webnovel

Say, I Love You

Kisah cinta dua orang yang sama-sama baru mengenal cinta namun harus terpisah oleh takdir berat yang sudah digariskan oleh Tuhan. Bertahun-tahun lalu, saat usianya masih remaja, Linda si gadis cantik yang biasa hidup mewah di Jakarta, tiba-tiba di minta pindah sekolah ke Kota Wisata Batu. Dan di Kota Wisata Batu itulah kisah asmaranya dimulai. Takdir indah dan menyakitkan mempertemukanya dengan sosok pemuda tampan, cerdas tapi pendiam namanya Herman. Linda mencintai Herman tanpa tersisa untuk siapapun begitupun dengan Herman karena ini adalah cinta pertama dan terakhir mereka. Namun bagaimana jadinya jika keadaan memaksa mereka harus berpisah di dunia ini?. Sakit, kehilangan dan hancur begitulah yang di rasakan saat pasangan kita tidak lagi bisa kita lihat saat membuka mata. Dunia akan terasa asing dan sepi. Setelah hati mulai tenang dan siap menerima cinta yang lain, tiba-tiba saja sosok yang begitu mirip muncul di beberapa hari menjelang pernikahan keduanya bersama seseorang yang sudah membantunya mengihklaskan kepergian cinta pertamanya. Akankah dia membatalkan pernikahan itu?atau tetap menjalani pernikahan sesuai rencana? sedangkan sosok yang mirip itu tampaknya jatuh cinta padanya dan berniat untuk mengikatnya tanpa ampun di sisinya, berhasilkah dia merebutnya dari calonya itu? . Yukkk ... Temukan jawabanya disini! dengan mengikuti kisahnya di novel "Say I Love You"

1996Tama · Urban
Not enough ratings
8 Chs

#Metik Apel

#Herman Pov

...

Aku tidak menyangka bahwa akan secepat ini aku bisa keluar bersama dengannya.

Dan gimana hati aku gak mau copot saat dia megang erat-erat waktu pertama kali boncengan sama dia.

Ya, aku sedikit kaku sih tapi ya aku mencoba untuk rileks dan biasa aja.

"Bentar lagi kita udah sampai"

"Ah okay"

Pegangan tangannya belum lepas dari pinggangku.

Aku tidak tahu, rasa apa yang sedang aku rasakan saat ini. Aku rasa nyaman.

Nyaman karena aku bisa dekat dengannya, menikmati waktu bersamanya. Yang aku tidak tahu sampai kapan aku bisa memandang wajahnya, menyapa dia, melihat senyumnya dan memegang tangannya.

Selagi aku masih bisa melakukannya maka akan ku lakukan untuknya.

Kumelihat gapura yang menunjukkan banner besar dengan tulisan.

"WISATA PETIK APEL"

Ku parkirkan motor di bagian paling ujung.

"Bisa?"

Ku melihat Linda, kesulitan lagi untuk membuka helmnya.

Kalau dia bilang tolong buka kan. Maka ini kali ke dua aku membuka kan helm untuknya.

"Hmmm gak bisa!"

"Sini aku bukain"

Dan yang ku duga benar, dia mendekat ke arahku yang masih berada di atas motor. Dan membungkukkan badannya ke arahku.

Ku miringkan kepalaku untuk melihat kancing yang akan ku buka.

Wangi parfum ini dua kalai menerpa wajahku.

"Udah, ayo habis ini kita langsung masuk ok!"

"Ok"

Aku mengajaknya untuk masuk langsung menuju ke tempat pemetikan apel.

Harga tiketnya pun sangat terjangkau murah banget intinya.

Dua sampai sepuluh orang dengan harga 35 Rb.

Kenapa kok aku bilang murah. Karena kita bisa metik apel sepuasnya dan dimakan ditempat waktu kita metik. Tapi kalau mau di bawa pulang juga bisa, dengan harga tertentu per kilonya.

Aku mengambil plastik yang berwarna putih untuk ukuran yang sedang.

Aku dan Linda menuruni tangga dan melihat sekeliling untuk memilih tempat mana yang akan di jadikan untuk pemetikan apel.

"Herman,Yang sebelah sana ya!"

Kumelihat tempat yang dia tunjuk.

Tempat di mana aku dulu pertama kali memetik apel disini.

"Ok"

Aku langsung mengiyakan apa yang dia minta. Karena aku tahu bahwa tempat yang dia pilih pernah aku kunjungi sebelumnya. Karena disana juga sangatlah Indah pemandangannya.

Udara disini sangat lah segar, dan lumayan dingin sih.

Aku dan Linda sudah sampai di tempat yang ku maksud.

Tempat yang sangat langka di pakai oleh banyak orang.

Cuma ada dua pohon disini, dan ada sebuah tempat duduk dari potongan kayu di tengah-tengah kedua pohon apel ini.

Ku melihat disini memang tidak banyak apelnya, tapi disinilah apel yang aku rasa paling manis dari pada apel lainnya.

"Ayo duduk sini!"

Seru Linda.

"Ah okay"

"Bagaimana menurut kamu tempat ini? "

Aku bertanya padanya, dia yang sedang menguncir rambutnya.

"Aku suka tempat ini, hawanya sejuk banget. Di Jakarta mah gak ada yang kayak beginian!"

Sambil tersenyum menatapku.

Aku bangkit berdiri dan mengambil salah satu apel yang agak rendah di sebelah kananku.

Memang tidak berwarna merah merona, tetapi rasa dari apel ini jangan di tanya.

"Nih"

Ku sodorkan Apel padanya.

