webnovel

Rashomon Gate

Hari itu…

Malam itu…

Tak ada yang bisa ku lakukan…

Aku hanya bisa terdiam, karena memang aku tidak bisa melakukan apapun selain menatap sedih tubuh yang mulai menghilang itu.

Bahkan hanya sebatas berkata terimakasih pun, suaraku tidak akan pernah terdengar olehnya.

Begitu dekat, namun nyatanya kami jauh bersebrangan.

Ku kira, aku sudah bahagia walaupun ia tidak melihatku, setidaknya aku bisa melihatnya.

Namun, nyatanya tidak...

Aku sangat menyesal...

Semua kusadari, saat aku kehilangan dirinya malam itu.

Perpisahan tanpa kata salam selamat tinggal sedikitpun.

Adakah kesempatan kedua untukku? Untuk bertemu lagi dengannya…

Somei terbangun dari tidurnya setelah bermimpi yang membuat dirinya bersyukur dapat bertemu dengan gadis yang memberikan tubuhnya padanya karena ia memiliki penyesalan yang sama dan seolah takdir membuatnya untuk bertemu satu sama lain.

"Sebagai orang yang memiliki penyesalan yang sama karena tidak bisa berterimakasih pada seseorang, dan sebagai balasan rasa terimakasihku. Aku akan berusaha mencari pria itu untuk berterimakasih padanya sesuai dengan keinginnanmu. Aku menjamin harapanmu akan terkabul!," ucap Somei yang menyemangati dirinya juga untuk mencari reinkarnasi masternya.

***

Somei seperti biasa, ia akan memasak dan membuat bento untuk diirnya sendiri sebelum berangkat ke sekolahnya. Tentu saja ia harus melakukan banyak hal sendiri karena ia tinggal di kuil sendiri, namun bukan tanpa alas an ia tinggal di kuil.

Orang tua Somei telah meninggal lima tahun setelah Somei meninggal karena penyakitnya. Selanjutnya Somei pun di rawat kakek neneknya yang tinggal di kuil, namun setahun yang lalu kakek dan nenek Somei juga meninggal dan ia hamper di adopsi oleh pamannya yang merupakan kakak dari ayahnya, namun Somei menolak dan memilih tinggal di kuil sambil menjaga kuil yang telah dirawat kakek dan neneknya dimana di atas gunung tempat kuil itu berada terdapat kuburan kakek nenek dan orang tua Somei.

Pamannya pun mengizinkannya, namun jika ada sesuatu itu harus segera dibicarakan pada mereka dan tidak boleh menanggung beban sendiri, karena bagaimanapun Somei masihlah seorang siswa SMA yang masih perlu dibimbing oleh orang yang lebih tua darinya.

Sebulan sekali, pamannya akan mengirimi Somei uang saku dan beberapa kebutuhan pokok seperti makanan dan kadang pakaian bekas yang masih dapat dipakai, dan juga pakaian baru tentunya karena bisa dibilang keluarga dari ayahnya Somei merupakan pebisnis yang menjalankan usaha di bidang tekstil.

Setelah selesai dengan urusannya membersihkan halaman kuil dan menyiram tanaman yang ada disana selain pohon sakura tentunya karena pohon sakura itu tidak akan tmbuh sebanyak apapun ia menyiraminya karena pohon itu hanyalah ilusi buatannya. Somei merapihkan pakaiannya dan bentonya lalu berangkat ke sekolahnya yang jaraknya tidak terlalu jauh baginya yang sudah terbiasa berjalan naik turun gunung, ditambah ia adalah seorang roh dimana ia sedikit berbeda dengan manusia kebanyakan pada umumnya.

***

"Ohayo, Meimei-ku!," ucap Makoto yang memanggil nama Somei dengan dobel karena arti lain dari Meimei adalah seorang adik perempuan di bahasa mandarin yang kebetulan Makoto sendiri keturunan Tionghoa. Ia baru saja datang dan seperti biasa ia akan langsung menyapa dan memeluk Somei yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Dimana Makoto sendiri adalah teman Somei sejak mereka kecil, lebih tepatnya saat mereka berada di TK. Karena orang tua Somei dan Orang tua Makoto akrab dimana ayah mereka memang sudah bersahabat sejak SMP.

"Selamat pagi, Makoto-Nee," ucap Somei membalas Makoto dengan memanggilnya dengan sebutan kakak.

