webnovel

BAB 1

Jumat sore telah datang. Setiap orang memadati jalan di sepanjang area pertokoan Buckinghamshire untuk bergegas sepulang kerja, musim panas ini menyebabkan gelombang turis berbondong-bondong datang dan memadati sebagian besar kota di Buckinghamshire. Berjubel-jubel orang datang dengan di dalam kafe dan restoran untuk mengisi daya setelah seharian berwisata. Restoran La Cuisine de Mamam adalah salah satu yang terlaris. Restoran bergaya Italia kelas menengah dengan tempat luas dan nyaman menjadi pilihan terbaik untuk makan atau sekedar memesan minuman, dan disanalah gadis cantik bermata abu-abu bekerja keras di penghujung Jumat ini.

"Kami datang untuk pelayanan terbaik, apa saja yang ingin anda pesan tuan?"

"Berikan aku satu porsi beef bourguignon dengan pasta dan wine."

"Baik tuan, adakah lagi?"

"Apakah kau berpikir jika aku adalah sapi, nona?"

"Excuse me.."

"Aku tidak memakan lebih banyak dari apa yang bisa aku kunyah!"

"Baiklah tuan, pesanan anda akan segera siap. Aku memohon maaf untuk kesalahanku."

Mengirim catatan ke ambang dapur, Ruby menahan kesal karena tingkah konyol pelanggan tua yang merupakan pelayanan terakhirnya sore hari ini. Apa yang salah denganya? Menyamakan dirinya dengan sapi? Seharusnya dia melemparkan rumput segar dari belakang rumahnya!

Sambil menunggu pesanan siap dihidangkan, Ruby duduk di bawah meja pemesanan, memijat tumitnya yang nyeri karena seharian dia berlarian kesana kemari melayani pembeli, kaki nya agak bengkak karena sepatunya yang mulai mengkerut menekan cukup kuat. Dia membuat catatan di pikiranya jika gaji pada minggu ini harus ia sisihkan untuk membeli sepatu yang lebih pantas.

"Apakah kau sudah selesai, Ruby?"

"Belum, Martin. Masih ada satu pesanan yang harus aku selesaikan. Apakah kau ingin pulang lebih dulu?"

"Aku baik-baik saja menunggu sebentar lagi, lagipula apa kau akan berjalan dengan kaki bengkak seperti itu?" Martinus tersenyum dan duduk di sebelah Ruby, memberinya minyak gosok yang selalu dia siapkan karena dia tahu sahabatnya sering mengalami masalah serupa.

"Terimakasih, aku harus membeli sepatu baru pekan ini. Ini sangat menyebalkan, menunggu beberapa bulan hanya untuk membeli sepatu. Aku harap memiliki suami yang kaya!"

"Hanya untuk membeli sepatu?"

"Aku rasa akan meminta satu ruangan besar hanya untuk koleksi sepatu ku!"

"Impian yang indah, girl. Sekarang pergilah pesanan sudah siap!"

Ruby bergegas mengambil nampan berisi pesanan lelaki tua pemarah, dan segera menyerahkan nya dengan senyuman semanis mungkin.

"Selamat menikmati makanan anda, tuan."

"Berapa tip yang biasa kau dapatkan?"

Ruby terkejut dan menjawab, "Saya terkadang mendapat satu atau dua dollar, tuan. Itu bukanlah kewajiban anda, jika sudah bisakah saya pergi?"

"Anak muda yang bersemangat, ambilah tip ini dari ku, dan berusahalah tidak menjejali orang terlalu banyak makanan!" Pria tua itu terkekeh dan memberikan uang kertas sebanyak 15 dolar yang disodorkan di meja untuk Ruby.

"Tuan, ini terlalu banyak, saya rasa ini berlebihan."

"Oh, kau tidak mau?"

Ruby mencela dirinya sendiri, "Ya! Saya mau! Terimakasih banyak Tuan, saya akan mengingat ini seumur hidup saya, anda sangat baik hati!"

"Ya, sekarang pergilah kau gadis cerewet."

Ruby tersenyum sangat lebar dan hampir berlari ketika berbalik menuju ruang ganti untuk mengganti seragam kerja nya. Bergegas ia mengambil tas nya dan berlari melalui pintu belakang dan menghampiri Martinus yang telah menyiapkan sepeda untuk mereka naiki.

