webnovel

TENTANG IBU

Kalian mungkin bertanya-tanya, dimanakah ibuku, mengapa aku hanya tinggal dengan ayah ku saja. Sama, aku pun juga begitu. Dulu waktu usia ku 5 tahun, aku pernah bertanya pada ayah tentang ibu. Tetapi ayah melarangku bertanya tentang ibu, ayah bilang belum saat nya aku tau.

Aku merasa iri, melihat teman-temanku bisa bersama dengan kedua orang tua mereka. Tuhan, salahkah jika aku ingin tau dimana ibuku? mengapa ayah tidak mau memberitahu dimana ibu? seperti ada yang disembunyikan ayah dariku.

Pagi ini, aku pergi ke taman. Aku pikir disana aku bisa menenangkan diriku dulu dari masalah kemarin, sambil melepas rasa bosan ku selama di rumah. Ku kira disana sepi, ternyata ramai sekali. Karena ada seorang remaja seusia ku yang merayakan ulang tahun ibu nya. Seketika aku termenung, tidak terasa air mata ku menetes melihat apa yang dilakukan remaja itu pada ibu nya. Dia terlihat sangat menyayangi ibu nya. Tiba-tiba aku teringat ibu. Aku tidak tau dimana ibuku, siapa ibuku, bagaimana wajah ibuku. Bahkan samapi sekarang, ayah tidak pernah memberitahu ku tentang ibu.

Aku segera menghapus air mata ku dan bergegas pulang ke rumah. Aku harus tanya pada ayah tentang ibu. Aku harus tau yang sebenarnya dan aku berhak tau. Sesampainya di rumah, aku langsung pergi ke kamar ayah.

"Ayahh...ayah" (sambil mengetuk pintu kamar ayah)

"Ada apa Ze?"

"Emm, apa ayah sedang sibuk?"

"Enggak Ze, emang kenapa?"

"Ada yang mau Zea tanyakan ke ayah"

"Yaudah kita bicara di ruang tamu saja" (sambil menutup pintu kamarnya)

Aku dan ayah pun ke ruang tamu.

"Jadi, apa yang mau kamu tanyakan ke ayah Ze? sepertinya penting sekali"

"Iya yah, ini penting, penting sekali. Ini tentang ibu"

"Ze, dulu ayah kan pernah bi- "

"Yah, tolong dengarkan Zea dulu, jangan potong pembicaraan Zea, sampai Zea selesai ngomong"

"Aku tau, ayah tadi pasti mau ngomong kan kalau kita jangan membahas tentang ibu lagi. Kenapa yah, kenapa? kenapa aku tidak boleh tau tentang ibu. Aku berhak tau tentang ibu dan dimana ibuku sekarang. Mungkin dulu ayah bisa berbohong padaku, karena aku masih kecil, tapi sekarang aku sudah besar yah, sudah saatnya aku tau tentang ibu"

"Cukup Ze!! ayah kan sudah bilang, jangan pernah bahas masalah ini lagi!!"

"Kenapa yah? salahnya dimana, aku hanya ingin tau dimana ibuku, apakah salah? aku rindu sosok ibu yah, aku juga ingin kasih sayang seorang ibu, aku iri melihat teman-temanku bersama dengan ibu mereka. Aku juga ingin seperti itu yah. Kenapa ayah tidak bisa memahami aku sekali saja. Apa yang membuat ayah enggan menceritakan ibu padaku? aku mohon yah, beritahu aku... (sambil menangis)

"Baiklah Ze, ayah akan menceritakan yang sebenarnya padamu, tapi jangan memotong pembicaraan ayah sampai ayah selesai bicara, dan ayah minta kuatkan dirimu ya" (sambil menghela napas)

