2 D U A

Setiap cerita ada alurnya, bahkan selama ini dia menunggu dititik yang sama, manoban bukan lagi ditempatnya, dia sudah jauh berbeda, kehilangan bahkan juga tepat di akui untuk itu.

Jennie melirik beberapa foto di ruangan itu, kamar tempatnya berkeluh kesah, banyak foto polaroid yang digantungnya disini, foto pertama hamil lisapun tak luput dari karyanya itu.

"Hallo cantiknya bunda... Hiks"

Lisa, anak yang penuh perjuangan dia harus menyerahkan hidup dan matinya untuk lisanya, membahayakannya bahkan seperti rutinitas yang tak henti hentinya di lakukan wanita itu kala masih mengandungnya.

"Hay kakak... Bunda love you banyak banyak"

Entah untuk yang keberapa kali, jennie kembali meneteskan air matanya di atas foto polaroid itu, banyak yang berubah sejak saat itu, koma 6 bulan ternyata membawa pengaruh buruk untuk sifat lelakinya kepada anak pertama mereka.

"Maaf untuk dunia ini nak, demi Allah bunda menyesal"

Jennie meluruh dilantai yang dingin, minim cahaya, ruangan rahasia dimana tak satu orangpun yang tau bahwa ini ada, rumah mewah keluarga anindia dan manoban yang penuh luka dan air mata, disini mereka berada, tumbuh, besar dan menderita dalam duka bersama.

"Andai bunda bisa bertahan waktu itu, andai bunda gak koma nak, ayah pasti sayang sama kamu, maafin bunda... Hiksss"

"My baby... Hiks"

Jennie meremas baju yang persis sama dengan foto yang di genggamnya, dia masih ingat baju pemberian salsa kala itu, dan selama setahun lisa dibesarkan hanya dari susu hasil pumpingnya semalaman, karena manoban menolak serumah dengan anak lucu itu.

Jennie tau ini bukan salah manoban seutuhnya, tapi apa boleh dia kecewa?, Semakin besarpun lisa, manoban tetap pada rasa sakit hatinya, apa yang harus dia lakukan jika dendam menguasai diri suaminya.

"Kamu udah gede kak, bisa bunda ajak muterin mall ampe tutup tanpa harus ngomel kayak ayah sama shani"

Jennie tertawa kecil, mengingat setiap memori yang tuhan titipkan padanya lewat lisa, bayi yang bahkan dari awal ditolak oleh ayahnya, sampai kelahirannyapun tidak mengembalikan keadaan.

"Bunda... Ayah pulang"

Jennie segera menghapus air matanya, keluar dari ruangan tersembunyi itu, menaiki tangga yang sukses membuat perutnya keram.

"Awwhhhh... Maaf nak"

Iya jennie hamil lagi, hamil 3 bulan.

"Allahuakbar bunda....

"Awwwhh sakit yah...

"Duduk ya minum dulu... Ayah ambilin air, bentar"

"Aaawwwwhh iya iya maaf nak bunda gak ati-ati jangan marah ihh, kamu galak kek kak sheno bunda takut"

"Dari mana sih sayang?"

"Tadi mau ambil apa gitu aku lupa ke bawah"

"Kan ada bibik.. kamu tu suka banget deh ngebahayain diri sendiri"

"Jangan marah marah ih aku takut"

"Kamu tu tau aku cemasan orangnya, kalo kamu kenapa napa gimana, gak mau ih ayah bun"

"Iya iya maaf ayah"

"Shani mana?"

"Paling nongkrong sama temennya"

"Sheno?"

"Belajar di kamar tadi gak mau diganggu"

"Yaudah ayah mandi dulu..."

"Ayah gak nanyain kakak?, Lisa belum pulang yah"

Huhhhh

Nobani menghembuskan nafasnya berat, entahlah apapun tentang anak sulungnya itu membuat hatinya berdenyut nyeri, kembali mengingat saat saat kritis istrinya yang diambang kematian kala itu, dia trauma belum sanggup untuk kehilangan istrinya.

"Nanti kita makan di luar ya sayang ayah mandi dulu"

"Ayah sampai kapan..

lelaki itu menghentikan langkahnya, demi tuhan pertanyaan yang sama setiap harinya membuat sisi lain dihatinya memberontak, namun dia benar benar tidak bisa menerima anak itu, tidak untuk sekarang.

