webnovel

Saat Kita Muda

Follow Instagram @sere_nity_lee untuk info novel terbaru Serenity Lee Ara dan Ghifar tanpa sengaja bertemu karena seekor hamster bernama Onix. Keduanya kemudian berteman selama satu bulan. Namun, sayangnya Ara harus pergi meninggalkan Ghifar karena perceraian kedua orang tua angkatnya. Akankah Ghifar dan Ara bertemu kembali? Dan apa yang akan terjadi saat mereka ditakdirkan berjumpa kembali setelah beranjak remaja? Masihkah mereka mengenali satu sama lainnya? MAMPIR JUGA KE CERITAKU YANG LAIN YA KAK: 1. Mendadak Menikah 2. ALISHA (PRETENDING) 3. Zarina the Abandoned CEO 4. Terpotek Cinta CEO Botak tapi Ganteng 5. Annethaxia Luo Putri Negeri Salju 6. Elegi Cinta Asha 7. Angela the Alpha's Mate TERIMA KASIH

Serenity_Lee · Teen
Not enough ratings
13 Chs

Rumah Masa Kecil Ara 2

"Cuciin sekalian, dong, Sayang." Susan Aprilia mengingatkan Alghifari Fauzi untuk bertanggung jawab dengan peralatan makannya sendiri yang kotor.

Sambil terkekeh, Alghifari Fauzi mengambil spon cuci piring, menuang sabun cair di atasnya, meremasnya, kemudian mulai membersihkan peralatan bekas makannya. Membilasnya hingga bersih, lalu menaruhnya di rak piring.

"Mama, tolong buatin kue kesukaan Ara, ya, Ma." Alghifari Fauzi membujuk dengan wajah memelas.

"Kamu ini. Ya, udah nanti mama buatin. Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Kamu yang nyuci peralatan bekas bakingnya, yah."

"Siap!" Alghifari Fauzi menempelkan tangannya di atas pelipisnya, sikap hormat bendera. Membuat ibunya tertawa.

Sisa siang itu, Susan Aprilia lantas menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kue. Seperti telur, gula halus, butter, terigu, cokelat bubuk, dan susu bubuk. Susan Aprilia akan membuat bolu butter marble cake jadul.

Alghifari Fauzi membantu mengoleskan mentega di loyang, menaburinya dengan terigu. Memanaskan oven. Kemudian menemani sang mama saat mengocok butter dan gula hingga tercampur rata. Membantunya memasukkan satu per satu kuning telur, kemudian terigu dan susu bubuk.

Di wadah terpisah, Susan Aprilia mengocok putih telur sampai kaku seperti busa. Kemudian mencampur busa putih telur dengan adonan kuning secara bertahap, diaduk balik dengan spatula.

Susan Aprilia membagi dua adonan, dan Alghifari Fauzi membantunya mengaduk adonan yang telah diberi cokelat bubuk hingga tercampur rata. Sementara ibunya menuang adonan satunya ke dalam loyang. Setelah itu, adonan cokelat dituang di atas adonan putih, Susan Aprilia mengaduk bagian atas adonan dengan gerakan memutar dan zig zag, untuk membuat motif marmer cake. Adonan dipanggang hingga matang. Sementara menunggu, Alghifari Fauzi mencuci bekas peralatan baking, sesuai janjinya.

Dapur di rumah Alghifari Fauzi di siang hari jelang sore itu mendadak dipenuhi aroma marmer cake yang menggoda. Alghifari Fauzi tidak sabar menanti pukul empat sore untuk berkunjung ke rumah Ara. Membuat Susan Aprilia menaruh curiga, bahwa putranya menyukai Ara lebih dari sekadar teman masa kecil.

"Kalau iya, gak apa-apa, kan, Ma? Siapa tahu jodoh." Alghifari Fauzi terkekeh saat menjawab 'tuduhan' mamanya.

Ya, mungkin saja, ia menyukai Ara lebih dari sekadar teman masa kecilnya. Entah seperti apa sekarang penampilan gadis kecil imut itu sekarang. Apa telah menjadi gadis manis yang tidak hanya imut, tapi juga cantik?

