webnovel

Satu Dasawarsa

Di usianya yang sudah menginjak umur 30 tahun, Savira tidak kunjung menikah. Dia trauma dengan lelaki yang pernah ia kencani lantaran diselingkuhi berulang kali. Penyesalannya pun menyelimuti diri Savira ketika dulu pernah menolak lamaran Riko. Dan ketika dia datang untuk mengemis cinta lelaki itu, ternyata dirinya sudah terluka untuk menerima Savira kembali. Orang tua Savira semakin menekannya untuk segera menikah. Lantaran gunjingan keluarga besar yang mengatakan bahwa Savira tidak normal. Kemudian pertemuannya dengan Raga, lelaki yang sepuluh tahun lebih muda darinya membuat pikiran dan hati Savira terbuka. Raga datang dan mengetuk Savira yang sudah membeku dan penuh luka. Namun cinta mereka harus terhalang restu orang tua lantaran perbedaan usia. Bagaimanakah Savira menghadapinya? Apakah cinta mereka bisa bersatu karena perbedaan usia yang terpaut satu dasawarsa?

Sr_Intan · Urban
Not enough ratings
371 Chs

Reuni dengan Mantan

"Maaf aku telat, aku jemput pacar dulu tadi," ucap Riko.

Wajah Savira mendongak kemudian menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya. Riko ternyata sudah memiliki seorang kekasih.

Tetapi kenapa di status favebooknya mengatakan kalau dirinya itu lajang?

"Vir." Riko menyadarkan lamunan Savira.

Ia pun gegas berdiri kemudian menatap Riko dan pacarnya secara bergantian. Sumpah malu setengah mati ketika Savira harus mengalami situasi seperti ini.

Kondisi seperti ini sama sekali bukan yang ia harapkan. Ia sudah membayangkan kalau Riko akan senang bertemu dengan Savira kemudian mengajaknya merajut cinta mereka kembali.

Namun semuanya ternyata jauh dari bayangan Savira. Dan untung saja Savira tidak mengatakan apa-apa pada ibunya tadi malam.

"Kenalin aku Renata, pacarnya Riko," ucapnya sambil menjabat tangan Savira.

"Oh, aku Vira teman lama Riko." Tak mungkin dia mengenalkan dirinya sebagai mantan kekasihnya bukan?

"Riko udah cerita banyak soal kamu," ucap Renata lagi.

Savira sontak menatap wajah Riko. Menceritakan soal Savira? Soal apa? Soal dulu yang ia menolak diajak menikah? Atau putus karena tak bisa diajak menikah?

"Semoga bukan cerita yang buruk ya," kekeh Savira canggung.

Lalu suasana pun menjadi canggung karena antara Savira dan Riko tidak saling bicara. Lagian mau bicara apa kalau di antara mereka saat ini ada Renata, pacar Riko.

Dan pula tujuan Savira kan ingin mendekati Riko lagi karena siapa tahu dia bisa diajak kerjasama atau mungkin akan mengajaknya nikah lagi. Namun semuanya sepertinya harus pupus.

"Kamu tumben ngajak ketemuan, ada apa Vir?" tanya Riko, dia menyesap kopinya dan memandang Savira penuh tanya.

"Oh gak kok. Kayaknya aku cuma mau ketemu aja sama kamu," jawab Savira. Ia memegangi cangkirnya dengan kedua tangannya karena gugup sedang berbohong.

"Aku udah mau nikah sebentar lagi," ucap Riko lagi membuat Savira lagi-lagi terkejut.

"Selamat kalau begitu."

"Kamu datang ya?"

"Kalau kamu undang pasti aku datang."

'Sialan Riko!' batin Savira. Dia malah dipermalukan sekarang.

"Oh ya terus pacar kamu gimana? Kamu kapan nyusul aku?"

Pertanyaan tak sopan. Pertanyaan itu sebenarnya tak boleh ditanyakan untuk wanita seumuran Savira yang tak kunjung menikah.

"Pacarku? Aku …" Savira tak bisa mengatakan kalau dia habis putus. Nanti bisa ketahuan kalau dia ada maunya mengajak Riko bertemu.

"Dia …" Savira masih berpikir.

Kening Riko mengerut, menunggu jawaban dari Savira.

"Dia, ada kok tapi lagi kerja."

"Oh, nanti diajak ya, ke pernikahanku."

Savira mengangguk sambil terkekeh pelan. Kalau dia punya pacar ngapain juga ngajak ketemu Riko saat ini. 

Dan obrolan mereka berjalan sampai satu jam lamanya. Sangat tidak nyaman, apalagi ketika Renata memasang wajah penasaran ketika Savira mulai bercerita dan Riko menanggapinya sangat antusias.

"Jangan lupa ya, nanti datang ke pernikahanku." Riko berdiri sebelum dia keluar dari kafe meninggalkan Savira.

