webnovel

SEBELAS - Si Cantik Manari Di Tangan Pemangsa

Sementara Hope dan Snow bersembunyi, dua penjarah datang mengendap-endap. Hope mengisyaratkan Snow agar tidak bersuara.

"Aman!" Mereka mulai berbicara satu sama lain.

"Kemana mereka?"

"Mereka pasti sudah berhasil menerobos ke depan!"

"Sepertinya mereka sangat kuat."

"Kita beruntung."

Hope dan Snow berada tepat di belakang kedua penjarah itu, di balik kegelapan. Gerak-gerik dua orang asing itu sangat aneh. Siapa mereka dan mengapa mereka kesini? pikir Hope.

"Ayo kita segera ambil semua item yang ada pada mayat moster!"

Hope melihat kedua penjarah itu menggendong karung besar. Mereka tidak lebih dari seorang pencuri, pikir Hope. Dua orang itu mengambil semua item : armor, senjata, dan mengambil semua barang yang menurut mereka berharga.

"Hei, ayo ke sini!" seru penjarah yang sepertinya memimpin penjarah satunya.

Mereka langsung maju menuju tikungan dan mendapat sambutan anak panah. Satu dari mereka langsung roboh akibat anak panah yang menembus kepalanya. Yang satunya lagi hendak melarikan diri, namun naas jantungnya lebih dulu tertembus panah. Keduanya jatuh tepat di depan mata Hope.

"Tanpa sengaja, kematian mereka juga cukup berguna untuk kita." ujar Hope.

Snow tidak mengerti, "Maksudmu?"

"Akhirnya aku bisa melihat dengan jelas pola serangan musuh," Hope menyeringai. "Musuh kita ada dua. Sebelumnya aku tidak sempat melihatnya dengan jelas, aku kira musuh hanya satu dan berangapan musuh memang sangat ahli dalam memanah. Tetapi, kini aku sudah bisa melihatnya dengan jelas."

"Bagaimana kau bisa tau?"

"Jeda antara panah yang pertama dan yang kedua." ucap Hope. "Dan kau bisa melihat dari ketepatan sasarannya. Penjarah yang terpanah di bagian jantung, dia tertembak dua detik setelah yang pertama. Jika musuh hanya seorang, dia butuh waktu lebih dari satu-setengah detik untuk mengambil anak panah dan merentangkannya, belum lagi untuk membidik." jelasnya lagi.

Akhirnya Hope tahu jika musuhnya tidak segesit yang dia perkirakan. Musuh memang sengaja membuat serangan seolah-olah dia sendirian. Lalu di saat dua pencuri tadi muncul bersamaan di tikungan, mau tak mau mereka harus memanah keduanya sekaligus.

"Aku memang sudah mengetahi pola serangan mereka, tapi tetap saja sulit untukku menembus ke depan." ucap Hope.

"Lalu bagaimana, Hope?"

"Akan aku pikirkan sebuah strategi." sahut Hope.

Hope mulai berpikir, namun terhentri karena sesuatu mulai mendekat. Kali ini dari arah depan mereka. Terdengar sebuah langkah yang membuat lantai bergetar. Dan terdengar juga suara benda berat yang diseret—begitu nyaring menyerupai suara sebuah pedang.

"Hope!" panggil Snow.

Snow mendapat firasat buruk, kekawatirannya meningkat dan melihat Hope yang sepertinya belum memiliki persiapan apapun, bagi Snow ini adalah sebuah malapetaka yang menghampiri.

Hope juga tampak kawatir. Yang sanggum membuat lantai bergetar hanyalah raksasa. "Ini tidak baik," ucap Hope. "Sembunyi!" serunya.

Keduanya kembali bersembunyi. Sebenarnya masih ada waktu untuk keluar dari Dungeon sebelum raksasa itu memperlihatkan wajahnya, tapi Hope memilih tetap melanjutkan perburuannya.

Hope tidak akan menyerah begitu saja lalu mundur. Dia masih belum mendapatkan apapun, lagipula dia memiliki senjata yang bisa dia andalkan.

"Hope!" panggil Snow. Hope langsung mengisyaratkan untuk diam. Sebenarnya Snow ingin menanyakan, Kenapa tidak mundur saja? Tapi Hope tidak memberinya kesempatan. Sepertinya Hope sudah ada rencana.

Suaranya semakin mendekat. Hope bisa tahu itu adalah suara pedang yang diseret, atau bisa saja yang lain. Ini pasti bos Dungeon, namun dia muncul di waktu yang kurang tepat, batinya.

Hope dan Snow mencoba untuk tidak bersuara sedikitpun.

Sesungguhnya bersembunyi bukanlah gaya Hope, namun sekarang dia harus bersembunyi untuk melindungi nyawanya. Ini bukan lagi game MMORPG, batin Hope. Bukan lagi waktunya untuk menatang musuh secara terang-terangan. Hope sedikit mengurangi sikap nekatnya.

Hope memutuskan untuk melihat wujud bos agar bisa meutuskan strategi yang tepat.

Hope terus mengisyaratkan, tetap diam dan jangan bersuara. Snow sudah berkeringat dingin. Menandakan mental Snow sudah menurun.

Suara seretan itu tiba-tiba berhenti. "Hope," bisik Snow. Hope langsung negisyaratkan untuk tetap diam.

Mengapa dia berhenti, apakah dia menyadari keberadaan kami? pikir Hope.

Tiba-tiba saja ayunan sebuah kapak besar membelah lantai. Snow langsung terkejut saat itu juga sedangkan Hope masih bisa mengendalikan dirinya. Bos mengunakan arogansinya hanya untuk memotong satu mayat penjarah.

Tubuh penjarah tadi dipotong dengan sadis dan bahkan percikan darahnya hampir mengenai Hope. Dia terlalu arogan, pikir Hope.

Bos mengambil potongan tubuh itu dengan tangan besarnya. Hope melihat seberapa kuat tangan itu. Dari ukuran jari dan lengannya, Hope memperkirakan bos cukup gemuk dan kemungkinan tingginya mencapai dua meter lebih. Membayangkannya saja membuat Hope harus menelan ludah.

Hope kehilangan semua rencananya, itu karena bos di luar dugaannya. Katanya ini Dungeon pemula, lalu bagaimana mungkin bos bisa berada di luar dari kata "pemula", batin Hope.

Yang bisa Hope lakukan sekarang hanya mengisyaratkan untuk tetap diam sampai ada waktu aman untuk mundur.

Tiba-tiba bos memperlihatkan wajahnya sambil mengendus. Shit, batin Hope. Jangan-jangan dia sudah menyadari keberadaan kami.

Mata Snow membelalak, dadanya berguncang, lalu tangannya dan mulutnya mulai bergetar. Mau tak mau Hope harus menutup mulut Snow dengan tangannya. Pada situasi ini Hope masih bisa mengendalikan dirinya.

Keduanya benar-benar terkejut karena bos melihat ke arah mereka. Hope menahan tubuh Snow dengan melingkarkan kakinya. Hope memaksa Snow agar tetap diam. Sementara itu bos terus mengendus.

Wajah bos memancarkan kengerian. Baru kali ini Hope melihat mulut goblin raksasa yang benuh dengan gigi tajam seperti hiu. Hope langsung menamainya Hiu-Goblin.