"Dasar Setan sialan, tidak henti-hentinya meneror aku." Reza bersembunyi di balik pohon. Nafasnya ngos-ngosan. Pandangannya terpedar, mencari sosok yang menyeramkan itu. ketika pulang dari basecamp, dia di hadang oleh hantu mulut sobek yang tidak lain adalah Pak Rangga. Reza, berbalik arah dan lari sekencang-kencangnya.
"Enggak, bukan aku yang membunuhnya. Seharusnya aku tidak perlu takut." Kemudian dia tersadar berada di bawah sebuah pohon beringin yang konon ada banyak hantunya disana. Entah kenapa dia baru tersadar jika berada disana.
Dia pun bergegas mencari tempat yang lebih aman. Ketika akan beranjak, tiba-tiba dari jarak sepuluh meter hantu mulut sobek itu muncul sembari tangannya menjulur kedepan, dia melayang semakin dekat sehingga membuat Reza terpojok. Dia menyenderkan tubuh di pohon dan berangsur turun sampai terduduk sambil menutup wajahnya.
Dia tidak ingin mati sekarang setelah dia mendapatkan segalanya, harta yang melimpah dan sebentar lagi dia akan menikah dengan Dina sang pujaan hati. Kehidupan yang indah yang selalu menjadi impiannya sebentar lagi terwujud. Dalam ketakutan yang teramat sangat. Dia mengguman, "Kalian penghuni Pohon ini, entah wujud kalian seperti apa, tolong aku usir hantu ini dariku, aku berjanji akan menuruti keinginan kalian."
Cukup lama dia terpejam, dia menegakan kepala. Hantu mulut sobek itu sudah hilang. Reza bernafas lega. Dia pun berdiri dan beranjak untuk pulang. Kalimatnya barusan memang sangat ampuh, walaupun Reza tidak berniat mengucapkannya, dia terpaksa karena keadaan. Buktinya sosok kera raksaksa dengan mata menyala, dan tarik panjang mengikuti dirinya sampai ke rumah.
***
Di pelaminan telah bersanding dua sejoli, saumpama Raja dan Permaisuri. Terlihat semua yang hadir disitu ikut merasakan kebahagiaan mereka. Meski tidak banyak orang yang hadir dan mereka dituntut jaga jarak. Mereka sudah menjadi pasangan yang sah, yang memiliki harapan ingin menjalankan mahligai rumah tangga yang bahagia.
Reza sangat menunggu momen seperti ini. Tidak masalah jika pernikannya tidak mewah dan tidak bisa mengundang banyak orang. Yang terpenting Dina adalah miliknya sekarang . Dia ingat begitu beratnya dia berjuang untuk merebut hati pujaan hatinya Dina. Dia berhasil mendapatkan uang banyak dalam waktu sekejap dengan cara yang yang tidak dibenarkan. Merebut seseorang yang sedang melakukan hubungan jarak jauh dengan orang lain, itulah yang dia lakukan , dan sekarang Dina jatuh kepelukannya. Cara yang sangat licik dan keji, namun dia tidak perduli, selama dia menginginkan sesuatu, selama itu pula dia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.
Dina juga bahagia bersama Reza, orang yang selalu ada didekatnya ketika dibutuhkan, hal yang tidak bisa kuberikan padanya. Memang hubungan jarak jauh hanya untuk orang-orang yang kuat. aku yang bekerja di belahan bumi yang berbeda dengan Dina, antara Timur tengah dan indonesia. Dina yang tidak kuat akhirnya goyah dan memilih Reza. Tapi dengan sangat licik dia tetap menghubungiku hanya karena meminta uang saja.
Tiba-tiba, seseorang berpakaian safety lengkap, pakaian yang biasa digunakan oleh dokter atau suster ketika menangani pasien corona, datang ke acara itu. iya orang itu adalah aku. semua orang menatapku aneh. Reza dan Dina sontak berdiri. Reza melipat tangan didepan sembari menampilkan senyum miring . Aku tahu Sebenarnya ide untuk memakai pakaian safety hanya akal-akalannya dia saja untuk mempermalukanku.
"Mau kemana Mas? Ke bulan ya?" celetuk pria yang sedang duduk di kursi, penampilanku memang seperti astonout serba tertutup.
"Aneh banget sih, kondangan kok pake baju kayak gitu."
"Aku saja yang lihat malu."