Dia mengambil dan langsung memakan apel yang aku berikan.

"Astaga!"

"Kenapa, Lin?

"Ini enak banget, seger banget, manis banget. Aku baru kali ini ngerasain apel yang barusan di petik dan rasanya itu bener-bener enak banget"

Dia berbicara sambil mengunyah apel. Saat dia tersenyum, semuanya terasa lambat bagiku. Hatiku berdebar dengan cepat di saat dia tersenyum dengan sangat lepas.

Ingin sekali aku merasakan setiap hari seperti ini. Andai Tuhan mengizinkannya, maka aku akan dengan sangat bahagia menjalaninya.

Namun di sisi lain aku juga berpikir jauh ke depan tentang, bagaimana masa depannya dia yang akan hidup bersama denganku, sedangkan aku yang penyakitan seperti ini membuat aku minder dengan semua hal.

Aduh apa sih yang sedang aku pikirkan sekarang, aku ngaco banget tentang bagaimana hidupku nanti.

lagi pula, aku tidak mau masalah ini Linda ketahui. Mendingan seperti ini saja, yang dimana aku masih bisa menikmati waktu bersama denganya.

Aku tidak tahu, pasti suatu saat nanti lambat laun dia akan mengetahui bahwa aku mengidap penyakit ini.

Dan aku sudah sangat siap dengan apa yang akan di pilih selanjutnya.

Akankah dia masih mau bersama denganku?

Atau dia akan pergi meninggalku.

Karena jujur ini kali pertama aku mengenal seorang perempuan di dalam hatiku. Dan gak tahu mengapa aku jatuh hati langsung kepadanya.

"Man? Herman??"

"Ah iya ada apa?"

Lamunanku terbuyar langsung seketika pada saat Linda menggoyangkan pundakku.

"Ahh aku cerita banyak apakah kamu mendengarkannya?" tanya Linda.

"Ahhh iya, maaf aku gak denger tadi"

Aku tangkupkan tanganku kepadanya, memohon maaf karena, aku tidak memperhatikan apa yang ia bicarakan.

"Hmmm!"

Dia hanya memberika ekspresi yang sebenarnya tidak ingin aku lihat, karena dia tiba-tiba sedih dan murung setelah aku mengungkapkan bahwa aku tidak memperhatikannya.

Aduh gimana nih,  aku jadi merasa bersalah dengannya karena terlalu asyik melamun jadinya aku malah gak memperhatikan setiap ucapannya.

"Hei, Linda" tanyaku untuk membuyarkan keheningan sesaat yang terjadi saat ini.

Dia hanya melihatku sambil memberikan ekspresi "Apa?"

"Hmm bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu?"

"hmmm boleh, apa?"

Jawabnya

"Hmmm, apa sih keinginan terbesar mu?"

Dia langsung tersenyum setelah aku mengungkapkan pertanyaan itu kepadanya.

"Aduh, aku malu jawabnya hehehe!"

Dia tersipu malu pada saat mau menjawab pertanyaan dariku.

"Ahh gak papa, bilang aja" ujarku membuatnya tenang.

"Jadi keinginanku dari dulu adalah, aku bisa hidup bahagia dengan orang yang aku cintai! Seumur hidup" jawabnya sambil tersenyum lebar ke arahku.

Dan detik itu juga aku terdiam dan terpaku akan jawaban yang di luar ekspektasiku. Aku kira yang dia inginkan adalah mau pergi ke mana gitu, atau mau barang apa gitu, atau mau hal yang lainnya dengan jaman sekarang. Namun aku melihat Linda berbeda di saat dia mengucapkan hal tersebut, seolah dia bukan Linda biasanya, namun ini seperti Linda yang lain yang baru aku kenal.

Karena, di balik sifatnya yang egois terkadang, agak sombong, kalau ngomong ceplas-ceplos, agak manja, dan agak sok itu, namum aku sekarang bisa tahu lebih dalam seperti apa dia sebenarnya.

"Kalau kamu apa Her? Apa keinginan terbesar dalam hidupmu!"

Tanyanya sambil melihat dalam ke arahku.

Aku diam dan tersenyum kecil pada saat dia berbalik tanya kepadaku. Karena sebenarnya ini adalah pertanyaan yang agak sulit untuk ku jawab.

Namun karena dia jujur padaku, maka aku juga harus jujur padanya.

"Kalau aku,  aku pengen punya umur panjang!"

Aku mengucapkannya tanpa sadar bahwa itu yang selama ini aku inginkan dari sejak dahulu. Dan tapi malah ucapkan kepada orang yang seharusnya tidak boleh tahu akan hal itu.

Aku langsung menutupi bibirku dengan tanganku.

Aku menoleh ke arahnya.

"Umur panjang?"

Tanya Linda, dengan ekspresi bingung yang menjadi serius kepadaku.

#Pov

...

Seketika itu suasana menjadi hening, terlihat sekali dengan jelas wajah Herman yang bingung dengan apa yang di katakannya barusan. dan tentunya juga Linda yang sekarang malah lebih serius dan bingung akan apa yang di katakan oleh Herman.

Suasana menjadi beku, dan lambat.

Seolah tempat itu hanya mereka berdua yang punya. Namun terlihat dengan jelas, bahwa Herman mencoba menutupi apa yang dia sembunyikan, namun sekarang Linda menjadi curiga akannya.

"Herman? Maksdunya umur pajang?"

Seru Linda mengulangi pertanyaannya.

.

.

.

Bagaimana guys?

Apakah Herman akan mengakui?

Tunggu ya Next nya.

1996Tamacreators' thoughts