webnovel

Sang Penipu Tampan

Olivia Klara adalah wanita yang beruntung. Mendapatkan jabatan baru dan seorang kekasih secara bersamaan. Kekasihnya sangat tampan, kaya, sukses, dan sangat perhatian. Hingga membuatnya selalu meleleh. Tapi tidak seperti itu selamanya. Satu tahun berlalu tiba-tiba saja Nando jarang menghubunginya dan jarang bertemu dengannya. Semenjak kepindahannya dari kantor cabang ke kantor pusat membuat mereka sangat sulit menghabiskan waktu. Oliv awalnya tidak mempermasalahkan, baginya hal itu wajar. Nando adalah laki-laki dan karir adalah salah satu hal yang harus dilakoni Nando. Tapi, lama-lama hal itu mempengaruhi Oliv, ia pertama kali berpacaran dan baru pertama kali galau karena memikirkan lawan jenis. Sebenarnya Nando itu masih memikirkannya atau tidak? Dan bagaimana kejelasan hubungan mereka? Belum sempat ia mendapatkan kejelasan itu ia harus ditampar dunia bahwa Nando yang ia kenal bukanlah Nando yang sesungguhnya. Playboy!!!!

Klara_Indira · Urban
Not enough ratings
7 Chs

YES I WILL!!

Pagi ini Aku bersemangat pergi bekerja. Pak Vian mengatakan jika beliau terhalang untuk datang ke rapat outdoor bersama para klien. Sehingga beliau memintaku untuk datang bersama dengan Nando, sementara Pak Vian akan menyusul setelah mengantar sang istri pemeriksaan kandungan.

Kemarin setelah penjelasan dan menata barangku waktu itu banyak sekali kejadian yang mendekatkan Aku dan Nando. Karena Pak Hendra dan Pak Ivan tidak kembali ke kantor karena mendapatkan tugas dari Pak Juan, CEO perusahaan dimana Aku bekerja. Untuk bertemu dengan para investor dan beberapa klien setelah itu mewakili beliau.

Hal itu membuat Aku dan Nando juga semakin sering bekerja sama karena Pak Ivan meminta bantuan Nando untuk menjelaskan beberapa hal tentang pekerjaan Ku. Bahkan saking asiknya Aku yang melupakan makan siang dengan Marry.

Nando sangat perhatian, lembut, romantis dan sweet. Laki-laki idaman, sukses di usia muda, berbakat, pujaan dan idaman semua wanita.

Mengingat segala bentuk perhatiannya Nando padaku kemarin membuat diriku semakin salah tingkah. Nando benar-benar membuat jantungku berdetak dengan kencang. Sifat lembutnya padaku membuat semunya semakin terasa manis.

"AAA Nando buat Aku semakin deg-degan ketemu Dia hari ini," ujarKu yang sudah berkali-kali memastikan penampilan diriku melalui cermin di kamarku. Untuk pertama kalinya Aku berdandan bahkan sampai melihat tutorial agar Aku tetap terlihat sempurna dimata Nando

Aku mengatur nafasku lalu Aku beranjak dari kamarku. Ketika keluar dari kamar Aku berpapasan dengan Ibu yang baru saja pulang dari mengantar adikku sekolah.

"Bu Oliv berangkat ya Bu. Ibu jangan capek-capek. Buat aja yang udah dipesan Bu kuenya, Ibu harus banyak istirahat," kataku mengingatkan Ibu yang terkadang sulit untuk diminta istirahat saja.

"Iya, Ibu juga suka kok lakuinnya. Lagian Ibu itu bosen Liv, Kamu kerja Gio kalau pulang sore kadang kalau ada ekstra bisa malam pulangnya," jawab Ibu membuatku sedikit merasa bersalah.

"Ya udah tapi jangan dipaksa kalau udah capek Bu. Oh iya Bu, Oliv sudah bilang sama Mas Ari, biar kalau Gio ekstra Mas Ari aja yang jemput, jalanan sekarang suka ramai banget Bu kalau malam," ucapku.

Mas Ari adalah tetangga depan rumahku, Dia lebih tua dari Ku kerjanya mengantar jemput anak-anak sekolah. Jadi Aku meminta jika Gio jika ada tambahan atau ekstrakurikuler di sekolah untuk Mas Ari saja yang jemput. Karena selain ramainya jalan, karena pengelihatan Ibu yang sudah berkurang sehingga bahaya sekali jika gelap dan tersorot langsung oleh lampu kendaraan, karena pandangan akan semakin buram.

Dari pada terjadi hal-hal buruk lebih baik begitu. Walau Aku harus keluar uang lebih tapi tidak masalah agar Gio dan Ibu tidak kenapa-kenapa.

"Iya Kak, iya. Udah sana buruan berangkat, telat nanti," ujar Ibu mengingatkan Aku waktu yang terus berjalan dan segera mendekati waktu telat bekerjaku.

"Oh iya hampir saja, kalau gitu Oliv berangkat ya Bu. Oliv mungkin pulang terlambat, ada perayaan di kantor Bu," ujarku yang ijin pulang lebih lama kepada Ibu.

"Bawa motornya hati-hati, nanti kalau sampai malam kabari Ibu ya." Aku langsung menganggukkan kepalaku lalu mengambil tangan kanan Ibu lalu berpamitan dengan Ibu sekali lagi.

.

.

.