"Oke."

Kemudian Savira menatap bayangan Riko dan Renata bergantian sampai menghilang dari pandangannya. Ia mengembuskan napasnya dengan berat lalu duduk di kursi lagi.

"Gagal," desis Savira. "Lagian Riko mana mungkin gak punya pacar, dia udah jauh lebih sukses dari yang dulu," gumam Savira.

Dan akhirnya dia juga ikut meninggalkan kafe setelah menghabiskan minumannya. Sangat pahit padahal dia sedang meminum satu gelas jus.

Langkahnya gontai mengingat ibunya menyuruh untuk membawa calon suami. Waktunya pun sangat mepet karena dia hanya diberikan waktu selama tiga bulan. Ya, tiga bulan. Dari mana dia bisa memungut suami dalam waktu tiga bulan?

"Tadi gak ketauan kan aktingku," bisik seseorang. Savira yang tanpa sengaja mendengar kemudian mengintip.

"Gak kok, tenang aja. Savira kan polos," kekeh Riko.

Riko brengsek, ternyata tadi hanya akting mereka berdua. Tapi kenapa dia harus melakukannya pada Savira?

"Riko!" seru Savira dengan geram. Mata Riko membulat dan terkejut melihat Savira berdiri tak jauh dari belakang mereka.

"Renata jadi bukan pacar kamu?" tanya Savira tak percaya. Dia seperti memergoki kekasih yang sedang selingkuh. Tapi berbeda konsep.

Riko menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia meringis menampilkan deretan giginya yang biasa saja.

"Maaf deh Vir," ucapnya kemudian berjalan menghampiri Savira.

"Aku cuma mau ngerjain kamu aja kok. Habisnya aku masih kesal kalau ingat kamu dulu, mutusin aku dan nolak aku ajak nikah."

"Oh. Tapi kamu serius mau nikah?"

"Enggak," jawabnya santai.

"Terus tadi?"

"Ya, aku bohong sih. Habisnya juga kamu paling gak bakalan datang."

"Jadi kamu aslinya masih jomblo kan? Karena belum bisa lupain aku?"

"Aku memang benar jomblo, tapi kalau gak bisa lupain kamu kayaknya salah."

Keduanya kemudian menghela napasnya secara bersamaan. 

"Tunggu sebentar," ucap Riko, ia kemudian membisikan sesuatu pada Renata lalu wanita itu pergi begitu saja.

Savira hanya mengamatinya dari kejauhan, sampai akhirnya Riko berlari ke arahnya lagi.

"Makan malam yuk," ajaknya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ngapain ngajakin makan malam, kamu masih suka sama aku?"

"Jangan pede, aku cuma mau ngajakin makan aja. Jangan salah paham."

Dan akhirnya mereka berdua pun memutuskan untuk makan malam berdua di sebuah rumah makan.

Mereka berdua menceritakan kejadian-kejadian setelah lima tahun putus. Ternyata Riko dan Savira nasibnya tak beda jauh. Harus putus berkali-kali karena diselingkuhi.

"Hebat ya," ucap Savira.

"Hmm, kayaknya aku memang gak boleh nikah."

"Nikah dong, kan kamu udah tua."

"Kamu juga udah tua, 30 tahun Vir."

Entah sejak kapan kemudian mereka malah menjadi seperti seorang sahabat seperti ini. Rasa canggung seperti beberapa waktu yang lalu mencair begitu saja karena kesamaan nasib mereka berdua.

"Aku harus bawa calon suami dalam waktu tiga bulan," desah Savira kesal.

"Kalau aku, ibuku udah gak maksa lagi apalagi tau kalau anaknya gagal terus dalam bercinta," kekehnya.

Savira dan Riko saling memandang. Perasaan di hati mereka seperti lima tahun yang lalu sudah tidak ada. Jadi, untuk kembali pun sepertinya tidak mungkin.

"Kamu bisa mengenalkan padaku wanita, teman kerjamu atau sahabatmu. Biar aku bisa menikah."

Savira terkekeh. "Bagaimana kalau kamu juga kenalkan temanmu padaku."

"Oke, kita sepakat." Savira dan Riko saling menjabat. Kesepakatan aneh di antara mereka pun akhirnya terjalin.

"Iya Des." Savira mengangkat telepon dari Desy.

"Oh ya udah aku ke sana sekarang."

"Mau ke mana?" tanya Riko.

"Aku harus pulang, Desy lagi ada masalah."

"Desy? Dia perempuan?"

"Kamu udah kenal dia. Kenapa? Mau sama Desy?"

"Vir!" panggil Riko ketika Savira hendak keluar dari rumah makan tersebut.

"Aku antar!"

Savira pun mengangguk. Daripada dia harus membayar taksi online, alangkah baiknya jika dia menggunakan kesempatan ini untuk sedikit berhemat bukan?