti ini. Rasa takut menguasai seluruh wilayah sekolahku setelah kabar kematian beruntun yang diinformasikan dari Pihak Kepolisian disetujui. Sudah cukup banyak korban jiwa yang direngut dalam kasus munculnya seorang pembunuh berdarah dingin atau yang kusebut sebagai.... Paman Psycho '  - Atm

" Aish.. menyebalkan sekali, lagi - lagi sekolah kosong tak berpenghuni ? Bukankah kemarin Jungkook mengatakan bahwa hari ini semua diwajibkan hadir ? " dari seribu kesunyian terlihat seorang gadis berseragam rapi tengah berjalan sendirian dikoridor sekolahnya.

" Psycho ? Memangnya hal itu benar - benar ada ? Sungguh menggelikan, mungkinkah pembunuhan ini ada sangkut pautnya dengan Kepala Sekolah dan bukannya Psycho ahjussi ? " sembari berpikir, gadis tersebut menghentikan langkah kakinya dan menunjukkan ekspresi berpikir kerasnya.

Kedua tangan yang disilangkan kedepan dada, setengah alis yang diangkat tinggi, bibir bawah digigit sedikit dan kepala yang dimiringkan.

/Krikk, Krikk/ Suasana malah semakin sunyi dibandingkan sebelumnya.

Bam Bam Bam Bameeee

Bam Haneureul nara

As Time Time for The Moon Night

" Kkamjagiya ! " seluruh tubuh gadis itu bergetar karena keterkejutan yang ia rasakan setelah dering ponselnya berbunyi keras ditengah keheningan. [Terkejut Aku]

" Jeon Jungkook ? " senyum seringaian gadis itu terlihat jelas ketika nama Jeon Jungkook, tercantum dilayar ponselnya.

" Yya, kau sudah gila ? "

- Atm -

" Kau dimana sekarang ? Mari kita jalan - jalan "

- Jjk -

" Aku sedang disekolahan seperti rencana

mu kemarin, sungguh menyebalkan,

apa kau tau disini sangat sunyi "

- Atm -

" Apa katamu ? Kau bodoh yah ?

Kenapa kau percaya dengan omong kosongku,

aku tidak habis pikir kau akan benar - benar

kesekolah ! Sebaiknya kau keluar dari

wilayah sekolah sekarang juga, dan tunggu digerbang. Aku akan menjemputmu

disana, "

- Jjk -

" Sudahlah, kau kira kali ini aku

akan percaya dengan kebohonganmu ?

Psycho ? Omong kosong "

- Atm -

" Jangan matikan ponselmu,

aku sudah dimobil sekarang. Aku tidak

bercanda, keluar dari sana sekarang "

- Jjk -

Ahn Taemi, itu adalah nama dari gadis berseragam sekolah tersebut. Bukannya berlari keluar, Taemi malah berjalan santai dikoridor sekolah lantai 3 tanpa rasa takut.

/Chekkk/

" A-aku mohon pa... padamu, b-biarkan a-aku tetap hidup ! " tiba - tiba suara berat disertai dengan jeritan kesakitan membuat detak jantung Taemi berdetak 3x lebih cepat dari biasanya.

Dengan rasa gugup, Taemi mempercepat langkah kakinya karena semakin lama ia merasakan suasana yang sungguh - sungguh mencekam dan tentu saja Taemi tidak menyukai situasi semacam ini.

' Darimana asal suara tadi ! ' - Atm

/Srethhh/

" Akhhhh.... ! " tubuh Taemi terjatuh kebelakang dengan sempoyongan saat suara jeritan itu kembali terdengar.

Sialnya, seakan semua ini adalah takdir tubuh Taemi terjatuh tepat sebelum ia melewati pintu sebuah kelas yang ternyata digunakan sebagai tempat dari aksi pembunuhan beruntun ini.

Diam - diam Taemi mengintip dari celah pintu, untuk melihat kronologi kejadian tragis yang berhasil membuat sekolahnya hampir bangkrut.