Alghifari Fauzi menghitung-hitung usia Ara sekarang. Jika perhitungannya benar, seharusnya Ara sudah kelas satu SMU sekarang. Ah, seandainya Ara bersekolah di sekolahnya, Alghifari Fauzi pasti akan menjemput Ara di rumahnya, berangkat bersama dengan motornya.

Alghifari Fauzi mengira-ngira para siswi baru di sekolahnya, apakah ada yang bernama Ara, dan wajahnya mirip Ara. Tapi, sepertinya tidak ada. Membuatnya berpikir, apa mungkin, nama Ara diganti dengan nama yang lain, oleh keluarga angkatnya yang baru.

Arrgh! Rasanya tidak sabar untuk segera bertemu kembali dengan Aranya. Dan memastikan di mana Ara bersekolah. Di mana pun itu, Alghifari Fauzi akan menjemputnya di rumahnya, dan mengantarkannya ke sekolah, meski Ara bersekolah di sekolah yang berbeda dengannya.

Pukul tiga, tiga puluh menit. Alghifari Fauzi membersihkan dirinya. Memilih pakaian terbaiknya untuk ia kenakan nanti, menyemprotkan sedikit minyak wangi di badannya. Menata rambutnya dengan pomade.

Alghifari Fauzi mematut diri di depan cermin. Penampilannya sore ini begitu terlihat keren. Kemeja lengan pendek berwarna toska, dengan celana panjang khaki.

Susan Aprilia terperangah melihat penampilan putranya sore itu. Penampilannya seperti pemuda yang tengah jatuh cinta dan hendak mengajak pasangannya untuk berkecan, dan menyatakan cintanya. Padahal, akhir pekan masih lima hari lagi.

"Ini." Susan Aprilia telah menyiapkan kue yang akan dibawa oleh Alghifari Fauzi. Sebuah kotak persegi berwarna merah tua. "Kau ke sana pakai motor?"

"Iya, Ma." Alghifari Fauzi mengintip sedikit ke dalam kotak kue.

"Gak sekalian kamu bawain buket bunga mawar merah, Ghi? Cocok, lho, sama warna kotaknya." Susan Aprilia menggoda putranya.

Alghifari Fauzi terkekeh, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Seketika wajahnya berubah merah padam. "Ah, Mama!"

Mereka berdua pun tertawa lepas.

Susan Aprilia melepas putranya sore itu sambil berpesan untuk segera pulang, sebelum ayahnya pulang kerja. Menitip salam untuk Ara.

Alghifari Fauzi, menaruh kotak berisi kue di belakang motornya. Kemudian meluncur ke rumah Ara dengan perasaan berdebar-debar.

Membayangkan pertemuannya kembali dengan Ara, setelah sekian tahun berpisah.

Sepertinya, tebakan ibunya ada benarnya. Alghifari Fauzi, tengah jatuh cinta. Ya! Jatuh cinta pada Ara. Gadis kecil imut bermata hijau bak zambrud, dengan lesung pipit di kedua pipinya, kala ia tersenyum atau tertawa. Sungguh manis. Mungkin, saat ini, jika gadis itu tersenyum akan tampak cantik. Yang mana pun itu. Alghifari Fauzi suka!

Ara bersiap-siaplah! Mungkin setelah hari ini, Alghifari Fauzi akan menyatakan perasaan di hatinya. Dan menjadikannya pacarnya.

Tiba-tiba saja ia teringat perempuan lain, perempuan yang sepulang sekolah ia minta untuk menjadi pacarnya. Seketika hatinya menjadi runyam. Bagaimana ini?

Jika ia berpacaran dengan perempuan itu untuk membalas dendam. Lalu, bagaimana dengan Ara? Tidak mungkin, bukan ia memacari dua perempuan sekaligus. Alghifari Fauzi bukan laki-laki yang suka mempermainkan perasaan perempuan. Lihat saja, dirinya yang sudah kelas tiga, bahkan hingga detik ini belum pernah berpacaran. Dekat dengan seorang gadis pun tidak.

