webnovel

Saat Kita Muda

Follow Instagram @sere_nity_lee untuk info novel terbaru Serenity Lee Ara dan Ghifar tanpa sengaja bertemu karena seekor hamster bernama Onix. Keduanya kemudian berteman selama satu bulan. Namun, sayangnya Ara harus pergi meninggalkan Ghifar karena perceraian kedua orang tua angkatnya. Akankah Ghifar dan Ara bertemu kembali? Dan apa yang akan terjadi saat mereka ditakdirkan berjumpa kembali setelah beranjak remaja? Masihkah mereka mengenali satu sama lainnya? MAMPIR JUGA KE CERITAKU YANG LAIN YA KAK: 1. Mendadak Menikah 2. ALISHA (PRETENDING) 3. Zarina the Abandoned CEO 4. Terpotek Cinta CEO Botak tapi Ganteng 5. Annethaxia Luo Putri Negeri Salju 6. Elegi Cinta Asha 7. Angela the Alpha's Mate TERIMA KASIH

Serenity_Lee · Teen
Not enough ratings
13 Chs

Sebuah Rumah Kumuh

Mereka tiba di depan sebuah rumah sederhana dengan pagar kayu yang tampak sudah berumur. Berwarna cokelat kehitaman dan di beberapa bagian terdapat lumut. Rumput liar terlihat meninggi di sana sini pekarangan rumah yang tidak luas. Cat dinding yang berwarna putih pun terlihat menguning, seperti bekas air rembesan dari hujan. Beberapa bagian cat putih gading itu terlihat mengelupas. Rumah ini bisa dikatakan sangat terlihat kumuh. Dan tidak layak huni. Atapnya yang terbuat dari genting tanah liat merah, terlihat retak dan pecah.

"Ini beneran rumah kamu?" tanya sang pemuda, membuka helmnya demi memastikan pandangan matanya tidak menipunya.

"Iya." Perempuan itu turun dari motor balap sang pemuda.

"Apa aman kamu pulang? Maksudku, apakah ayah angkatmu tidak akan berbuat macam-macam padamu?" Pemuda ini benar-benar mengkhawatirkan perempuan yang baru saja ia selamatkan dari para preman. Dan ingin memastikan dirinya benar-benar aman dan selamat dari amukan sang ayah angkat.

Jangan sampai lepas dari mulut harimau, masuk ke dalam mulut buaya. Begitulah kira-kira peribahasa yang pernah ia dengar.

"Apakah Kakak sekarang menjadi perhatian kepadaku?" goda perempuan itu, setelah terdiam beberapa saat. Seketika wajah pemuda tampan itu memerah. Sialan! Umpatnya dalam hati. Berani-beraninya perempuan yang tadi terlihat lemah, berucap demikian.

"Bukan begitu! Jika kau pulang dan ternyata ayah angkatmu membunuhmu, seperti kau bilang di ceritamu. Percuma saja aku menyelamtkanmu dari para preman itu." Pemuda itu berujar dengan ketus, demi menutupi hal yang sesungguhnya.

Perempuan itu tertawa kecil. "Kakak tenang saja, di rumah ini aman. Ini adalah tempat persembunyianku."

"Aku ini gadis yang pintar. Tidak mungkin kembali ke rumah orang tua angkatku. Si tua itu pasti sedang mengasah goloknya."

Kata-kata terakhir perempuan lemah di hadapannya ini membuatnya ngeri. Apakah benar begitu, pikirnya?

"Ya, sudah. Kakak pulang saja. Terima kasih sudah menyelamatkanku." Perempuan itu tersenyum riang, lagi-lagi lesung pipit yang tercetak di kedua pipinya membuat sang pemuda terdiam sesaat.

Perempuan itu hendak berbalik badan, namun dihentikan oleh ucapan pemuda itu, "Hei, tunggu dulu! Kau berjanji akan membayarku berapa pun, jika aku menyelamatkanmu."

"Tolong. Selamatkan aku. Akan aku bayar berapa pun, nanti," lanjutnya, meniru ucapan perempuan tadi saat hendak berlari menghindari kejaran para preman.

Perempuan itu terlihat memejamkan matanya seraya menghela napas. Kemudian berujar, "Kakak, saat ini aku tidak punya uang sepeser pun. Ingat, kan, aku baru saja kabur dari hari pernikahanku."

"Aku bilang, kan, akan membayar Kakak nanti. Jadi aku akan membayarnya nanti." Perempuan itu tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi.