"Kau tau Martin, pria tua menyebalkan telah memberiku tip sebanyak 15 dollar! Oh, ini adalah hari keberuntunganku!" Ruby berteriak dan naik di bagian belakang sepeda, sementara Martinus mulai mengayuh menuju arah pulang.

"Aku rasa kau sudah menemukan calon suami yang kaya?"

"Oh, diamlah!" Ruby tertawa kencang dan bercerita banyak hal kepada Martinus di sepanjang jalan menuju tempat tinggalnya.

Perjalanan dari pusat kota Buckinghamshire ke desa Addington dengan bersepeda memakan waktu 15 menit. Martinus dan Ruby adalah tetangga dengan jarak rumah hanya 2 blok, dan mereka telah bersahabat sejak kecil. Martinus berumur dua tahun lebih tua, yaitu 22 tahun. Posturnya tinggi walau agak kurus, dengan rambut pirang kotor yang tidak pernah rapi. Martinus tinggal dengan neneknya, karena dia sudah tidak memiliki orang tua. Ruby hanya tahu jika kedua orang tua Martinus meninggal karena kecelakaan dan mereka tidak pernah membahasnya sama sekali. Kedekatan mereka hampir dikatakan seperti kakak dan adik, ini sangat menguntungkan Ruby, karena segala hal yang tidak bisa ia lakukan sendiri, ada Martinus yang selalu siap membantu.

Ruby adalah gadis dengan rambut pirang lurus dan bermata abu-abu cerah. Dia tinggal dengan satu-satu nya keluarga yang ia miliki, yaitu ibu nya. Mereka tinggal berdua di rumah petak yang kecil namun sangat nyaman. Tetap saja, dia memiliki banyak kesusahan dalam hidup karena hidup berjuang dengan ibu nya yang seorang penjual kue dan berbagai pai di desa. Ruby memutuskan tidak meneruskan kuliah, ia memilih bekerja dan dengan rekomendasi Martinus, mereka bisa bekerja bersama.

"Terimakasih, Martin!" Ucap Ruby saat turun dari sepeda.

"Anytime, tuan putri. Apakah besok kau akan ke kota?"

"Aku akan memikirkannya, aku rasa sepenuhnya ya! Apakah kau memiliki kesibukan?"

"Besok aku akan mengantar nenek pergi ke rumah bibi Medley. Aku tidak akan berada dirumah. Kau butuh sesuatu?"

"Aku tidak, aku rasa akan baik-baik saja. Baiklah, oh, dan berikan aku salam kepada Bibi Medley, aku sangat merindukan nya."

"Apapun yang kau katakan. Sampai jumpa!" Martinus mengayuh sepedanya dan Ruby mengawasinya menjauh hingga tak nampak lagi di tikungan. Bergegas dia menuju rumah dan melihat ibu nya sedang membuat teh.

"Hallo sweetheart, berikan ibu pelukan, apakah harimu menyenangkan?"

Ruby memeluk kecil ibunya, "Luar biasa, bu. Seorang kaya raya tua memberikan tip terbesar selama aku bekerja!" Dia duduk di kursi dan meminum teh dengan serampangan. Tenggorokan nya terasa sangat lega saat teh hangat melewati dengan sangat nyaman.

"Hari yang luar biasa sepertinya bukan? Bisakah malam ini kau mengantarkan kue kepada Mrs. Callot? Dia telah memesan untuk jamuan makan malam keluarga nya."

"Baiklah bu, tapi mengapa dia selalu membuat pesta makan malam keluarga? Itu nampak sangat aneh."

"Dia memiliki banyak keluarga besar dan berapa kali dalam seminggu ia menyelenggarakan pesta tentu bukan urusanmu." Jawab sang ibu sembrono.

"Besok adalah hari libur ku, dan aku ingin ke pusat kota untuk membeli sepatu, sepatuku sudah sangat payah, oh dan lihat kaki ku bu."

Ibu nya melihat ke bawah dan memang kaki putih Ruby cukup bengkak dengan beberapa goresan kecil.

"Pergilah, Ruby. Maafkan ibu karena ibu tidak mengetahui jika kau kesakitan selama ini."

Atmosfer berubah seketika, menyadari itu Ruby berdiri dan memeluk ibu nya dari belakang.

"Jangan terlalu sendu, bu. Mungkin kita bisa ke kota bersama?"

"Tawaran yang sangat manis, nak. Sekarang bersihkan dirimu dan turunlah untuk makan malam."