Ah, sudahlah! Alghifari Fauzi tidak mau ambil pusing. Tho, Zahra McKenzie juga sudah menolaknya mentah-mentah, bukan? Untuk balas perbuatannya, biarlah ia pikirkan cara lain saja. Yang penting sekarang bertemu dengan Ara. Itu yang utama. Ara pasti akan sangat senang dengan kue buatan ibunya, seperti biasa. Apalagi, hari ini, Alghifari Fauzi turun tangan membantu membuatkan kue ini.

Di depan rumah Ara.

Alghifari Fauzi mematikan mesin motornya, memarkirkan motor di pinggir jalan depan rumah Ara. Kemudian membuka ikatan pada jok penumpang agar kuenya aman hingga tiba di rumah Ara.

Alghifari Fauzi berjalan menyusuri paving block yang berakhir di depan teras rumah Ara. Senyum terkembang di wajahnya. Jangan tanya bagaimana kondisi jantungnya saat ini. Masih berdebar kencang seperti tadi siang, saat akan mengetuk pintu rumah Ara.

Berdiri di depan pintu, Alghifari Fauzi menarik napas dan menghembuskannya kembali, sebelum mengetuk pintu rumah itu, tiga kali. Dan menunggu.

Sekitar lima menit Alghifari Fauzi menanti. Masih belum ada yang menjawab dari balik pintu.

Ke mana penghuni rumah? Apakah mereka pergi? Apakah gadis yang ditemuinya sepulang sekolah, lupa memberitahukan kepada Ara, jika Ghifar, datang berkunjung. Dan akan kembali sore hari, pukul empat? Seketika, Alghifari Fauzi merasa sedikit kecewa.

Kemudian, tetangga sebelah rumah Ara, yang sedari tadi mengamati dari jauh, menyahutinya dari jauh.

"Mencari penghuni rumah ini?" tanya pria paruh baya, yang dahulu memberitahukan kepadanya, bahwa Ara dan keluarganya telah pindah.

"Iya. Apa Ara kembali ke sini?" tanya balik Alghifari Fauzi.

"Kami belum bertemu, sih, mereka baru saja pindah hari ini."

Alghifari Fauzi lantas kembali ke rumahnya, dengan membawa kembali kue buatan ibunya. Yang ia bantu dengan sepenuh hati.

===

Siapa tahu ada yang penasaran sama resepnya.

RESEP BOLU BUTTER CAKE MARMER JADUL, Tanpa PENGEMBANG, Super Lembut. Pakai 8 telur.

Bahan

8 kuning telur

6 putih telur

200 gr caster sugar (saya : gula halus)

190 gr terigu serba guna (saya : terigu segitiga biru)

25 gr susu bubuk (saya : susu bubuk full cream)

300 gr mentega/butter (saya : butter 150gr, margarin 150 gr)

Ambil 1 1/2 sdm coklat bubuk, untuk motif

*

Cara membuat

Siapkan semua bahan.

1. Mixer mentega dan gula halus dengan high speed sampai mengembang dan creamy. Turunkan speed ke medium, masukkan kuning telur satu per satu. Turunkan ke low speed, masukkan terigu dan susu bubuk yang sudah diayak.

2. Di wadah terpisah, mixer putih telur sampai kaku seperti busa. Campur busa putih telur dengan adonan kuning secara bertahap, aduk balik dengan spatula.

3. Pisahkan sedikit adonan untuk motif marmer, sekitar 1 mangkok penuh, tambahkan cokelat bubuk, aduk rata.

4.Tuang bergantian ke dalam loyang tulban ukuran 24 yang sudah dioles mentega (Saya pakai margarin) dan ditabur terigu. Buat motif dengan sumpit atau garpu.

5. Panggang 150-160 C selama 45-50 menit, sesuaikan oven masing-masing, saya pakai otang, pakai api sedang ke arah kecil selama 50-60 menit, lubang atasnya ditutup.

6. Angkat dari oven dan keluarkan dari loyang, tunggu dingin lalu potong-potong (jadi 24 potong).

Selamat mencoba.