webnovel

SATRIA

Siti_Handriani · Teen
Not enough ratings
44 Chs

Marah

Bugh...

Bugh bughh

Bugh

Begitulah suara pukulan yang terdengar dari ruang latihan Satria. Ia merasa sangat marah karena kedekatan Athena dan Dewa yang membuatnya cemburu.

Bugh

Bugh

Buuuggggghhh

"Aarrrggghhh... kapan rencana ini selesai..."

Tanpa ia sadari, seseorang kini telah memasuki ruangan dan mendekat ke arah Satria yang sedang memaki samsak di hadapannya.

Tangan halus itu mengelus dengan lembutnya pucuk rambut Satria yang kini telah basah akan keringat hasil emosinya tadi.

"Mom..." lirih Satria saat melihat wanita paling dicintainya datang. Dengan segera ia berbalik, Grreeppp.

Satria memeluk Faysa dengan eratnya seolah pelukan itu bisa menghilangkan rasa frustasi yang dialaminya .

"Kita akan cepat selesaikan semua ini sayang."

"Hmm... Satria ingin Athena terbebas dari teror itu mom, Satria ingin semuanya selesai."

"Ya, maka dari itu, kita harus bersabar dan kita jalani semuanya sesuai rencana. Oke?"

"Iya, Mom."

Faysa melepas pelukannya pada Satria kemudian meraih kedua pipi sang anak dan menangkup nya dengan gemas.

"Mandi gih... bauuu." Ejek Faysa yang kini tertawa kecil melihat wajah masam Satria.

"Ahh... Mom, harum gini masa di bilang bau sihhhh..." kilah Satria seraya mengerucutkan bibirnya tanda tak suka, namun sesekali tangannya tak diam untuk menyeka keringat yang telah membasahi wajahnya.

"Uhhh... gantengnya anak mommy... mandi gih, kita akan lanjutkan rencana berikutnya sayang."

"Baik mom." cup, Satria pun mengecup dahi sang mommy kemudian meninggalkannya untuk bersiap-siap.

〰〰〰〰〰

"Kak," tok tok tok

"Kakak...." tok tok tok, tak hentinya Athena kini mengetuk pintu milik Sakha.

Tok tok tok

"Kakk... buka dulu dongggg..."

Tok tok tok

Didalam sana Sakha menatap datar pintu yang sedari tadi mengeluarkan suara bising dan membuat telinganya sakit. Ia bangkit dari duduknya, kemudian melangkah mendekati pintu kamar yang sedari tadi ia kunci.

Ceklek

"Kak... keluar yuk."

"Kamu aja, kakak disini." Ucap Sakha dengan intonasi dinginnya.

"Yahhhh... ayo dong kak."

"Kamu aja ya, Rye." Dengan lesunya Athena pergi  dari kamar Sakha dan  meninggalkan sang empunya dengan senyuman yang tak dapat tergambarkan dari si pemilik kamar.

.

.

.

Tringgg...

Tringgg...

Dering ponsel menyadarkan Athena dari llamunanny, ia meraih ponsel yang sedari tadi ia simpan di atas meja belajarnya . Dengan cepat ia melihat siapa yang menelponnya,

"Kak Liam," dengan segera ia angkat panggilan itu dan berharap kakak satunya ini bisa menghilangkan kejenuhannya.

"Hallo!"

"Kakak di bawah Rye."

"Okey... Rye meluncur kak." Athena berlari menuju lift kemudian turun untuk menemui Satria.

"Kakakkkk...." Athena berlari seraya merentangkan tangannya pada Satria. Greeepp, pelukan hangat itu ia dapatkan juga dari Satria.

"Ada apa kak??? Tumben!"

"Main yuk..."

"Ayoooooo... Rye ganti baju sekalian  ambil tas dulu ya."

"Iya." Satria mengelus puncak kepala Athena dengan gemasnya.

.

.

Tak berapa lama, akhirnya Athena pun turun dengan pakaian santainya. Namun, penampilannya kali ini membuat Satria susah menelan ludahnya.

"Ayo kak."

Satria diam tak bergeming sedikitpun, matanya terpaku pada sosok cantik yang kini berada di hadapannya.

"Kakkkk... "

"Kakakkkkkk...." Teriakan Athena membuat Satria kelabakan, dengan kikuknya ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Cantik," gumam Satria begitu pelan.

"Hah?, apa kak?"

"Eh.. engga kok, yuk pergi , bunda mana?"

"Bunda lagi keluar, tapi tadi Rye udah izin kok sama bunda , ayo kak."

Akhirnya merekapun pergi dan meninggalkan seseorang yang kini menatap mereka dengan mata tajam dan bibir yang tersungging tipis menyeramkan.

Setelah menaiki mobil dan menggunakan sabuk pengamannya , mereka saling bertatapan seolah memberi ketenangan dan kekuatan untuk keduanya.

"Ready?"

Athena menatap Satria dalam . Ia menatap pria di hadapannya dengan wajah sendu namun tetap menganggukkan kepala yang berarti ia tengah siap.

〰〰〰〰〰

"Dewa, kamu siap kan??"

"Iya, saya siap tante."

"Bagus... ingat sayang... ini demi kamu dan juga mereka."

"Iya, Dewa akan berusaha semaksimal mungkin."

"Good!"

Percakapan itu entah mengapa mengusik sisi lain dari Dewa. Ia begitu menghawatirkan orang orang disekitarnya. Namun hal itu tak membuat Dewa down. Ia akan buktikan bahwa ia bisa dalam misi ini.

"Ya , semua harus berjalan sesuai rencana." batin Dewa yang sedari merasa resah, entah apa yang ia rasakan kali ini, ia begitu khawatir dan juga ketakutan.

"Aku berharap tak terjadi apa-apa."

.

.

Jalanan Ibu kota kini terasa begitu lenggang, beberapa kendaraan melaju dengan kecepatan rata-rata. Begitupun dengan motor satu ini.

Brrruumm...

Bbrruum...

"Sebelah kanan." Ucap seseorang diseberang sana yang kini sedang memberikan instruksi pada si pengendara.

"Kiri!"

"Tepat pertigaan hadang jalan mereka dan laksanakan!"

"Baik."

Brruummmm bbbrruuummmm

Ia kini menaikkan kecepatan laju motornya , satu tangan ia gunakan untuk mengambil sesuatu dalam saku jaket hitamnya.

Cklek...

"Itu dia, It's so time... "

Orang itu mulai mengarahkan senjatanya pada ban mobil yang kini tengah menjadi targetnya.

Bbrruuum...

Sssrreekkkkk...

Mobil itu mulai oleng tak seimbang, berkali kali mobil mencoba menyeimbangkan lajunya namun itu semua tak berarti.

Dor

Dor

Dor

Mobil itu semakin kehilangan kendalinya, sang pengemudi yang terus mencoba menstabilkan kendaraannya mulai pasrah saat melihat dari arah berlawanan  terdapat truk pembawa barang bangunan besi.

Sssrreetttt... sssrretttt...

Bunyi gesekan ban mobil dengan aspal begitu memekakkan telinga bagi siapapun yang mendengarnya.

Bbbrrruuuukkkk

"Mission complete!" 

Seseorang itu kini pergi meninggalkan tempat kejadian dengan rasa bangganya.

"Aku tak sabar bertemu denganmu dalam ke adaan yang berbeda Rye..."

〰〰〰〰〰