webnovel

MENGHINDAR

"Eh. I- iya, Mba. Kami ba- baru aja kecelakaan,"

Akhirnya Susi menjawab setelah dipaksa oleh Jaka. Raka memerhatikan gelagat aneh Susi. Kelihatannya wanita itu memang sengaja membiarkan pertengkaran Anggi dan suaminya. Raka jadi penasaran siapa sosok Susi. Selanjutnya, dia akan bertekad untuk mencari tahu tentang perempuan tersebut.

"Tuh, kan. Mas gak bohong," titah Jaka.

"Aku bener-bener kecewa sama kamu, Mas! Argh!"

Anggi berlari dan kembali masuk ke mobil. Raka beserta keluarganya pun segera mengikuti langkah Anggi. Mereka paham bahwa Anggi tak ingin mendengar penjelasan Jaka serta ingin menghindar darinya.

Jaka berlari ke arah mobil Raka. Dia mengetuk kaca kendaraan itu. Kebingungan Jaka semakin bertambah saat Raka menjalankan mobilnya.

"Sayang. Kamu mau ke mana? Mereka siapa?" teriak Jaka, kemudian mengejar mobil Raka.

Tak ingin istrinya kabur, Jaka pun mengambil motornya dan mengekori mobil hitam di depan sana. Jaka sampai lupa membawa Susi.

"Mas! Aku ketinggalan, Mas!"

Susi terseok-seok mengejar Jaka yang tak sadarkan diri itu. Susi pun kembali duduk di halte. Dia berharap akan ada kendaraan yang lewat. Susi ingin menumpang untuk kembali ke café.

Di dalam mobil Raka, Anggi terus saja menangis. Raka jadi paham betapa Anggi sangat mencintai suaminya.

"Itu tadi suami kamu, Anggi?" tanya Raka.

"Iya, Mas. Hiks hiks,"

"Suami kamu lagi selingkuh sama perempuan lain," timpal seorang wanita yang berstatus sebagai Mama palsu Raka.

"Iya. Keliatannya mereka mesra banget." Papa Raka pun ikut mengompori.

Anggi kian terisak. Dia tidak tahu apakah Jaka berkata jujur atau tidak. Anggi tak dapat berpikir dengan jernih. Kejadian tadi senantiasa melekat di ingatan.

"Saranku sih kamu tinggalin aja lelaki begitu. Udah gak bisa bahagiain istri, eh malah buat kecewa lagi,"

Ini merupakan kesempatan Raka untuk menghasut Anggi agar berpisah dengan suaminya.

"Iya, Anggi. Lebih baik kamu nikah aja sama anak Mama. Raka pasti bisa bahagiain kamu,"

Anggi mengusap wajahnya yang sudah penuh dengan cairan asin. Apakah Anggi harus melepaskan Jaka yang telah berselingkuh dengan tetangganya sendiri?

Mobil terus melaju membelah keheningan kota akibat hujan yang mendera. Tanpa mereka sadari ada sebuah motor yang terjebak di lampu merah. Kendaraan itu tak dapat mengejar mobil Raka lagi karena sudah tertinggal jauh.

Jaka tidak tahu Anggi sedang bersama siapa dan hendak ke mana. Jaka juga tidak bisa menghubungi istrinya, karena Hanphone Anggi sudah dijual beberapa waktu lalu. Di sisi lain, Jaka juga teringat kalau ia sudah meninggalkan Susi seorang diri di halte. Akhirnya Jaka memutuskan untuk menjemput wanita itu dan membawanya kembali ke café. Percuma juga Jaka mengejar mobil yang ia sendiri pun tak tahu di mana keberadaannya.

Jaka bekerja dengan tidak fokus sesampainya di café. Bahkan, ia berulang kali melakukan kesalahan. Yang ada dipikiran Jaka hanyalah Anggi saja. Pasti perempuan itu sangat kecewa dengan tingkah suaminya.

"Semua ini gara-gara Susi. Coba aja dia gak maksa buat ikut aku." Kalimat itu terus saja Jaka ucapkan.

Beberapa jam berlalu dan waktu kerja telah usai. Jaka buru-buru pulang ke rumahnya. Siapa tahu Anggi sudah ada di sana.

Begitu membuka pintu, Jaka langsung mencampakkan boneka Barbie yang tadi siang ia beli. Pemandangan itu ditangkap jelas oleh Dita.

"Paman beli Barbie buat aku, ya?" Netra Dita bercahaya.

"Iya," jawab Jaka singkat.

Dita pun berlari untuk meraih benda berpakaian biru tersebut. Dita tak menyangka jika pamannya akan berbaik hati seperti sekarang.

"Wah! Makasih ya, Paman," kata Dita, lalu melompat-lompat.

"Iya. Dita, Bibi kamu sudah pulang?" Jaka mengedarkan pandangan untuk mencari sosok Anggi.