Aku tidak menggubris omongan mereka. kemudian aku beringsut naik ke panggung tempat pelaminan mereka. berjalan diantara barisan kursi tamu yang hanya segelintir orang itu. Sekilas aku melihat dekornya bisa dibilang cukup elegan, meski tidak terlalu mewah. Namun, cukup membuat hari istimewa itu semakin mempesona. Apalagi, melihat mempelai wanita yang tampak anggun menggunakan gaun putih menawan. Persis seperti bayanganku dulu yang aku idam-idamkan ketika menikah dengan Dina, Tapi yang aku lihat sekarang adalah Dina justru menikah dengan orang lain.
"Selamat ya buat kalian, semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, warrohmah." Ujarku ketika berada di dekat mereka. Reza menaikan sebelah alisnya, dia tersenyum puas melihat diriku yang kalah oleh keadaan.
Aku tercenung sesaat, menariku ke memori masa lalu, mungkin sekitar lima tahun yang lalu ketika dulu aku pulang dari Timur Tengah selepas kontrak pertama. Aku yang sudah pernah ke Timur tengah tentu merasa bangga. Kapan lagi ada anak kampung yang bisa ke Timur tengah. Jalan-jalan gaji banyak.
Aku selalu memamerkan foto-fotoku ke sosial media, membuat orang terkesan adalah egoku dulu. Sampai akhirnya pulang kampung, aku merasa memiliki derajat yang lebih tinggi. Teman sepermainan melihat dengan jelas perubahan atas sikapku yang sombong itu. orang kampung juga sinis menghujatku.
Saumpama kacang lupa kulitnya, aku tidak mau bergaul dengan mereka yang statusnya dibawahku. Aku hanya mau dekat dengan orang-orang yang statusnya sama atau lebih tinggi dariku, salah satunya adalah keluarga Pak Rangga. Hal itulah alasan kenapa warga desa sangat membenciku.
Sampai kejadian sore hari itu di cafe Pak Rangga,
Aku duduk berhadapan dengan Dina, Pacarku tatkala ada seorang pelayan yang menghampiriku.
"Selamat malam, mau pesan apa?" ujar pelayan yang wajahnya sangat tidak asing, Dialah Reza.
"Oh, jadi kamu kerja jadi pelayan disini." Sahutku dengan nada yang mengejek, Reza terlihat geram dengan ucapanku barusan.
"Terus apa masalahnya?" katanya dengan nada yang meninggi.
"Santai bro, jangan nyolot gitu dong. Pembeli adalah raja, jadi harusnya kamu melayani dengan sepenuh hati."
"Eh, Rafa, mentang-mentang kamu sudah bekerja di kapal pesiar ya jadi kau seenaknya merendahkan orang lain. Ingat kita dulu pernah sekolah bareng, main bareng, tapi kenapa kamu seperti kacang lupa kulitanya hah?"
"jangan samakan dulu dengan sekarang. Sekarang aku sudah sukses. Derajatku lebih tinggi daripada kamu yang hanya sebagai pelayan ."
PLAKKK
Sebuah tamparan keras hampir membuatku tersungkur. Dina yang terkejut segera menghampiriku. Semua orang di Cafe menoleh. Pak Rangga, Sang Pemilik Cafe berjalan tergopoh-gopoh mendekati kita.
"Heh, apa yang barusan kamu lakukan?" tanyanya setelah melihatku yang kesakitan memegangi pipi.
"Enggak tahu Pak, Tiba-tiba saja dia menamparku, kok bisa-bisanya bapak mempekerjaan orang seperti dia." Tuturku menyulut emosi Pak Rangga. Terlihat Reza mendenguskan nafas, menahan amarah.
"Kamu itu gimana sih? kalau melayani tamu itu harus dengan sikap yang baik, Tamu adalah Raja. Mereka ini yang menggajimu." Sergahnya sembari menunjuk-nunjuk kewajah Reza. Wajah Reza memerah. Rasa amarah karena dihina olehku belum sirna, ditambah lagi dengan makian bosnya, Pak Rangga. Semakin membuat amarahnya terbakar.
"Udah kerjanya males-malesan, ngelayani tamu enggak becus!" imbuhnya lagi.
"Bukannya Bapak sendiri yang dulu mengajak aku untuk kerja disini?"
