"ikut gue."
"Ke--kemana?"Tanya Nalu.
Tak ada jawaban dari laki laki itu.Justru ia menarik tangan Nalu hingga berhenti di rooftop."Duduk."Laki laki itu pergi setelah menyuruh Nalu duduk.Ntahlah ia akan pergi kemana yang jelas ia pergi keluar dari rooftop.
Nalu merasa lega sekarang,hanya saja ketakutannya sedikit kembali ia takut laki laki ini akan menganggunya.Rambut Nalu tertiup angin.Ia memejamkan matanya sembari menetralkan nafasnya.Mendengar suara bariton Nalu membuka matanya.
"Ini."Laki laki itu menyodorkan minuman didepan wajah Nalu.
Nalu memang haus tetapi, Nalu sedikit ragu untuk menerimanya.Bagaimana jika laki laki ini meracuni minuman yang dia berikan kepada dirinya.Bagaimana juga jika dirinya pingsan karena meminum minuman itu dan laki laki ini akan melakukan hal tidak senonoh kepadanya.Terlebih lagi di rooftop sepi hanya ada dirinya dan laki laki itu.
"Gue ngga racunin lo.Dan inget gue juga ngga bakal ngapa ngapain lo."Ucap laki laki itu sembari menyimpan botol minuman disebelah Nalu.
"Kok dia bisa tau."Batin Nalu.
Tak mau berpikir panjang.Nalu mengambil botol minuman itu."Ma--makasih."
"Hm."Jawabnya.
Suasana sangat hening.Tidak ada yang membuka suara.Nalu ingin berbicara namun ia urungkan.Ia takut jika ia berbicara laki laki itu merasa terganggu.
"Makasih yah udah nolongin aku.Kalau aja ngga ada kamu disana, mungkin aku ngga bakal baik baik aja."Ucap Nalu dengan penuh keberanian.
"Hm."Jawab laki laki itu.
Laki laki itu hanya menjawab hm hm memangnya dia tidak pernah diajarkan berbicara apa.Misalnya menjawab dengan kata kata sama sama.Nalu pikir kata kata itu tidak sulit untuk diucapkan.Tapi, mengapa laki laki itu sepertinya susah.Tak mau berpikir panjang Nalu mengedikkan bahunya.
"Ya ampun! Aku ngga upacara."Nalu berdiri dari duduknya.Tetapi,laki laki itu malah memegang tangannya.
"Bentar lagi beres."Ucapnya.
"Nama lo?"Tanya laki laki itu.
Nalu mengerjapkan matanya."Nanya aku?"Tanya Nalu.
"Bukan,gue nanya tembok."Sembari menujuk tembok."Ya,nanya lo lah."
Nalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, jelas pasti dia berbicara kepada dirinya.Lagian disini kan hanya ada dia dan laki laki itu.Jika bukan kepada dirinya kepada siapa lagi.Nalu benar benar malu.
"Nama aku Naluna."Nalu mengulurkan tangannya.
"Oh,gue Nicholas."Laki laki bernama Nicholas itu tak menerima uluran dari Nalu.
Merasa diacuhkan Nalu cepat cepat menarik uluran tanganya kembali."i-iya."
"Panggil gue Nichol."
"Nichol panggil aku Nalu."
"Kok bisa si Joni gangguin lo?"Tanya Nichol.
"Oh itu,ngga tau dari pertama masuk kesini semua cowok disini banyak yang minta nomor telepon.Bahkan sampai ada yang gangguin aku.Kejadian ini bikin aku ngga betah sekolah disini.Tapi aku ngga bisa apa apa."Ucap Nalu.
Nichol hanya mengangguk nganggukkan kepalanya."Temen lo?"
Tiba tiba Nalu menundukkan kepalanya.Ia merasa sedih sudah seminggu sekolah disini tetapi ia tak mendapatkan satu teman.Bahkan teman sekelasnya pun seperti enggan bermain dengannya.
"Aku ngga punya temen."
Nichol mengerutkan dahinya.Bagaimana bisa perempuan ini tidak memiliki teman.Biasanya perempuan susah memiliki teman jika perempuan itu berpenampilan cupu.Tetapi wanita didepannya ini bahkan bisa dikatakan cantik.Mana mungkin tidak ada yang mau bermain dengannya.
"Kelas berapa?"Tanya Nichol lagi.
"Aku kelas 11 IPS 1."
"Lo sekelas bareng adek gue.Namanya Laurelia atau lo bisa panggil dia Lia.Gue bisa nyuruh adek gue buat temenan sama lo."
"Ha?"Nalu kaget.Berteman dengan Lia?Yang benar saja.
"Iya Lia adek gue.Lo juga bisa temenan sama gue."
Nichol berdiri dari duduknya."Ayo gue anterin lo ke kelas."
"Ngga usah kak makasih."Nalu merasa tidak enak.
"Buruan,kalo ngga gue gendong."
