Hope baru saja selesai dari perjalanan yang melelahkan. Di luar perkiraan Hope, Dungeon pemula memiliki level yang cukup sulit. "Benar-benar tak terduga. Aku cukup kesulitan melawan bos tadi." keluh Hope.
"Apa kau tidak tau, Hope?" tanya Snow.
Mereka berjalan menuju pusat kota menuju stan penjual senjata. Drop item yang mereka dapat cukup banyak dan cukup untuk menambah uang yang mereka dapatkan di bos terakhir.
"Tentang apa Snow?"
"Aku kira kau sudah lama bertualang Hope?"
Apa Hope seharusnya mengatakan apa yang sebenarnya atau menutupinya dengan kebohongan lagi? Hope akan mengatakan apa yang perlu dia katakan.
"Iblis yang kita hadapi sekarang jauh berbeda dengan iblis yang pernah aku hadapi sebelumnya. Apa mungkin pasukan iblis telah mengalami peningkatan di luar pengetahuanku?"
"Kau benar juga Hope," Snow mulai mengingat-ingat sesuatu, "Akhir-akhir ini Hero kuat mulai berkurang dan para prajurit kerajaan semakin gencar merekrut relawan."
"Yang benar saja?" tanya Hope, ini berbeda dengan apa yang Hope ketahui sebelumnya.
"Dungeon yang kita lewati, ada juga beberapa Hero Weeds Town yang berhasil menembusnya. Mereka mungkin jauh lebih kuat, tetapi tak secerdik dirimu dan mampu mendapat tangkapan yang besar." ujar Snow lalu tersenyum.
Bukannya senang, namun Hope langsung murung karena baginya itu bukanlah sebuah pujian. Aku lemah, pikir Hope.
"Aku bersyukur kita masih hidup." imbuh Snow.
Benar, aku masihlah lemah. Ini tubuh asliku, bahkan aku tidak sekuat Warrior yang sempat aku temui di Adventure Guild, yang benar saja. Hope terus mengeluh dalam hatinya. Aku tidak boleh berakhir menyedihkan seperti ini.
"Hope," panggil Snow, dia melihat Hope melamun sambil berjalan mengikuti dirinya. "Hope, ada apa?" Hope sepertinya tidak mendengarnya dengan baik, "Hope!".
Hope terbangun, "Ya ada apa, Snow?"
"Kita sudah sampai di pasar senjata!" tunjuk Snow ke arah depannya.
Hope melihat sebuah pasar besar di hadapannya. Pasar itu dipenuhi oleh deretan stan yang menjual senjata dari beragam kelas. Dia melihat jelas senjata dan armor digantung dan dideretkan di atas meja layaknya penjual daging.
"Snow, sepertinya aku harus ke toilet." ucap Hope.
"Kau yakin menyerahkan ini semua kepadaku?" tanya Snow.
"Jual saja sesuka hatimu, aku pergi dulu!" ucap Hope kemudian pergi sambil melambaikan tangannya tanpa menoleh ke belakang.
"Baiklah." sahut Snow dan langsung masuk ke dalam pasar.
Hope memutar ke bagian barat pasar, biasanya pihak pasar menyediakan toilet umum. Hope berjalan dan melihat apa yang dia cari. Di sana rupanya, batin Hope. Kemudian Hope berpapasan dengan seorang gadis.
Hope mencium aroma rambut gadis tersebut. Aromanya seperti bunga sakura, tapi Hope terlihat cuek karena tujuannya sekarang adalah toilet. Damn, udah diujung tanduk. Hope mempercepat langkahnya.
Gadis beraroma bunga sakura itu menoleh ke arah Hope. Seperti tertepa angin musim semi, gadis itu tertarik akan Hope. Gadis yang sangat cantik berkulit putih. Dia tidak terlalu pendek ataupun tinggi. Diantara orang-orang yang berada di pasar, gadis ini layak menyandang gelar "Imut". Namanya Aika, dia adalah gadis Jepang.
Aika terlihat sangat cantik dengan rambut panjangnya yang disisir belah pinggir—rambutnya berwarna hitam sepunggung—dengan poni jatuh ke kanan wajahnya. Orang yang melihatnya pasti akan kagum dengan kecantikannya. Dia memiliki bibir tipis merwarna merah muda dengan iris bibir yang mengoda. Hidung yang tidak terlalu besar. Warna mata yang hitam seakan meperlihatkan begitu lugu dirinya. Bulu mata yang lentik menandakan begitu mempesona dirinya. Alis tipis dan wajah yang alami tanpa polesan. Tidak akan ada orang yang sangup menolak keberadaannya. Seorang gadis yang memang sudah cantik sejak lahir.
Aika sekarang menjadi perhatian semua orang di pasar terutama untuk kaum laki-laki. Dia tidak menyadari itu, karena perhatiannya telah dicuri oleh Hope. Dari matanya yang hitam terlihat jelas kalau dia sungguh penasaran dengan Hope.
Badan Aika begitu ideal, cukup menuhi syarat untuk menjadi seorang model. Apalagi dia memiliki dada yang tidak terlalu besar ataupun kecil. Jika Aika adalah Hero, maka sangat sayang tangannya yang halus memegang sebuah pedang. Aika mengenakan dres merah muda. Pakaian yang tampak biasa dan tidak menandakan kalau dia adalah seorang Hero. Dan dia membawa tas belanja yang dipenuhi dengan sayuran. Kebetulan saja dia ingin lewat ke arah pasar senjata dan berpapasan dengan Hope.
Pertemuan Hope dan Aika memang sudah ditentukan oleh takdir. Hope keluar dari toilet dan kembali menuju tempat terakhir dia berpisah dengan Snow. Aika masih tetap berdiri diam di tempatnya dan Hope kembali melewatinya begitu saja. "Ha-ah, hari ini lumayan melelahkan!" keluh Hope saat melewati Aika.
Aika mendengar dengan jelas keluhan yang Hope lontarkan. Dia semakin penasaran dengan Hope. Itu karena saat pertama kali berpapasan dengan Hope, dia mencium aroma keringat seorang kesatria. Dia memutuskan untuk mengikuti langkah Hope.