"Kalian berdua, selamat pagi!!," ucap Yui dan Tsuki yang juga seperti biasa akan langsung berkumpul ke meja Somei karena Somei kebetulan mendapatkan bangku di paling belakang dan di dekat jendela yang dimana tempat itu sangat cocok untuk mengobrol di pagi hari entah itu gossip atau bercerita hal-hal yang membuat mereka senang dan yang memulai obrolan pastilan Yui yang super duper update informasi karena ia juga merupakan anak dari seroang reporter yang lumayan terkenal karena liputan beritanya yang selalu bagus.

"Hei kalian tau tidak?," ucap Yui yang memulai percakapannya yang sepertinya merupakan gosip.

"Apa ada berita menarik?, ayo cepat ceritakan!," ucap Makoto yang selalu bersemangat jika Yui sudah bertanya seperti itu karena itu bertanda ada berita yang menarik.

"Kalian tau gerbang Rashomon?," tanya Yui.

"Gerbang iblis Rashomon maksudmu?," tanya Tsuki yang memang mengetahui banyak sejarah.

"Yap!, ada gossip baru tentang gerbang itu!," ucap Yui dengan semangat.

"Gosip apa?. Bukankah gerbang itu sudah hancur di abad ke-15, dan kini hanya tersisa sebuah batu peninggalan gerbang itu di taman," ucap Somei dimana kenangannya berputar dimana masternya pergi istiirahat dibawah pohon sakuranya karena Lelah setelah mencoba mencari iblis ibaraki doji yang sepertinya Kembali lagi setelah tidak terima tangannya dipotong oleh Watanabe Tsuna.

"Yap benar. Dan gosipnya bermula disana dimana jika ada anak-anak maupun orang dewasa berada di taman itu menjelang malam mereka akan melihat sebuah gerbang Rashomon yang dipenuhi kabut dan mayat, dan mereka yang melihatnya akan menghiilang sampai paginya ditemukan dengan keadaan lengannya hilang satu lalu…"

Yui menggantungkan ceritanya karena bel masuk kelas tiba-tiba berbunyi dan mau tidak mau mereka harus Kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

"Biar kutebak. Apakah ibaraki doji masih mencari lengannya yang hilang?," tebak Tsuki di chat grub dimana ia sendiri memanglah keturunan dari keluarga watanabe Tsuna.

"Seratus untuk Tsuki!. Ayo berikan tepuk tangan!," balas Yui di chat.

"Hei para wanita penggosip, ayo lanjutkan saat istirahat!, ini saatnya belajar!," balas Makoto yang tegas jika soal pelajaran dari siapapun di kelompok mereka berempat.

"Siap komandan!," jawab Yui dan Tsuki yang hanya mengirimi sticker sebuah jempol, sedangkan Somei hanya memperhatikan mereka dan mulai berfikir.

"Apakah benar?. Ibaraki doji masih hidup… dan mungkinkah dia yang melepas segel Shuten doji?," fikir Somei karena ia tau Shuten doji telah terlepas dari segelnya yang melemah seiring waktu berjalan, namun keberadaan raja iblis itu Somei tidak mengetahuinya dan juga tidak terlalu berani menghadapinya kecuali jika ada reinkarnasi masternya, ia akan ikut membantunya dengan memberinya kekuatan karena Somei memiliki energi qi positif yang melimpah.

Somei berfikir begitu serius sehingga ia tidak menyadari sesuatu yang gelap akan segera menyerangnya.

PRANGG!.

"KYAAA!."

Seluruh kaca jednela di kelas Somei pecah, dan Somei yang duduk dekat dengan jendela pun terkena serpihan kaca walau tidak terlalu parah karena dengan cepat dan secara bersamaan ia merasakan ada asebua angin yang mengelilinginya untuk melindunginya dari pecahan-pecahan kaca yang menyebar. Sebuah angin yang terasa lembut dan penuh dengan aroma musim semi yang sangat Somei rindukan aromanya karena setelah sakura menghilang, bahkania sendiri telah lupa bagaimana aroma musim semi yang hangat.

"Mei, kau tidak apa-apa?!," tanya Makoto yang lanhsung menghampiri Somei ditengah kepanikan siswa-siswa yang berhamburan keluar kelas, namun tidak dengan Makoto yang tetap mementingkan Somei yang sudah seperti adiknya.

"Aku tidak apa-apa. Ayo keluar," ajak Somei dan mereka pun keluar dengan Makoto yang mengantar Somei ke ruang UKS dimana beberapa anak yang juga terkena pecahan kaca langsung dibawa kesana dan seketika suasana sekolah menjadi ramai karena bukan hanya kaca jendela di kelas Somei, namun juga seluruh kelas mengalami hal yang sama.