Apa apaan laki laki ini akan menggendongnya yang benar saja ia tidak ingin.Jika benar terjadi ia pastikan hidupnya tidak ada tenang."Ngga perlu."Nalu bangkit dari duduknya.
Mereka keluar dari rooftop dan berjalan menuju kelas Nalu.Banyak pasang mata yang memandang mereka.Tak lupa mereka mengomentari kejadian itu.
"itukan kak Nichol"
"Ngga mungkin"
"Bukanya cewek itu murid baru yah?"
"Kok mereka bisa bareng."
"Bener bener serasi."
"Mentang mentang cantik.Semua cowok di embat."
"Pake susuk kali tuh cewek."
Begitulah kata kata netizen super bener.
Nalu hanya menundukkan kepalanya.Ia merasa apapun yang ia lakukan selalu salah dimata mereka.Padahal ia tak pernah melakukan kesalahan sedikit pun.Ia ingin menangis,jika ia menangis semua akan merasa menang karena membuat seorang Nalu menangis hanya karena ini.
Nalu merasa tangan kanannya ada yang menggenggam.Ia menundukkan kepalanya dan melihat kearah tanganya.Dimana tangan mungilnya itu digenggam oleh tangan besar milik laki laki disampingnya itu.
"Kak."Nalu mencoba melepaskan tangan Nichol dari tanganya.
Bukanya melepaskan Nichol malah semakin mempererat genggaman itu.Ia tak tahu masalah gadis disampingnya ini.Ia mengerti bahwa ia bukan siapa siapa bagi gadis ini.Apalagi untuk bertanya mengapa.Bahkan dia mengenal gadis ini baru kurang lebih 1 jam yang lalu.Tetapi, mengapa ia merasa jika ia harus menjaga gadis ini seperti ia menjaga Lia adiknya sendiri.
Dikejauhan,dari tempat Nalu dan Nichol yang sedang bergandengan tangan, terdapat sekumpulan wanita yang melihat kejadian itu.Salah satu diantara mereka merasa sangat marah.
"Bukanya itu kakak lo?"Tanya temannya yang bernama Mikalia.
"Bahkan dia udah berani deketin kakak gue.Gue pastiin dia ngga bakalan bahagia jika berurusan dengan Laurelia putri Abraham."Ucap Laurelia dengan senyuman smriknya.
"Nyari gara gara sih."Ucap salah satu diantara mereka yang bernama Olivia sembari mengecat kukunya.
Nalu dan Nichol sampai didepan kelas 11 IPS 1.Nichol menghampiri adiknya.
Merasa jika kakaknya akan menghampiri dirinya dengan cepat Lia memainkan perannya menjadi wanita baik."Kak."
"Kakak kesini mau ngomong."
Lia menautkan alisnya."Ngomong apa?"
"Kakak mohon jadiin Nalu temen kalian ya."
Ucap Nichol sembari memegang pundaknya.
"Bahkan dia udah racunin pikiran kakak gue."Batin Lia.
"Oh ngga perlu mohon kaya gitu kali kak.Aku bakalan jadiin dia temen aku kok."
Lia tersenyum memamerkan lesung pipinya.
"Lo ngga sa--."Belum Mika membereskan ucapannya tanganya menjadi sasaran cubitan dari Lia."aww."
"Hehe."Lia tertawa kepada Nichol karena mendengar Mika meringis kesakitan."Yakan Mik,Liv dia boleh main sama kita?"Tanya Lia kepada kedua temannya.
"Boleh."Ucap Olive.
"Kita kenalan dulu,nama gue Laurelia temen temen gue selalu manggil gue dengan sebutan Lia dan sebutan itu berlaku buat lo.Yang lagi ngecat kukunya namanya Olivia lo bisa panggil dia oliv,Dan yang rambutnya merah namanya Mikalia lo bisa panggil di Mika.Semoga betah temenan bareng kita."Lia mengulurkan tangannya.
Nalu menerima uluran tangan teman barunya itu."Naluna, panggil aja Nalu."
Dengan terpaksa Lia memeluk tubuh Nalu.Ia hanya ingin kakaknya tidak curiga bahwa dirinya begitu jahat kepada Nalu.
"Jangan seneng dulu.Gue pengen jadiin lo temen karena kakak gue.Bukan sepenuhnya mau temenan sama lo.Jangan harap gue dan temen temen gue bakalan Nerima Lo disini!"Ucapnya berbisik di telinga Nalu.
Perkataan Lia tak didengar oleh kakaknya.Ia memperlihatkan senyuman palsunya didepan kakak kesesayangnya itu.
"Aku bakalan jadiin dia sahabat aku."
Nichol merasa lega mendengar perkataan adiknya itu."Syukur lah,kalau gitu kakak pergi dulu dek."Nichol mengecup pipi kiri adiknya sebelum pergi.
Nichol benar benar pergi dari hadapan keempat wanita itu.
Lia dan teman temannya berputar balik menatap Nalu."Awas lo!"Tunjuk Lia didepan wajah Nalu.Mereka pergi meninggalkan Nalu.