"Bagaimana aku bisa yakin, kau tidak berbohong dan kabur dari hutang?"

"Baiklah, baiklah, aku akan membayar kompensasi awalnya. Anggap saja itu DP." Perempuan itu berjalan menghampiri sang pemuda. Hingga jarak di antara mereka tinggal sejengkal.

"Apa yang akan kau lakukan? Kau akan membayarnya dengan apa?" Pemuda itu menjadi waspada. Perempuan ini ternyata tidak selemah yang ia duga.

"Dengan ini." Perempuan lemah, tanpa terduga, berjinjit dan mendaratkan sebuah kecupan di bibir sang pemuda. Dengan cepat berlari menjauh, sebelum sang pemuda sadar dari rasa terkejutnya.

Sepersekian detik kemudian, pemuda itu mendapati perempuan lemah itu telah menghilang dari hadapannya. Wajahnya merah padam. Kurang ajar! Berani-beraninya perempuan itu menyentuh bibirnya.

Serta merta, pemuda itu turun dari motor balapnya, dengan gusar. Melempar helmnya di atas kaca spion, dan berjalan tergesa mencari perempuan tadi ke dalam rumahnya.

Pemuda itu mengelilingi rumah yang terlihat tidak layak huni, namun nihil. Mencoba masuk dengan paksa ke dalam rumah. Menggedor berulang kali pada pintu rapuh yang pelapisnya telah mengelupas sebagian. Namun, tidak juga ada jawaban.

Tidak kurang akal, pemuda itu memanfaatkan jendela rumah untuk mengintip ke dalam. Jendela berwarna hitam legam yang penuh debu. Samar-samar ia bisa melihat isi di dalam rumah itu. Kosong! Benar-benar kosong!

Perempuan itu, ternyata telah berhasil membohonginya dan membuatnya terlihat bodoh. Benar-benar perempuan murahan! Entah sudah berapa banyak pria yang telah menikmati bibirnya itu.

Bahkan, pemuda itu lupa menanyakan nama perempuan itu, karena terlalu fokus dengan cerita perempuan itu yang terdengar menyedihkan dan tidak beruntung.

Tapi, cobalah lihat sekarang, dirinyalah yang tidak beruntung, karena begitu mudah mempercayai perempuan itu.

Aaaargh! Pemuda itu makin gusar, dan menyeka bibirnya dengan kasar. Kemudian kembali ke motornya. Mengenakan helm dengan benar dan melesat meninggalkan rumah kumuh itu.

Sepanjang perjalanan, pemuda itu terus saja merutuk dan memaki si perempuan lemah yang ternyata murahan. Rasa kesal di hatinya bercokol begitu dalam dan lama. Hingga tidak pernah ia lupakan peristiwa pada hari itu.

Pemuda itu berjanji, akan membuat perhitungan ketika bertemu kembali dengan perempuan itu.

Dari atas pohon, di rumah kumuh itu, seorang perempuan yang mengenakan jeans dan baju kaos putih, serta tas selempang terlihat perlahan menurunkan kakinya. Memijak dengan hati-hati pada dahan yang kokoh, agar selamat tiba di bawah sana.

Perempuan tiba selamat menjejak tanah di bawahnya. Membersihkan tangan dan pakaiannya dari dedaunan yang sempat menempel saat ia turun tadi. Tersenyum riang, dan berjalan menjauhi rumah kumuh itu. Misinya pada hari ini berhasil. Terima kasih kepada pemuda baik hati dan naif itu, yang bersedia menyelematkan dirinya dari kejaran para preman.

Langkah perempuan itu begitu ringan, menyusuri jalanan yang sudah familier di dalam ingatannya. Sesekali menyapa orang-orang yang kebetulan berpapasan dengannya di jalan. Mengucapkan selamat siang atau sekedar menyebut namanya.

"Selamat siang, Zahra."

"Apa kabar, Zahra?"

"Selamat datang, Nona Muda," sapa seorang pria berseragam, yang berjaga di depan pintu gerbang sebuah rumah, yang berdiri dengan megahnya.

Perempuan yang di sapa dengan nama Zahra itu, membalas dengan ramah. Kemudian menghilang dari balik pagar rumah yang tinggi itu.

Di dalam rumah, ia masih disambut oleh beberapa pelayan lainnya. Sebagian tampak cemas dan sebagian lagi tampak lega. Nona muda keluarga tempat mereka bekerja telah kembali. Meski mereka semua dibuat terkejut dengan pakaian yang dikenakan sang nona muda. Terlihat lusuh, dan celananya compang-camping. Seperti gelandangan. Jika dilihat sekilas, orang-orang tidak akan menyangka bahwa nona mudanya ini adalah dari kalangan orang berada.