" J-jebal... " [Kumohon]

" Eomma, " karena kaget Taemi menutup mulutnya sebisa mungkin dengan kedua tangan. [Ibu]

Kita memang dapat mengatakan bahwa Taemi cukup bodoh, karena bukannya langsung kabur ia malah masih tetap ditempat dan menyaksikan aksi pembunuhan tersebut.

Sehingga, klimaks pun tiba.

Sang Psycho yang mengenakan pakaian serba hitam bahkan masker berwarna hitam itu melancarkan aksinya. Ia secara mendadak menusukkan sumpit ditangannya pada mata kiri korbannya.

Tak hanya itu, psycho kemudian menikam tubuh gadis berseragam sekolah (Korban) dihadapannya dengan keras. Entah sudah berapa tikaman yang telah dilayangkan oleh psycho itu,

Darah segar mengalir dilantai kelas, membuat tubuh Taemi bergetar semakin hebat.

/Srekhh/

" Jungkook-ah !!! " teriak Taemi sangat keras sambil berlari meninggalkan kelas itu.

Alasan mengapa Taemi berteriak adalah, karena ia melihat bagaimana sang psycho memutilasi korbannya tanpa rasa takut.

' Aku mempunyai korban kedua hari ini. ' - Kth

Jeritan keras Taemi berhasil menyadarkan psycho akan kehadirannya yang seharusnya tidak boleh terjadi.

Dengan sigap psycho tadi berlari menyusul Taemi dengan 2 pisau lipat ditangannya.

" Aku tidak mau mati seperti itu, ! " gumam Taemi khawatir sembari berlari menuruni anak tangga dikoridor sekolah lantai 3.

" Gwaenchana. Tidak perlu takut, lagipula semua orang akan mati pada waktunya " [Tidak masalah]

Taemi hampir terjatuh dari anak tangga karena terkejut akan suara dari psycho itu. Benar saja ketika Taemi berbalik, ia dapat melihat psycho tersebut berjalan cepat namun santai dibelakangnya.

" Terus berlari, berlarilah jika kau ingin tetap hidup. " Taemi berusaha menjernihkan pikirannya sendiri.

/Sreth/

Tidak berhenti disitu saja, Taemi harus menutupi kedua telinga sembari menintikkan airmata-nya ketika suara asahan pisau yang super mengerikan terdengar diseluruh pelosok koridor.

Seakan mengabaikannya Taemi pun kini berhasil tiba diluar sekolah, namun jarak diantara gerbang sekolah dan tempatnya berada saat ini masih cukup jauh.

" Aku tidak mampu lagi, sungguh. " gumam Taemi ketika ia berhenti sejenak untuk beristirahat.

" Jungkook, tolong aku " dengan nafas terengah - engah, Taemi mencari - cari dimanakah mobil Jungkook berada.

/Fiuhh/

" Akhh. " tangan Taemi sontak menyentuh pipi kanannya yang terasa perih dan sakit,

Dan itu merupakan ulah dari psycho tadi, karena ia melemparkan pisau lipatnya kearah Taemi hingga dengan mengejutkan tepat mengores pipi kanan sasarannya.

" Kau milikku sekarang " ungkapnya sambil melayangkan pisau lipat lainnya.

" Andwae, a-andwae ! " nekat sekali Taemi membalikkan badannya hanya untuk mengambil sebuah pisau lipat milik psycho tersebut.

Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Taemi pun kembali berlari sekuat tenaga karena ia juga menemukan mobil Jungkook diluar pagar sekolah.

" Ahn Taemi. Percepat larimu ! " teriak Jungkook dari dalam mobil.

" Aku selamat " karena merasa lega bisa kabur dari kematian, Taemi menangis disaat masuk kedalam mobil Jungkook.

