Hari itu sangat tenang, pelajaran dimulai seperti biasa dan aku menjalani hari seperti biasa, sampai jam pulang berbunyi.
Cuaca sangat terik dan angin berhembus tipis , memberikan suasana yang gersang dan hangat.
Salju dan Anisa menaiki motor dan bersiap menuju arah pulang kerumah, hari sudah semakin sore namun jalan yang dilewati Salju dan Anisa terlihat sepi, mereka membawa motor dengan santai tanpa berpikir negatif.
Dari kejauhan terlihat dua sosok pemuda yang sedang berjalan kaki. Kedua pemuda itu berjalan di arah kiri motor salju dan Anisa, namun kedua pemuda berjalan melawan arah, penampilannya sangat sangat dengan jaket Levis yang sobek-sobek, kedua pemuda itu mempercepat jalannya, bahkan terlihat mereka berlari kecil, lalu mereka mengeluarkan sebuah pisau dan memberhentikan Salju dan Anisa.
"Wey berhenti" ucap salah satu pemuda dengan nada tinggi sembari menodongkan sebilah pisau.
Salju dan Anisa mempercepat laju motor, namun siapa sangka, kedua pemuda berlari sangat cepat dan menarik tas Anisa. Anisa yang sedang dibonceng oleh Salju pun terjatuh dan Salju pun terpaksa berhenti.
Salju dan Anisa sangat panik, kedua pemuda itu menunjukkan wajah yang sangat sangar, seakan-akan siap menyergap dan menyerang Salju dan Anisa.
"Serahin barang-barang kamu" ucap salah seorang pemuda itu
"Ga mau" ucap Anisa keras
Salju terdiam takut dan tidak bisa mengucap apa-apa, penyakit nya kambuh dan dia seakan ingin pingsan di tempat, Anisa melihat Salju yang sudah terdiam lemas di samping motor, Anisa mengetahui bahwa penyakit Salju kambuh dan Anisa tau bahwa Salju bisa pingsan kapan saja.
Satu pemuda mendekati Salju dan satu nya lagi mendekati Anisa. Mereka mengambil tas Salju dan Anisa, mereka merampas dompet dan juga hp dari Salju dan Anisa.
Dari kejauhan Rullan dan Joe terlihat mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, mereka langsung menghampiri Salju dan Anisa.
*2 menit sebelum Anisa ditarik dan jatuh
"Sal itu kayaknya preman deh" ucap Anisa
"Iya nis, gua takut banget" ucap salju
"Gua takut di apa-apa in" ucap Anisa
"Gua juga nis, mending lu telpon temen kita sekarang" ucap salju
Anisa menelpon Rullan dan dia memberikan lokasi kepada Rullan. Rullan langsung mengangkat telpon
"Halo, kenapa nis?" ucap ku
"Rul tolong kesini" ucap Anisa singkat ke telepon ku
Anisa langsung mematikan handphone
"Halo nis, halo, aduh kok dimatiin" ucap Rullan
"Joe ayo temenin gua" ucap ku
"Kemana?" ucap Joe
"Tadi Anisa nelepon dan bilang suruh kesini" ucap ku
"Dikasih lokasi nya ga? ucap Joe
"Ini dia ngirim lokasi" ucap ku
"Ya udah ayo langsung kesana" ucap Joe
Kami bergegas jalan dan mengendarai kendaraan kami dengan kecepatan tinggi, kami melihat salju dan Anisa yang sudah tidak lagi diatas motor dan kami melihat dua orang pemuda yang berdiri di samping salju dan Anisa.
"Woy, mau ngapain lu?" ucap Joe dengan nada tinggi
Dua pemuda itu terlihat panik karena ada yang datang. Mereka langsung bergegas mengambil tas,hp dan juga motor dari Salju dan Anisa.
Joe dan aku langsung mengejar mereka, mereka langsung terkejar oleh kami, kami tanpa basa basi langsung menendang motor yang mereka naiki. Mereka terjatuh, kami langsung turun dari motor kami sambil teriak meminta pertolongan.