"Sebenarnya, ibu mu sudah meninggal Ze, ibu mu meninggal 5 menit setelah melahirkanmu. Sebelum ibu melahirkan, dokter bilang bahwa kami harus memilih antara menyelamatkan mu atau ibu mu. Karena jika menyelamatkan keduanya akan sangat berbahaya. Tanpa pikir panjang, ibu mu mengambil keputusan untuk menyelamatkan mu saja. Sebenarnya ayah tidak setuju, tetapi ibu mu memaksa ayah menandatangani surat persetujuan untuk menyelamatkan mu. Setelah itu, kamu pun lahir Ze, tapi setelah itu kondisi ibu mu langsung kritis. Ibu mu masih sempat sadar. Dan sebelum meninggal, ibu mu berpesan pada ayah agar tidak menceritakan hal ini padamu sebelum kamu dewasa. Ibu mu juga meminta agar ayah menyembunyikan semua ini darimu" (sambil menangis)

Mendengar semua itu, hatiku hancur dan tidak karuan, air mata ku jatuh berderai tak beraturan.

"Ibuuu... (sambil memeluk ayah dan menangis sesenggukan)

"Ayah pasti bohong kan, ini tidak benar kan yah, ibuuu... ibu dimana buu..."

"Inilah yang sebenarnya Ze, ayah tidak bohong padamu. Tenangkan dirimu nak"

"Sudah, sudah Ze" (sambil menghapus air mata ku)

"Sekarang, kamu ikut ayah, kita pergi ke makam ibu, ayah akan tunjukkan makam ibu padamu"

"Iya yah" jawabku dengan penuh semangat

Kami pun berangkat. Aku meminta ayah berhenti sebentar, lalu aku membeli bunga tabur dan wewangian untuk makam ibu. Sesampainya disana, ayah langsung memberitahu dimana makam ibu.

Setelah tau, aku langsung membersihkan makam ibu, mencabuti rumput yang tumbuh di sekitar makam ibu. Setelah itu aku menaburkan bunga dan memberi wewangian ke makam ibu.

"Assalamualaikum bu, ini Zea bu, Zea anak ibu. Maafkan Zea bu, Zea baru datang ke makam ibu sekarang. Kenapa ibu menyembunyikan tentang kejadian itu pada Zea bu? jika saja ibu tidak melarang ayah menceritakan hal itu padaku, maka aku bisa datang ke makam ibu dan mendoakan ibu dari dulu. Kenapa ibu juga lebih memilih untuk menyelamatkan ku bu? kalau saja ibu tidak menyelamatkan ku, ibu tidak akan disini. Biar saja aku yang pergi buu" ( menangis sambil memegang batu nisan makam ibu)

"Sudah nak, sudah. Tidak baik bicara seperti itu. Doakan saja ibu mu supaya dia tenang disana.

"Iya yah. Bu, semoga ibu tenang disana ya bu, dan semoga ibu bisa melihat aku disini, walaupun aku sudah tidak bisa melihat ibu lagi. Aku pamit pulang dulu ya bu, aku janji aku akan sering-sering kesini"

Ayah juga mendoakan ibu. Setelah itu ayah mengajakku pulang. Setelah sampai di rumah, ayah menyuruhku duduk dan menunggu di ruang tamu, ayah bilang dia akan mengambil sesuatu di kamar.

"Oiya Ze, ada satu lagi yang harus ayah tunjukkan padamu. Ini adalah foto ibu mu Ze"

"Ini Ibu yah?" (sambil senyum-senyum memandangi foto ibu)

"Iya Ze, ini ibu mu"

"Ibu cantik ya yah"

"Iya cantik sekali, makanya anak nya juga ikutan cantik, soalnya cantik nya nular" kata ayah sambil tertawa kecil

"Ayah bisa aja. Yah, apa boleh aku simpan foto ini?"

"Tentu saja boleh"

"Terima kasih, yah"

Setelah itu aku pergi ke kamarku dan segera menyimpan foto ibu.

Ibu,

Walaupun sekarang aku tidak bisa melihatmu

Setidaknya aku sudah tau

Siapa ibuku

Aku merindukan mu,

Ibu