" Yya, gwaenchana ? Kau aman sekarang, ayo kita pergi. " ucap Jungkook seraya menancap gas mobilnya. [Hey/Kau baik - baik saja]

Bila Taemi dan Jungkook berhasil kabur dari ambang kematian, disisi lain sang psycho tersebut hanya diam melihat mobil Jungkook yang melaju pergi.

" Kau seharusnya ditakdirkan untuk mati ditanganku hari ini, kuanggap ini adalah hari keberuntunganmu. " seakan tidak ada apapun yang terjadi, ia mengambil pisau lipatnya yang masih tertinggal dan berjalan memasuki sekolah lagi.

##

" Ahn Taemi, sudahlah berhenti menangis. Kau menyiksa telingaku, bukankah aku sudah meminta maaf padamu " gerutu Jungkook yang pusing mendengar tangisan Taemi yang tak ada ujungnya.

" Nappeun namja ! Bisa - bisanya kau bercanda dengan memberikan informasi palsu agar aku mendatangi sekolah seorang diri. Bagaimana jika aku benar - benar mati ditangan Psycho ahjussi itu ? Apa kau tau aku bahkan melihat bagaimana ahjussi itu membunuh orang. Dia menusukkan sebuah sumpit dimata, menikam tubuhnya berkali - kali hingga memutilasinya ! Aaa... appa eomma ! " bukannya merasa tenang, tangisan Taemi malah semakin menjadi saat mengingat kronologi aksi pembunuhan yang ia saksikan tadi. [Pria jahat/Paman/Ayah/Ibu]

" Ahk, arraseo, arraseo. " karena tak tahan berkendara sambil mendengarkan bisingan iblis dari Taemi, Jungkook pun memutuskan menepikan mobilnya dan berhenti. [Aku mengerti]

" Pertama - tama kita obati lukamu terlebih dahulu, lalu kedua, berhentilah menangis agar aku bisa berkendara dengan baik, ketiga aku sungguh minta maaf karena membuatmu dalam bahaya, keempat... bisakah kau membiarkan aku tetap hidup dengan tidak memberitahu pada orangtuamu dan orangtuaku bahwa kau dalam bahaya karenaku ? " memang benar sekarang ini Jungkook mengobati luka goresan dipipi kanan Taemi.

" Sungguh tidak gentle, baiklah aku akan menyelamatkanmu untuk kali ini " Taemi mengerucutkan bibirnya sambil menatap kesal Jungkook yang kini tengah memberikan hansaplast diluka pipinya.

" Aniya. Bukan begitu, aku sangatlah gentle tapi percayalah pria manapun pasti akan sepertiku disaat melihat orangtuamu " Taemi kemudian tertawa mendengar keluhan Jungkook. [Tidak]

" Seharusnya aku merekam perkataanmu tadi dan memberitahu ayah dan ibuku, sudahlah bisakah kita pulang sekarang. " Jungkook lalu tak menghiraukan gadis cerewet disampingnya itu.

" Setidaknya aku mengetahui namamu walaupun aku tidak bisa melihat wajahmu, aish, aku hanya ingin sebuah keinginan saat ini. Kumohon jadikan ini pertemuan terakhir kami, jangan buat aku bertemu dengan Psycho ahjussi itu lagi. "

- Atm -

Taemi diam - diam memperhatikan pisau lipat bermotif kayu yang tadi sempat ia ambil dari sang Psycho tersebut. dan disanalah dapat ditemukan ukiran nama ' Taehyung Kim '

" Tentu saja aku tidak akan bertemu denganmu lagi, ahjussi " seakan sudah gila, Taemi berbicara sangat keras dengan pisau lipat itu.

" Yakk, micheoseo ? " hal itu membuat Jungkook terkejut dan memukuli kepala Taemi. [Kau sudah gila]

Taemi mengelus kepalanya yang baru saja dipukuli oleh Jungkook dengan alat pemijat dimobilnya. Kemudian gadis itu hanya diam menatap keluar jendela.

' Majja, aku tidak akan bertemu dengannya lagi, tidak akan. '

- Atm.