Akhirnya Aku sampai juga di tempat yang dimaksud oleh Pak Ivan. Lumayan sulit menemukannya memang tapi untung saja teknologi sudah semakin canggih. Aku memarkirkan motorku lalu menuju ke dalam restoran yang sudah dipesan untuk meeting yang sangat dekat dengan lokasi dimana proyek besar perusahaan akan dibangun.

Ketika Aku memasuki restoran Aku terkejut karena semua dekorasi restoran bukan seperti biasanya. Ini terkesan, romantis. Ya, musik romantis, karangan bunga berbentuk hati besar yang terdapat banyak sekali bunga mawar merah dan terpajang tegap di depannya.

Balon-balon yang ditempelkan di lantai dan membentuk sebuah jalan. "Gak mungkin ini buat Akukan?" tanyaku dengan pelan. Pasalnya tidak ada satupun orang selain Aku di sini.

"Ini buat Kamu cantik," ujar seseorang dari belakang badanku.

Aku secara reflek melihat ke belakang dan memutar tubuhku menghadap seseorang yang berada di belakangku. Terkejutnya Aku melihat Nando yang berdiri dengan membawa buket bunga dengan senyuman indahnya dan jas yang begitu rapi.

Jantungku langsung berdetak dengan cepat, rasanya seluruh tubuhku ikut berdetak, bergetar karena sengatan. Aku hanya bisa terdiam terpaku dan terus menatap mata indah milik Nando.

"Ini terdengar gila memang, tapi ketika Kamu datang ke kantor waktu itu Aku baru saja bertaruh dengan Tuhan. Jika perempuan yang masuk ke dalam ruangan ini akan Aku kejar Dia sampai Dia mau menjadi kekasih Ku. Dan ya, ajaibnya Kamu masuk padahal bisa saja OB atau OG atau karyawan lainnya," kata Nando.

"Aku jatuh cinta kepada Mu pada pandangan pertama. Kecantikan Mu, kebaikan Mu dan cerdasnya Kamu Liv. Oliv maukah Kamu menjadi pacar Ku?" tanya Nando yang tiba-tiba saja berlutut dan memegang satu tanganku untuk ia genggam.

Betapa romantisnya laki-laki ini. Sudah kaya, sukses, berbakat, tampan, idaman, romantis pula. Sesempurna itu laki-laki ini. Ini gak mimpikan? Keberuntungan apa ini?

"Jika Kamu menolak mungkin hati ini bakal sakit, Aku bukan lebay atau berlebihan atau apalah itu tapi ini tulus dari hatiku Liv. Oliv, maukah Kamu menjadi kekasih hatiku?" tanya Nando sekali lagi membuat tubuhku semakin lemas.

Tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu harus melakukan apa. Sungguh ini membuatku semakin... semakin terhanyut. Bagaimana tidak, perasan Ku terbalaskan. Ternyata Nando juga menyukaiku. Ajaib memang. Pertemuan pertama, dalam satu hari kita jatuh cinta. Inilah cinta, sangat sulit ditebak kapan datangnya.

"Yes, i will.. Aku mau Kak," jawab Ku dengan sedikit gaguk. Nando langsung berdiri dan langsung memelukku erat. Aku membalas pelukannya dan tersenyum bahagia.

"Terimakasih Sayang, terimakasih," ujar Nando membuat hati denyut senang. Perasaan ini, perasaan cinta yang dulu pernah Aku rasakan kembali Aku rasakan.

Aku tersenyum lebar dan menganggukkan kepalaku. Nando melepaskan pelukannya, memegang kedua lenganku lalu menatapku dengan dalam membuatku gugup karena tatapannya. "Jadi, kita lanjut meetingnya Sayang?" ujarnya dengan panggilan sayang.

Aku menurunkan pandanganku terlalu malu untuk menatapnya lama apalagi panggilan itu. Karena ini baru pertama kalinya Aku diperlakukan dan mendapatkan panggilan itu. Namun seketika Aku langsung menatapnya kembali.

"Tunggu, jadi rapatnya bukan di sini?" tanya Ku kaget. Ini bahkan sudah lewat dari waktu yang Pak Ivan berikan padaku.

Tangan kanan Nando yang besar mengelus kepalaku lembut. Membuat ku mati gaya kembali. "Tenang Sayang, sebenarnya rapatnya itu di lapangan langsung dan mulainya masih siang nanti. Sengaja minta Mas Ivan buat bantu Aku," ucap Nando membuatku sedikit lega.

Setidaknya ia tidak merusak kepercayaan dan merusak citra Pak Ivan. Baru juga kemarin di angkat jadi asisten udah bikin malu aja. Gak mau kayak gitu Aku.

"Mau sarapan? Kamu belum sarapankan?" Kepalaku mengangguk secara reflek dan sangat jujur. Ya, Aku belum sempat makan karena berias demi Nando. Tapi bagaimana laki-laki ini tahu?

"Kalau gitu silahkan princess kita menuju meja dengan lilin dan mulai menyantap sarapan romantis ini," ujar Nando sambil mengulurkan tangan kanannya kepadaku, seperti seorang pangeran yang akan mengajak seorang putri untuk makan bersama. Aku tersenyum senang, lalu menerima uluran tantan Nando dengan malu-malu.

Kami berlanjut dengan sarapan romantis. Dengan dirinya yang ingin berkenalan lebih dekat dengan diriku. Dengan segala bentuk perhatiannya. Mulai saat itu juga, Nando dan Aku menjadi pasangan yang selalu menghabiskan waktu di dalam ruangan. Memakai semua waktu untuk kita berdua.