Perempuan bernama Zahra McKenzie itu berjalan semakin dalam menuju kamarnya di lantai dua. Melewati anak-anak tangga yang lebar dan melingkar hingga ke atas.

"Zahra McKenzie!" Suara lantang dan tegas terdengar dari lantai satu. Membuat Zahra McKencie terdiam mematung, barulah kemudian berani membalikkan badannya. Senyum canggung ia perlihatkan.

Di bawahnya, seorang wanita paruh baya, namun masih terlihat anggun mengenakan mini dress berwarna putih, tampak menatapnya tajam.

"Dari mana saja kamu? Tidak datang ke acara perpisahan sekolahmu. Handphonemu tidak aktif. Berani bikin ulah lagi, kamu?!" cecar wanita yang rambutnya ditata dengan rapi ke belakang, serupa cempol, menuntut jawaban.

"Maafkan Ziezie, Ma. Ziezie ada urusan mendadak." Kedua tangannya saling bertautan, menutupi rasa gugupnya.

Wanita paruh baya itu kemudian menaiki anak tangga hingga akhirnya berdiri sejajar dengan Zahra McKenzie. Menarik anak perempuan itu ke dalam pelukannya.

"Jangan ulangi lagi perbuatanmu. Pengawal ayahmu bisa saja dipecat karena kehilangan jejakmu. Kamu tidak ingin begitu bukan?" Suara wanita itu terdengar merendah seiring rasa cemas di hatinya atas putrinya itu.

*****

.

.

HALLO!!

Baca juga ceritaku yang lain ya:

Elegi Cinta Asha cerita Romance, kisah cinta Asha gadis tomboy dan Angga sang primadona sekolah. Kisah cinta yang manis, bikin baper dan mengandung bawang. (available Gift dan PS) RATE 21+

Alisha (Pretending) cerita Action-Romance, cinta segitiga agen intel antara Alisha, Adrian, dan Hilman. Dibumbui kisah misteri masa lalu Alisha. (available Gift dan PS). RATE 21+

Mendadak Menikah cerita Romance, kisah Alvin seorang pewaris tunggal real estate merangkap photographer juga dosen, bersama Audia mahasiswa tempat Alvin mengajar. Diselimuti kabut masa lalu. (available Gift dan PS). RATE 21+

Terpotek Cinta CEO Botak Tapi Ganteng cerita Romance, kisah Wilma gadis biasa saja dan William seorang CEO, kisah percintaan yang penuh intrik. (available Gift dan PS). RATE 21+

Annethaxia Luo Putri Negeri Salju, Fantasy-Romance. Kisah cinta dua dunia yang berbeda. Bukan cerita sejenis Snow White dengan apel beracunnya, atau Cinderella dengan sepatu kacanya, atau kisah Beauty and The Beast. Beda pokoknya. Hehe hehe. (available PS). RATE 21+

Jangan lupa, dukung cerita-cerita ini juga dengan POWER STONEnya ya. Satu power stone akan mendapatkan Fast Pass voucher untuk membuka bab terkunci gratis.

Aktifkan privilage untuk dapatkan bab lebih dahulu. Masih membutuhkan koin untuk membuka bab terkunci ya. Fast Pass hanya bisa digunakan untuk bab yang sudah keluar reguler. Ada diskon untuk pembelian privilege di atas 10 bab.

Cara mendapatkan Fast Pass:

1. Mengeluarkan POWER STONE untuk cerita ini (lambang batu permata biru).

2. Mengeluarkan ENERGY STONE untuk cerita terjemahan (lambang petir)

3. Membuka bonus iklan di aplikasi Webnovel. Level 1-4, all work. Di atas itu tergantung genre.

4. Menukar akumulasi poin waktu membaca (1000-2000 poin untuk 1 Fast Pass).

*

Cara Menaikan Level (Bisa mengeluarkan hingga 3PS dan 2 ES) dari web:

1. Undang teman instal aplikasi webnovel +5EXP.

2. Komentar di bab novel ini, +5EXP.

3. Membalas komentar di bab novel ini, +5EXP.

4. Memberi Gift pada 2 novel (Silahkan pilih 2 dari 3 novel Serenity Lee) +5EXP.

5. Review bintang 5 di novel ini, +5EXP.

6. Menonton iklan dari aplikasi Webnovel, +5EXP.