webnovel

Menatap Lurus Kepadanya

Editor: Wave Literature

"Katakan, bagaimana pendapatmu?"

Emosi Tang Si sudah jauh lebih stabil saat dia masih kecil, jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Dia juga termasuk orang yang bisa diandalkan.

Jadi, saat Cheng Ju mendengar bahwa Song Yi telah melakukan ini, dia sangat terkejut. Namun, saat mendengarkan penjelasan Tang Si, dia merasa semua ini sepenuhnya tidak masuk akal.

Tang Si mengerucutkan bibirnya. Dia tidak bermaksud mengatakannya secara lisan, karena terlalu keras.

"Sebentar lagi aku akan memberimu salinan tertulisnya. Nanti kau akan tahu saat kau melihatnya."

Setelah Tang Si mengatakan ini, dia mengobrol cukup lama dengan Cheng Ju. Selain mereka berdua, tak ada seorang pun yang tahu rencana Tang Si.

Zhou Liang dan petugas polisi lainnya yang di luar merasa gugup.

Akhirnya, Tang Si keluar dengan raut wajah yang segar.

Zhou Liang bertanya dengan nada penasaran, "Apa yang terjadi?

"Apakah Cheng Ju marah?"

Tang Si memandang Zhou Liang dengan mata genitnya yang khas. Dia melirik Zhou Liang tajam.

Saat Tang Si tidak tersenyum, sosoknya terlihat sangat berkharisma. Auranya begitu tenang dan jernih, sekaligus dingin.

Tang Si menepukkan tangannya dan berseru dengan nada dingin kepada para polisi yang bertugas, "Kita akan mengadakan rapat di ruang pertemuan."

Setelah mendengar perintah Tang Si, semua orang langsung menuju ke ruang pertemuan.

Tang Si berdiri dengan Power Point di belakang punggungnya.

Lembar demi lembar Power Point itu menunjukkan foto-foto Wu Wang beserta beberapa informasi mengenai hubungan sosialnya pada saat kematiannya.

Tang Si menganalisis kasus ini secara singkat dan sederhana. Dia juga tak lupa menjelaskan tentang tisu toilet yang ditemukannya di rumah Wu Wang, beserta hasil laboratoriumnya.

"Kita sama sekali tidak mengesampingkan hubungan antara Song Yi dan Wu Wang. Lagipula, DNA Song Yi terbukti ada di tisu toilet itu. Selain itu, masih ada wanita lain yang belum kita ketahui identitasnya."

"Mungkin saja mereka sedang bermain three some," kata Tang Si pelan. Nada suaranya sama sekali tak berubah saat membicarakan topik sensitif seperti itu.

"Mungkin saja Song Yi juga dijebak, karena di leher belakangnya ada bekas luka yang merupakan bahan halusinogenik."

"Hari ini, tim lapangan akan memeriksa hubungan sosial Song Yi. Selain itu, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, keluarga Wu Wang harus tetap tenang dan jangan biarkan mereka membuat masalah."

Zhou Liang mengangkat sebelah tangannya. Dia mengajukan pertanyaan, "Song Yi terluka di bagian belakang lehernya malam itu, tapi kita sama sekali tidak menemukan apa-apa. Bisakah kita menduga bahwa dia yang sengaja mengarahkan kita dan dia bertindak sendirian?"

Mata Tang Si terlihat kesal dan menatap Zhou Liang, tapi dia berusaha terlihat tetap tenang. 

Jantung Zhou Liang berdetak makin kencang, tapi dia sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Tepat pada saat Zhou Liang tidak tahu bagaimana meredakan suasana yang serius ini, Tang Si akhirnya membuka suara. 

"Song Yi selalu bersama dengan kita. Bagaimana caranya menghubungi dunia luar? Apakah dia seorang bidadari yang punya tiga tangan dan tangan ketiganya merencanakan diam-diam dari kejauhan?"

"Terlebih lagi, kertas tisu dan celana dalam dibiarkan ditinggalkannya begitu saja tanpa perhatian. Kenapa Song Yi sudah tahu sebelumnya? Apakah dia punya kemampuan memprediksi sesuatu?"

Nada suaranya sangat lambat dan ringan. Namun, kata-kata ini cukup tegas dan beralasan, seperti sebilah pisau yang membelah kapas. Pukulannya lembut, tapi berakibat fatal dan menimbulkan luka dalam.

Zhou Liang akhirnya tidak berkata apa-apa. Dia masih merasa aneh, tapi pikiran logisnya mengenyahkan semua itu.

Yang hadir dalam rapat itu merasa ketakutan dan bergidik. Kadang-kadang, yang paling menakutkan bukanlah kehilangan kesabaran, tapi narasi yang diucapkan tanpa ekspresi. Itu jauh lebih menakutkan daripada memicu kemarahan.

Kemudian Tang Si mengutarakan ide-ide yang ada di dalam benaknya. Dia juga tak lupa mengatur kunci kasus ini.

Semua yang hadir mendadak menyadari hal ini, seolah mereka terbangun dari mimpi masing-masing.

Zhou Liang bahkan bertepuk tangan secara konstan, "Kau memang Tang Si yang luar biasa!"

Namun, Tang Si tidak termakan begitu saja dengan bujuk rayu Zhou Liang.

"Rapat selesai."

 ...

Setelah rapat dibubarkan, para peserta rapat kembali sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Sedangkan Tang Si kembali ke ruang investigasi dengan langkah lebar.

Song Yi masih duduk di dalam ruangan dengan tenang. Ekspresinya pucat dengan tubuhnya yang mungil. Saat mendengar suara seseorang yang masuk, dia mendongak dan dilihatnya Tang Si masuk.

Tang Si mengenakan pakaian kasual yang terlihat nyaman dikenakan. Dia berdiri tegak dengan rahangnya yang terkatup rapat. Garis wajahnya terlihat halus dan jakun di tenggorokannya menunjukkan maskulinitasnya yang seksi dan liar, yang kemudian menyebar ke seluruh tubuhnya.

Mata Song Yi yang berbinar-binar menatapnya.