webnovel

SATPAM AJAIB

"Kapan masa itu terulang lagi?" Siti Nurmuslimah "Ia benar-benar mengagumkan, keren, aku nggak bisa berhenti memujinya dalam hati." Dicky Wijaya "Kau adalah milikku!" Valentino Zabaniyah "Dasar menyebalkan, pergilah dari hidupku!" Merry Christina "Melihatnya membuatku kembali muda." Nani Suryodinoto Mereka semua tergila-gila. Seorang SATPAM AJAIB membuat sisi tersembunyi mereka muncul dengan sendirinya!

Mowly · Teen
Not enough ratings
5 Chs

Jangan Berpaling

Valentino Zabaniyah POV :

Akhirnya aku datang cukup pagi.

Gerbang sekolah masih terlihat sepi.

Aku menurunkan kecepatan sepeda motorku karena gerbang sekolah tidak terbuka cukup lebar.

Setelah beberapa saat menunggumu untuk memperlebar gerbang yang terbuka dan tak ada tanda-tanda kehadiranmu, aku membunyikan klakson sepeda motot berharap kau segera membukakan pintu gerbang sekolah.

Sejenak kemudian gerbang bergeser dan hawa kehadiranmu tiba-tiba menyejukkanku, tak terasa senyum ini merekah dengan sendirinya ketika aroma tubuhmu terbawa angin kearahku.

Setelah gerbang terbuka cukup lebar, aku yang sempat berpikir bahwa tak mungkin ada yang datang lebih awal dariku sedikit kecewa melihat seorang siswa duduk dibangku didekat pos yang biasa kau tempati.

Dia adalah Dicky Wijaya. Siswa tingkat 10 sepertiku, namun ia berada dikelas sosial, sedangkan aku dikelas sains.

Sama seperti kebanyakan orang. Raut wajahnya menunjukkan Kebahagiaan yang kuyakini berasal dari kuatnya aura yang kau miliki.

"Wah kali ini datang lebih pagi dari biasanya ya!"

Ah!... Perasaan apa ini? Baru kali ini perasaan Melayang-layang menyesakkan dadaku. Tak kusangka bahwa ungkapan perhatian seperti itu terucap dari bibir seksimu.

Ya seperti itu! Ingatlah aku! Jangan berpaling dariku! Jadikan aku orang yang paling kau ingat, paling kau perhatikan!

"Iya, aku mau mencoba datang lebih pagi darimu mas!" Jawabku sambil turun dari kendaraan dan memarkirkannya

Aku memberanikan diri untuk lebih akrab denganmu. Kesempatan untuk ngobrol lebih akrab denganmu tak pernah sedekat ini, dan tak akan kulewatkan sedikitpun.

"Haha, Bagus! Saya suka siswa yang semangat sepertimu dek!"

Oh! Kau memanggilku dek, terlebih kau bilang menyukaiku, menyukai semangatku... Jangan buat aku Klimaks disini.

Oh tidak, kata-katamu barusan membuat pikiranku melayang kemana-mana dan alhasil bereaksi pada organ kedewasaanku.

Tak masalah! Aku ingin kau menyadari keperkasaanku!

Celanaku terasa sempit dibagian selangkangan karena mengembangnya ukuran dan mengerasnya 'Batang' milikku.

"Hey kenapa itu 'Adik'mu?"

Suara Dicky mengejutkanku dan tangannya menunjuk kearah bagian tubuhku yang mengeras dibawah sini. Ia rupanya menyadarinya lebih dulu.

Kau melihat kearah sini setelah mendengar ucapannya. Tak lama senyumanmu merekah merasa lucu. Aku senang melihat senyu

"Apaan... Wajar lah cowok pagi-pagi gini reaksi"

Cukup cengar-cengir. Rasanya aku bisa membuat keadaan disini lebih ceria akibat 'Kecelakaan' tak disengaja ini.

"Kamu Pede juga ya."

Oh Tuhan... suaramu yang menanggapi candaan mesumku dan senyum keren itu membuatku merasa kau bereaksi atas candaan itu.

Jika saja aku tak kuat mengendalikan diri dengan hasrat terhadapmu, mungkin sudah kuterkam dan kujatuhkan Satpam seksi sepertimu saat ini juga.

"Hehe, Pede dong. Udah gede gini masa nggak Pede!"

Aku mendorong pinggulku kedepan dan membuat tonjolan ini makin terlihat jelas.

Kalian berdua tertawa sejadi-jadinya melihat tingkahku. Aku tak sanggup menahan senang bercampur malu, apalagi belum pernah kulihat tawa seperti itu terpancar dari wajahku.

Sungguh kesempatan langka, sungguh bersyukur aku bisa bercanda denganmu pagi ini.

Tolong jangan berpaling. Tenang, aku akan membuatmu sangat bahagia bersamaku, Satpam seksiku.

Dicky Wijaya POV :

Suara klakson itu ternyata berasal dari kendaraan Valentino, siswa kelas sebelah.

Tak biasanya ia datang sepagi ini.

"Wah kali ini datang lebih pagi dari biasanya ya!"

Kau menanggapi kedatangan Tino, begitu biasanya teman-temanku memanggil nama singkat Valentino.

"Iya, aku mau mencoba datang lebih pagi darimu mas!"

Wah, Semangat sekali Tino ini.

Ini tidak biasa. Ia belakangan datang lebih awal dari waktu ke waktu.

Aku sebagai Pengagummu, merasa bahwa sejak kedatangan Satpam sepertimu, perlahan-lahan kondisi sekolah semakin produktif dan kondusif.

Baiklah, besok aku nggak akan kalah dari Tino dan berangkat lebih awal lagi supaya bisa mengobrol lebih banyak denganmu.

Jangan salahkan jika rasa kagumku padamu perlahan-lahan berubah seiring berjalannya waktu.