"Maling maling" teriak aku dan Joe
Kami sudah berada di daerah yang banyak rumah rumah warga.
Sebelum warga datang, mereka langsung menodongkan pisau ke arah kami, dengan bermodal nekat dan juga penggaris besi, kami melawan mereka dengan penuh keyakinan.
"Lawan aja Joe, sampe warga Dateng" ucap ku
"Iya biar mereka gabisa kabur" ucap Joe
Kami saling bertengkar satu sama lain, kami berdua terluka oleh goresan pisau namun mereka juga terluka karena penggaris besi yang kami bawa juga bisa menggores dan mengasil kan luka dan juga penggaris kami lebih panjang sehingga kami bisa menjaga jarak dari mereka.
Mereka terlihat seperti ingin kabur dan lari namun warga sudah ramai dan berkerumun di sekitar kami.
"Wah ini copet yang sering beraksi sekitar sini, akhirnya lu Ketangkep juga ye" ucap salah satu warga
"Biar nih kita lapor polisi" ucap warga lain
Aku dan Joe ditanya oleh warga sekitar bagaimana kejadiannya, mereka pun mengerti dan membiarkan kami pulang, kami pun diberikan obat dan juga minum supaya bisa pulih dan sampai dirumah.
Setelah dua pencopet itu ditangkap oleh warga, dua pencopet itu dibawa ke kantor polisi oleh warga.
Kami pun menghampiri Salju dan Anisa. Kami melihat Salju dan Anisa yang sudah terkulai lemas
"Lu diapain sama dua pencopet itu?" ucap ku
"Cuma diambil barang-barang" ucap Anisa
"Tapi lu ga ditusuk atau di apa in gitu pake pisau?" ucap ku
"Ga ada kok, cuma gua jadi ngeri lewat sini" ucap Anisa
"Salju kenapa diem aja?" ucap ku
"Rul jangan tanya dulu, dia lagi trauma dan ketakutan" ucap Anisa
"Ya udah nis, salju gua bonceng dan anter pulang" ucap ku
"Iya gua ikut lu bawa motor Salju, sekalian bantu jelasin kejadian tadi" ucap Anisa
"Joe lu ikut ga?" ucap ku
"Ikutlah, kalo kenapa-kenapa lagi di jalan gimana?" ucap Joe
"Lu kuat buat bawa motor kan nis?" ucap ku
"Kuat kalo sendiri, lagian salju kan sama lu" ucap Anisa
"Ayo sal naik" ucap ku
Aku menghampiri Salju dan memegang tangan nya.
"Tangan salju dingin banget" ucap ku
"Hah yang bener lu rul?" ucap Anisa
"Iya sini pegang" ucap ku
"Sal tahan dulu ya, nanti dirumah lu makan dan minum obat" ucap Anisa
"Iya gua tahan, tapi badan gua udah lemes banget" ucap Salju
"Ya udah ayo naik motor gua" ucap ku
Kami berjalan perlahan karena Salju yang sudah lemas, badannya dingin dan bibirnya terlihat pucat, menurut ku salju trauma karena kejadian tersebut.
Sesampai kami dirumah salju, kami pun memberikan penjelasan kepada ibu salju. Ibu salju menangis karena mendengar kejadian tersebut. Ibu salju berniat untuk ke kantor polisi dan menuntut kejadian yang menimpa anak dan teman anaknya.
"Oh iya nih tas sama hp lu berdua" ucap ku
"Makasih rul" ucap Anisa
Setelah salju makan dan meminum obat, salju terlihat segar dan mendingan. Aku pun bernafas lega. Kami pun berpamitan kepada ibu salju.
"Nis lu pulang sama gua ayo" ucap ku
"Iya rul makasih" ucap Anisa
"Ya udah rul, nis , gua balik duluan" ucap Joe
Aku pun mengantar Anisa kerumahnya dan setelah aku mengantar Anisa, aku langsung bergegas menuju ke rumah karena hari sudah semakin gelap.