"Ayah mandi ya sayang...

CUP !

Bahkan ciuman itu hambar terasa, kasih sayang yang semula membara, luntur seiring jalan cerita yang tidak lagi ditempatnya, dia kecewa, bolehkah?.

Jennie menggigit bibir bawahnya, nyeri perutnya tak lebih menyakitkan dari pada yang tergores dihatinya, ingin rasanya membawa lisa jauh tanpa mengenal siapapun yang tidak menerimanya, bahkan ayahnya sendiri.

"Lisa ....."

🔺🔻🔺

London high school.

Ruby sedari memperhatikan wanita yang berjalan jauh di depannya itu dengan sangat intens, dia menyukai muka datar itu, mungkin banyak hal dari dirinya yang membuat seorang ruby menjadi tergila-gila.

"Lo orang bodoh yang pernah gue kenal, lo bisa berontak kalo lo mau, tapi kenapa lo milih diem?"

"Gue cuma gak mau ada masalah sama orang kaya lo"

"Kenapa? Lo kenghargai perempuan kayak lo menghargai bunda lo?"

"Kalo mau tau, emang itu jawabannya"

"Bullshit aleesha, tapi buktinya bunda lo lebih milih keluarganya dibanding elo"

"Tau apa lo huh?"

"Jangan naif jadi orang, buktinya tiap lo ada masalah lo berjuang sendirian, jangan lupain itu"

"Lo gak kenal bunda gue jangan sok tau"

"Oiya? Bunda lo cuma mau lo bahagia, tanpa dia"

Muka merah padam mendandakan bahaya itu semakin membuatnya ciut, namun sebisa mungkin ruby menetralkan detak jantungnya, baru kali ini dia lemah dengan orang yang bahkan jauh dibawahnya, hanya pemikirannya buktinya lisa bukan lawan yang tepat untuknya.

Lisa mengelus pipi cubby itu menarik wanita itu lebih mendekat ke arahnya, menarik rambutnya pelan, mendekatkan keningnya, menatap lekat bola mata itu, jauh lebih dalam lagi.

"Tampar gue sekarang ruby.. gue mau keluar dari emosi ini, sebelum gue nyakitin lu" batinnya.

Tapi apa yang dia bisa, arwah seakan tak bertuan, ada dimensi lain yang mengambil alih raganya, saat emosi merajai hatinya.

"Li....saaaaaa"

"Mau main sama gue?"

Senyum licik itu, tolong itu bukan dirinya, selamatkan dia.

"Ruby please... Sakitin gue biar gue bisa kembali... Ruby woy..." batinnya berteriak.

"Li...saaa please..."

PLAK !

"Keluar lu enak aja masuk masuk tubuh temen gue..."

Jisoo memukul kepala lisa dengan keras, tanpa ada satu orangpun yang tau, lisa mempunyai pribadi ganda, dan itu akan sangat fatal untuk orang disekitar mereka jika emosi lisa meluap begitu besar, dan saat marah lisa bisa melukai siapa saja yang ada di dekatnya, jado jalan satu satunya untuk menyadarkannya yaitu dengan cara menyakitinya terlebih dahulu.

"Jisoo lo mukul dia"

"Aaaghhhjj...."

"Lisa lo gak apa-apa kan?"

"Rub...by lo gak apa apa kan? Lo gak luka kan? Maafin gue by.. gue"

"Lo kenapa sih?"

"Ehmmm jennierubykidul, eh maksud gue gembul, eh apaan sih, gini ya lo cuma lagi halu, jadi yang tadi lupain aja"

"Lisa lo...

"Udah lo mending cabut deh gue ada perlu sama lisa... Hushh hushhh"

"Gak jelas lo pada"

Punggung itu sudah menjauh darinya, beberapa helai rambut yang ada di tangannya sedikit mencubit hatinya, berarti dia sempat menyakiti wanita itu, hari ini dia melakukannya lagi, dia benci sebagian dari dirinya itu.

"Jis...

"Santai... Lo belum sempet ngapa-ngapain dia kok"

"Hamdallah, padahal gue mau grepe grepe dulu"

"Yeewww oncom, au ah"

"Jis tungguin gue woy....

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Kring !!