"Saya ngasih kerjaan buat kamu, karena kasihan saja lihat kamu menganggur lama, bukannya bersyukur malah kamu seenaknya kayak gini. Saya menyesal mempekerjaanmu disini."
"Usir saja Pak, ngapain buang-buang uang untuk mempekerjaan orang seperti dia?" selorohku membuat situasi semakin panas.
"Kamu dengar itu kan. Sekarang kamu pergi dari cafe saya dan jangan pernah kembali!" bentaknya dengan mengacungkan telunjuk ke arah pintu keluar. Reza berdecak kesal, sepintas dia memenatapku lama lalu melihat Dina sekilas. Seolah Ada bara yang menyala di pupil matanya. Betapapun, hati pasti terluka parah mendengar hinaan demi hinaan saat itu. Dipermalukan di depan banyak orang sebenarnya tidak masalah baginya, karena dia sudah sering dipermalukan dengan statusnya yang menganggur. Tapi kalau dia dihina didepan orang yang sangat dia kagumi, Dina. Pasti rasanya sangat sakit. Reza berlalu dari cafe itu, yang tidak aku sadari telah menyimpan Dendam yang sudah menggunung.
Tak kusangka, sekarang keadaan berbalik, aku seoalah mendapatkan karma atas perbuatanku dulu.
"Sekarang lihat dirimu. kamu lusuh, kumal, dan tidak mempunyai apa-apa. Untung Dina lebih memilih bersamaku daripada kamu." Ejek Reza yang sembari menggenggam erat tangan Dina, menatapnya mesra. Di pelaminan ini, Aku hanya menahan rasa saat melihat mereka. Diam-diam, aku menyesali semua perbuatanku di masa lalu. Seandainya aku tidak bersikap sombong, tentu warga desa akan bersikap baik denganku. Seandainya aku tidak menghina Reza, tentu dia tidak akan tega merebut Dina dariku. Tapi semuanya terlambat. Karma itu menghantamku sekarang. Aku yang berantakan ini dipermalukan di depan tamu undangan pernikahan, dan lebih parahnya lagi di depan Dina, mantan tunanganku sendiri.
"Sudah ngasih selamatnya? Pergi sana? Lain kali kalau datang ke pernikahan orang itu bawa Kado kek, lah ini tidak bawa apa-apa.. ooppsss lupa sudah kehabisan duit ya?." ejek Dina dengan menutup mulutnya sambil tertawa. Reza hanya tersenyum miring, melecehkan.
Tiba-tiba, Tama datang bersama beberapa polisi, "Tangkap dia Pak, dia adalah ketua dari gang perampokan yang sedang Bapak cari, sekaligus yang sudah mencuri barang-barang milik kakak saya!"
Polisi segera meringkus Reza. Reza tampak kelabakan. Dia pun mau melarikan diri. Tapi tanganku sudah menjegalnya.
"Mau lari kemana kamu."
"Bukan saya pelakunya Pak, ini fitnah!"
"Jangan banyak Alasan, kedua temanmu itu sudah memberi tahu semuanya. Kalian adalah pencuri yang cukup meresahkan di daerah sini."
Semua orang terperangah, tidak menyangka jika Reza adalah perampok yang selama ini diburu polisi. Meski yang sering jadi korbannya adalah desa lain. tapi tetap saja rasa was-was menghantui warga desa itu
"Enggak saya enggak mau ikut. Ini hari pernikahan , saya seharusnya bahagia. Bukannya di penjara." Katanya dengan terus meronta-ronta. Dia tidak rela jika harus mendekam di penjara tepat di hari pernikahannya.
"Bapak pasti salah tangkap. ini semua salah faham." Dina membela suaminya itu, dia tampak menepis tangan polisi yang mau meringkus suaminya itu, Tentu dia tidak mau membiarkan mereka menangkap Reza begitu saja.
"Kami sudah menggerebek basecamp saudara Reza. Dan kami sudah menemukan banyak barang bukti disana. Jangan halangi kami untuk menangkap penjahat atau anda dikenai sanksi pidana." Mendengar penuturan polisi, Dina hanya terdiam. matanya berkaca-kaca, lalu bulir bening jatuh begitu saja
Aku termangu, baru beberapa menit yang lalu karma itu sudah bekerja untukku, membuatku menyesali masa lalu. Sekarang Karma juga tidak akan membiarkan Reza lolos dari dosa-dosanya.