Konyol, bulan ini sudah hampir mendekati akhir bulan. Tapi ini adalah pertama kalinya Sheng Yue berbicara dengan ayahnya bulan ini. Dia tidak tahu apakah kalimat itu tulus, atau apakah kata-kata 'nilaimu cukup bagus' itu merupakan sindiran.
Shengyang menyentuh dagunya, menyipitkan matanya dan tersenyum, "Yaaa, itu pertanyaan yang bagus, tapi..."
Dia memutar Sheng Yue ke arah berlawanan, "Kenapa tidak kamu tanyakan pada ibumu?"
**
Di kamarnya, Sheng Yang sedang mempelajari Beale Ciphers.
Kode morse yang paling rumit pun tak ada apa-apanya dibanding Beale Ciphers. Belum ada yang bisa memecahkan Beale Ciphers, tapi dia samar-samar melihat sebuah petunjuk.
Beale Ciphers ini disusun dengan susunan angka yang banyak dan padat.
Orang lain akan sakit kepala melihatnya, tapi dia merasa ini sangat menarik. Dia memiliki semacam obsesi untuk teka-teki yang belum terpecahkan.
Saat itu dia tiba-tiba melihat gerakan yang tidak normal, dan dengan tatapan tajam melirik ke jendela.
Angin meniup tirai putih, membuat cahaya bulan di luar jendela semakin terang.
Apakah hanya ilusi? Dia mengerutkan alisnya.
Begitu dia mengalihkan pandangannya, sesosok bayangan tiba-tiba melompat ke arahnya. Sheng Yang menghindar dengan cepat ke samping, tetapi sosok itu sudah menyudutkannya ke dinding di sebelah lemari.
Empat mata saling berhadapan, mata pria itu sedalam laut dan seolah-olah ada bintang terang yang berkedip, dia meletakkan jarinya di bibir tipis dan indahnya, menambahkan sedikit keseksiannya, "Sstt."
Sheng Yang menatapnya dalam diam.
Ini bukan yang pertama kalinya, dia sudah terbiasa dengan ini.
Pria ini seperti bunga dari neraka, sangat indah namun juga sangat berbahaya.
Tak lama kemudian, dia mendengar suara gemerisik yang pelan, tapi semakin lama semakin mendekat.
Pria itu menopang dinding dengan satu tangan dan bersandar padanya dari jarak dekat. Adegan ini ambigu sekaligus indah, tetapi mata Sheng Yang tetap dingin. Dia hanya menatapnya dengan tenang dan mendengarkan gerakannya.
Bahaya perlahan-lahan mendekat.
Pada saat yang sama, Sheng Yang diam-diam mengepalkan tinjunya. Dia tidak akan mengampuni lawannya, dan dia sangat tegas dengan pendirian ini.
Yi Juncheng menurunkan pandangannya untuk melihat tangannya, dan kemudian mengangkat pandangannya, dengan senyum cerah dan suara indahnya, "Jangan khawatir, aku ada di sini."
Sheng Yang tetap diam, masih bersikeras pada postur pertahanannya.
Dua kepalan tangannya yang putih dan lembut, terlihat seperti roti kecil namun sangat mematikan.
Sudut bibir Yi Juncheng terangkat.
Benar-benar berhati baja, tidak pernah percaya pada siapa pun, hanya pada diri sendiri, tapi...
Dia sangat imut saat seperti ini.
Bibir Yi Juncheng dipenuhi dengan senyuman, mata yang indah itu penuh dengan kilauan. Benar-benar mempesona.
Setelah beberapa saat, terdengar suara seseorang di balkon luar, diikuti oleh suara dingin Gao Feng, "Tuan, sudah beres! Maaf aku datang terlambat."
"Yah, memang terlambat." Yi Juncheng berkata dengan ringan, tetapi nadanya tidak seberbahaya biasanya..
Gao Feng membawa si pembunuh yang telah dilumpuhkan oleh Yi Juncheng. Lalu sebelum pergi diam-diam, Gao Feng melihat ke belakang.
Benar-benar layak sebagai bosku. Sangat mengagumkan.
Saat dia dikejar-kejar pembunuh, dia justru berbalik memanfaatkan pembunuh itu dan membunuhnya untuk kesenangan dirinya sendiri.
Tak lagi dalam bahaya, Yi Juncheng menegakkan tubuhnya, begitu juga dengan Sheng Yang.
Yi Juncheng melihat kamarnya, dan memang ini seperti yang selama ini dia bayangkan.
Selain beberapa tumpuk buku, bola dunia, dan beberapa alat pembelajaran lainnya, tak ada aksesoris-aksesoris kecil seperti yang disukai gadis-gadis pada umumnya.
Sheng Yang tidak suka perhiasan atau baju-baju cantik. Tapi dia sangat cocok memakai baju apa pun.
Saat ini dia mengenakan kemeja krem dengan rok tulle berlipat berwarna hitam, yang memberinya aura seperti seorang peri.
Pakaiannya sederhana dan rambutnya digelung dengan santai di atas kepala, membuatnya terlihat indah dan elegan.