"Belum, Paman. Aku di rumah sendiri sejak tadi,"

Ketakutan Jaka kian bertambah ketika mengetahui bahwa Anggi belum balik juga. Biasanya Anggi selalu hadir duluan ketimbang Jaka. Pria itu sungguh mengkhawatirkan Anggi. Ia was-was jika Anggi sengaja menghindar atau malah lari.

Tidak tahu harus mencari ke mana. Akhirnya Jaka memutuskan untuk menunggu Anggi hingga malam tiba. Jaka kerap berdo'a dan berharap supaya Anggi lekas pulang.

***

"Mama dan Papa pulang dulu ya, Nak," kata Mama Raka yang saat ini berdiri di sisi mobil.

"Hati-hati di jalan, Ma, Pa." Raka mencium punggung tangan dua orang tua tersebut.

"Oh, ya. Anggi semoga kamu pertimbangkan penawaran Tante, ya,"

Anggi mencoba tersenyum ketika Mama Raka berbicara padanya. Dia sudah paham apa yang dimaksud oleh wanita paruh abad itu.

Setelah orang tua Raka pulang, Anggi masuk ke rumah dan langsung mendaratkan bokongnya di sofa. Anggi juga bingung harus melakukan apa saat ini.

"Kamu masih kepikiran suamimu?" Tiba-tiba Raka menyapa.

Perempuan mana yang tak akan sedih melihat suaminya memegang tangan wanita lain? Begitulah yang dirasakan oleh Anggi saat ini. Dia antara yakin tak yakin dengan ucapan Jaka.

"Iya," balas Anggi.

"Kan, udah kubilang. Lebih baik kamu tinggalin dia dan nikah samaku, Anggi. Suami kamu itu lelaki gak bertanggung jawab. Udah miskin, belagu lagi!" Raka tak segan-segan menghina Jaka di depan istrinya sendiri.

"Aku gak tahu, Mas. Tadi aku ngeliat jemari Susi emang bengkak,"

"Emangnya Susi itu siapa sih?" Raka mulai mengorek informasi tentang perempuan yang ia temui siang tadi.

"Susi itu temen kerja suamiku di café. Dia juga tetangga kami. Aku gak tahu kenapa mereka bisa berduaan di halte itu. Kalau kata Mas Jaka sih mereka disuruh bosnya untuk nganterin bingkisan,"

"Aku ngerasain ada sesuatu yang aneh dari si Susi itu,"

"Maksud kamu, Mas?"

"Kayaknya Susi cinta deh sama suami kamu,"

Degh!

Perasaan Anggi semakin kacau balau mendengar penuturan lelaki di sebelahnya.

"Jangan begitu, Mas! Susi kan tahu kalau Mas Jaka itu suamiku,"

"Hal-hal begituan udah mulai hilang di zaman sekarang, Anggi. Kalau hati Susi udah berlabuh untuk Jaka, terus kamu bisa apa?"

Anggi jadi teringat tentang Dita yang kerap membawa-bawa nama Susi. Apakah selama ini mereka memang dekat tanpa sepengetahuannya? Atau, jangan-jangan sewaktu Anggi bekerja, Jaka malah berduaan dengan wanita itu.

"Akh! Aku gak tahulah, Mas. Aku pusing, bahkan buat pulang aja rasanya malas banget," keluh Anggi.

"Ya, sudah. Kalau gitu kamu tidur aja di rumah ini. Gak usah takut sendirian, karena aku bakal temeni kamu juga,"

Raka memberikan penawaran menarik, sehingga Anggi dapat menghindar dari suaminya itu. Tanpa pikir panjang Anggi pun langsung menyetujui perkataan majikannya. Anggi enggan pulang. Biarkan saja Jaka kecarian dirinya.

"Ya, sudah, Mas. Aku numpang tidur di rumah kamu dulu, ya,"

Raka tentu senang mendengar jawaban ini.

Malam harinya, Raka tak sengaja melihat Anggi yang menangis di kamarnya. Kebetulan sekali pintu bilik itu terbuka. Barangkali Anggi lupa mengunci karena pikirannya yang tidak sinkron. Raka pun mengambil peluang atas hal tersebut.

Tanpa izin Raka langsung membungkus tubuh Anggi dan membelai rambutnya. Raka membisikkan kalimat-kalimat yang dapat menenangkan hati Anggi. Awalnya Anggi terkejut. Namun beberapa detik kemudian Anggi merasa sebuah kenyamanan. Anggi juga turut menjatuhkan kepalanya di bahu Raka. Kekecewaannya terhadap Jaka seketika menghapus janji yang pernah mereka ikrarkan dahulu.

Lalu, apa yang akan dilakukan oleh dua orang manusia yang berbeda jenis kalau sudah begitu? Kita semua pun sudah tahu jawabannya.

***

Bersambung