webnovel

Menjadi Berbeda dari Sebelumnya

Editor: Wave Literature

Begitu Wu Xuehan melihat hal ini, ia langsung berkata, "Wah..."

Seolah sedang melihat keajaiban dunia, Wu Xuehan menjadi bersemangat sekaligus penasaran. Ia pun langsung duduk di sebelah Tang Li dengan ekspresi terkejut. "Akhirnya kamu memperlihatkan ekspresimu ketika aku bernyanyi. Terakhir kali, ketika aku menyanyikan lagu Loituma Girl untukmu, kamu menyuruhku keluar sehingga membuatku sedih untuk waktu yang lama."

"Benarkah?" tanya Tang Li yang belum bisa mengingat hal tersebut sepenuhnya..

"Dan kamu melempar daun bawangku ke balkon," kata Wu Xuehan sambil fokus menatap Tang Li dengan wajah yang sedikit memerah.

Tang Li terdiam. Namun, ia langsung teringat begitu Wu Xuehan berkata begitu. Hal itu terjadi sejak mereka baru mulai masuk kuliah. Tang Li baru kembali dari rumah keluarga Li dan kembali ke sekolah. Saat baru masuk asrama, Wu Xuehan tiba-tiba muncul dari balik pintu sambil memegang bawang hijau di salah satu tangannya. Saat itu adalah akhir pekan dan Tang Li merasa hatinya tidak bahagia ketika di rumah keluarga Li. Karenanya, ia menyela Wu Xuehan, "Bisa tidak jangan ribut?"

Wu Xuehan segera menutup mulutnya sambil menghela napas. Ketika Wu Xuehan bersenandung dan naik ke tempat tidur, Tang Li melihat ada daun bawang dan ia melemparkan daun bawang itu ke balkon.

Karena sekarang mereka membahas masalah lama itu, Tang Li menjelaskan, "Aku bukan menyuruhmu untuk pergi. Saat itu, aku hanya ingin sendirian."

Setelah mengatakan hal ini, Tang Li berhenti sejenak dan menoleh ke arah Wu Xuehan. "Tapi, aku juga harus meminta maaf kepadamu karena sebelumnya telah melakukan kesalahan. Aku harap kamu tidak sedih karena hal itu. Terima kasih juga karena tadi kamu telah mengirimi aku pesan teks."

Di kehidupan terakhirnya, setelah Tang Li dikirim ke Dongjiao, ia tidak bisa menerima pesan singkat dengan tepat waktu. Begitu ia kembali ke kampus, semuanya telah berbeda. Alhasil, sikap Tang Li ini di luar dugaan Wu Xuehan. Wu Xuehan pun mengelus punggung belakang temannya sambil berkata, "Aku hanya bercanda denganmu."

"Aku tahu," kata Tang Li sambil tersenyum tipis. "Tapi, beberapa hal memang perlu dibicarakan dengan jelas."

Tak lama kemudian, Wu Xuehan membuka matanya yang berbinar. Setelah sempat ragu-ragu sejenak, ia berkata, "Tang Li, aku merasa kamu tampaknya menjadi berbeda setelah kembali ke rumah."

Menurut Wu Xuehan, selama ini Tang Li adalah sosok yang selalu menundukkan kepalanya dalam diam dan tidak peduli dengan apa yang orang lain lakukan. Alasan inilah yang membuat teman-teman perempuan sekelas tidak terlalu menyukai Tang Li.

"Sebenarnya, ini sangat bagus," kata Wu Xuehan sambil tersenyum dengan lesung pipinya yang imut. Lalu, ia melanjutkan, "Sebelumnya, kamu begitu pendiam dan selalu mengabaikanku. Di asrama, aku tidak bisa menemukan seseorang yang bisa aku ajak untuk berbagi keluh kesah."

Meskipun universitas mereka bagus, namanya sebagai akademi seni dan beberapa lulusannya yang hanya menjadi bintang kecil membuat tidak banyak mahasiswa baru yang mendaftar di sana setiap tahunnya.

Di sana, Yu Sui dan Jiang Yining yang tinggal di asrama yang sama merupakan penduduk asli Ibukota. Ayah Yu Sui merupakan manajer umum di sebuah bank, sedangkan ayah Jiang Yining merupakan senior lembaga eksekutif di sebuah perusahaan milik negara. Latar belakang yang sama membuat mereka tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Selain itu, mereka otomatis memandang rendah Tang Li dan Wu Xuehan yang berasal dari desa terpencil.

Tiba-tiba terdengar suara beberapa gadis dari luar. Pintu asrama terbuka, lalu Yu Sui dan Jiang Yining masuk. Dua orang yang mengobrol sambil tertawa itu seketika terhenti ketika melihat Tang Li.

"Kalian sudah kembali?" tanya Wu Xuehan. Namun, tidak ada jawaban dari mereka.

Setelah meletakkan jaket kardigan di tempat tidur, Tang Li berkata, "Aku mau ke cuci tangan dulu."

Ketika Tang Li kembali, lagi-lagi Wu Xuehan berada di asrama sendirian. Wu Xuehan menjelaskan pada Tang Li bahwa kedua gadis tadi ada kelas dan mereka pergi terlebih dahulu karena ingin menempati kursi depan. Namun, Tang Li tahu dalam hati bahwa mereka memang sebenarnya tidak mau menunggunya.

Ketika Tang Li dan Wu Xuehan muncul di ruang kelas, tatapan semua orang tertuju pada rambut Tang Li yang berwarna biru laut. Tiba-tiba, ada satu pemuda yang bersiul dan diikuti suara tawa semua orang. Siswa yang selalu kesepian dan berkepribadian aneh selalu mudah menjadi bahan olok-olokan orang lain. Hal ini baru saja terjadi pada Tang Li.