"Oke anak anak sampai bertemu besok"

"Sikap beri salam"

"Selamat sore buk"

Kelas tambahan sudah selesai, kimia membuat otaknya penuh seketika, bukan dia tidak bisa, tapi hanya malas untuk berkumpul dengan para partikel dan mulekul aneh itu, bagaimana bisa ada orang yang menemukan ilmu seaneh dan semenyebalkan itu.

"Anak ayam sini lo"

"Paan sik"

"Makan taican ama ceker pedes yuk"

"Kek mak gue lu, hidup tanpa taican bagai taman tak berbunga...

"Hey begitu lah kata para pungga aduhai begitu lah kata para pujangga...

"Haha bangsad lo... Udah ah pulang yuk"

"Gue gak bawa motor"

"Kenapa?"

"Bocor...

"Yaelah jis trus gue nebengnya gimana"

"Miskin bener hidup lo.. apa apa nebeng apa apa minta beliin... Pengemis lo..."

"Jingan....

"Lo pulang ama gue aja lisa...

Lisa memperbaiki alat bantu dengarnya, bukan tidak mendengar namun suara ini sangat dikenalinya, dan dia bahkan tidak ingin satu udara dengan wanita galak bermata kucing asal kidul ini.

"Nyai roro lis...

"Ehmmm gue denger jis...

"Gue bisa naik grab car, tenang jangan sedih..."

Lisa mengeluarkan handphonenya, namun sial untuknya, lowbet iya itu sudah nasipnya.

"Nape?"

"Lowbet...

"Rejeki lo berarti hahahaha"

"Jingan...

"Ayok mau gue anter gak?"

Jennie melipat kedua tangannya di dada, dan itu sontak membuat mata lisa melotot tiada terkira, ceplakan dua gunung kembar itu begitu mempesona.

"Aissshhh otak mikir jorok mulu heran gue...

"Napa dah lu...

"Gak ada... Eh jis lu lupa ya kita kan mau ke toko buku..."

"Heh kapan? Gak ada tuh...

Jisoo mengingat kembali, tapi rasanya benar dia tidak memiliki janji dengan lisa, namun satu yang dia ingat pulang sekolah harus nemenin mama hanin ke salon.

"Gak ada tu...mppppppphhh"

"Gue duluan ya ruby....

"Mopphdjskskckgkfkskslal....

Ruby menarik kerah baju lisa dengan kuat, sontak saja itu menghentikan langkah si bocah tengil itu, dia tau menghindar dari ruby bukan perkara yang mudah.

"Mau coba boongin gue?"

"YASALAM ALAMAT...

"Mama lo di depan jis, gue di minta buat manggil lo kesini"

"Kan gue bilang juga apa pitik, gue gak ada janji ama lo, nyokap gue udah nungguin tu, udah ya bye...

"Aisshh gak bisa diajak kompromi tu anak"

"See? Lo mau balik sama gue?"

"Yaudah gue balik sama lo deh ruby...

"Good gurl..."

Ruby melemparkan kunci mobilnya, lisa mengendus kesal karena demi apapun satu lingkup udara dengan wanita kidul ini bukan impiannya.

"Cabut...

"Gue gak bisa bawa matic...

"Tinggal gas aja.. norak lo"

"Biasa aja dong lo..."

"Lo denger gue...

Lisa menunjuk alat bantu dengarnya, menancapkan gasnya dengan kasar, sungguh wanita ini selalu menguji kesabarannya.

"Gue pakek alat bantu denger kalau lo lupa"

"Santai aja dong"

Lisa tidak menggubris apapun perkataan wanita di sebelahnya ini, dia benar benar jengah dengan sifat bossy jennierubyjane ini.

"Lisa jawab gue....

"Apaan sih by...

"JENNIE... NAMA GUE JENNIE.. J E N N I E"

"jennie nama mak gue dan fyi gue gak mau ah manggil lo jennie juga"

"Tapi nama gue jennie brengsek"

"Emang gue peduli"

"Isss lo orang paling nyebelin yang pernah gue tau... Pokoknya gue mau lo panggil gue jennie"

"Gak ..."

"Kenapa sih?"

"Gue hanya akan manggil panggilan itu buat mama gue, buat orang yang gue sayang"

"Apaan sih, kenapa sama gue gak mau sih"

"Karena lo bukan orang yang gue sayang"

DEG !

avataravatar
Next chapter