webnovel

ruang tak bertuan

Mencintai dalam diam, mungkin menyakitkan. Anggara Gera Arishandi Danurdidja, penerus tunggal DANURDIDJA GROUP. Sebuah perusahaan developer properti di Surabaya, memendam cinta sejak SMA pada anak dari rival keluarganya, WASKITO GROUP. Seorang gadis lugu dan pendiam, bahkan teramat diam karna terlalu sulit untuk didekati. Apalagi kedua kakak laki laki nya adalah orang yang begitu posesif dan perfecsionis...akan terlalu sulit untuk mendekatinya, apalagi menggapainya. Akankah Gera bisa menaklukkan hati sang pujaan dan mendapat restu dari kedua belah pihak???

Nasyama_Istarianti · Fantasy
Not enough ratings
30 Chs

duo dewangga

Juanda airport, 11.25 pm. Kondisi sekitar terlihat legang, mungkin karna sudah terlalu larut jadi penumpang sudah banyak menyusut. Aku dan Mas Pandu berjalan menuju pintu keluar, sementara Dhani dan para bodyguard masih setia mengekor di belakang.

Dari arah berlawanan datang sederet prajurit berseragam doreng tepat berhenti disamping kami.

"Lapor! Kami ditugaskan untuk menjemput Pak Banyu dan mengantar ke rumah besar! " Memberi hormat dan berdiri tegap ala militer.

_dasar keluarga militer!!! batinku.

Sementara orang yang dimaksud hanya berjalan lenggang tanpa memperdulikan penghormatan mereka.

"Saya undur diri pak!! Satu minggu lagi kita lanjut flight! " Banyu menghampiri kami sambil menundukkan kepala berpamitan.

" Be carefull!!! Gak perlu formal.. sekarang sudah bukan jam kerja kan!!!" Mereka saling berjabat tangan dan memamerkan senyum yang menawan. Membuat para pramugari yang berjalan di sekitar mereka terpana. Ada yang senyum senyum, ada yang berbisik-bisik, ada yang terang-terangan menatap tak berkedip.

_I was bored!! batinku jenuh melihat pemandangan ini. Aku berjalan meninggalkan mereka, kulirik Banyu mengangkat androidnya entah menghubungi siapa. Dia bergegas berjalan mendahuluiku,tak berapa lama sebuah audi r8 merah menghampirinya.

" Jangan membantah perintah jendral!!! " suara parau itu terdengar tegas, tepat saat tangan Banyu membuka pintu mobil. Pria yang berwajah sama mendekat dan menutup pintu mobil kembali. Mengangkat tangan memberi hormat dan berdiri tegap.

" Lapor, saya ditugaskan jendral untuk membawa anda ke rumah besar! Laporan selesai! " Menurunkan tangan dan berdiri di posisi siap.

"Aku tak butuh sambutan formal seperti ini! " Terlihat wajah Banyu kesal menahan emosi. Sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana berjalan mendekati kembarannya.

"Mau diejek sama orang di depan kita?? " Keduanya menoleh kearahku, tanpa sadar akupun menatap mereka berdua. Wajah datar aku pasang melihat interaksi mereka.

"heh... baby!!! " ejekku sambil berlenggang meninggalkan mereka.

Laki-laki berseragam doreng itu mengeratkan gigi, menatap tajam kearahku. "Kau!!!! " mengepalkan tangannya menahan emosi.

Seperti itulah jika kami bertemu. Hanya ada emosi yang selalu tersulut. Terutama Tombak, pria berseragam doreng duplikat Banyu. Dendam yang selalu membuatnya emosi saat melihatku. Padahal kami sudah enam tahun tidak pernah bertatap muka. Dan kejadian itu juga sudah lama berlalu. Bahkan aku sudah melupakannya, karna memang tak penting bagiku.

Mclaren 570s grey menghampiriku, kutinggalkan duo dewangga memasuki mobilku. Masih dengan tatapan membunuh, kulihat Tombak menatapku tajam. Dhani yang sedari tadi diam di sampingku mengekor. Sementara Mas Pandu memilih ikut di mobil ajudan romo. Mencoba meredam amarah romo jika aku tidak ikut ajudannya pulang.

Jalanan surabaya lumayan legang... membuatku nyaman nyetir sendiri.

"Like as yesterday... "gumam Dhani

"Apanya?? " ku kerutkan kening tak mengerti yang dimaksud.

" Kalian tidak berubah!!! padahal sudah enam tahun!! "

Aku hanya menatap datar jalanan, tanpa sedikitpun menoleh padanya.

"Bukan aku, tapi mereka..!!!! "

Ku buka kaca mobil... membiarkan angin membelai rambutku.. Ku banting stir ke kanan memasuki jalan tol. Ku injak gas dan mobilpun melaju cepat.

"Hey, kamu mau kemana??? Jangan berulah Ger!!!" Wajah Dhani sudah pucat pasi. Satu kali kecolongan, sama sekali tidak menyangka jika aku akan berulah. Aku hanya tersenyum simpul, melajukan mclarenku dan menambah kecepatan. Terasa segar... kubiarkan angin menerpa keras rambutku.

"Jangan ajak aku sport jantung Ger!! "

"Why?? re' you affraid?? "

"Aku tidak ingin disalahkan Mb Nawang hanya karna leat kamu jadi pindang nanti!!" (pindang:ikang laut yang dibumbui garam dan diasapi agar tahan lama).

"Hahaha... aku tuh cakep!!! Masak disamain dengan pindang!!! G level lah!!! " Tawaku pecah saat Dhani menyebutku pindang.

Separuh tol ku lewati, kukurangi kecepatan. Dari kejauhan terlihat rest area dan kuarahkan mclarenku kesana. Ku hentikan mobilku di depan restoran soto lamongan.

"Tau aja kalo laper??? " Dhani bergegas melepas sabuk pengaman dan membuka pintu.

Merasa tidak ada pergerakan, dia menoleh dan kembali duduk.

"Kenapa lagi?? " Menatapku dalam mencari sumber masalah. Seperti inilah dia saat aku dalam dilema.

"hufh... " ku buang nafasku kasar. Mengisyaratkan ada beban yang sangat menumpuk di dada.

" Kenapa masih seperti ini? " pikiranku menerawang jauh membebaskannya berkenala mencari jawab.

"Bukan aku yang menabraknya!!! Aku hanya membantu dia ke rumah sakit!! Tapi kenapa malah aku yang disalahkan??? " Kuusap wajahku kasar mencoba membuang semua kemelut.

"Karna mereka tidak melihat!! Mereka hanya tau saat kecelakaan itu terjadi, mobilmu yang ada disana!! "

"Kamu tau sendiri aku membawa dia dengan mobil Mas Pandu!! Saat itupun aku terluka, bahkan membutuhkan donor darah!! " Aku berteriak membuang amarahku. Dhani menatapku menggelengkan kepala.

"Kalo kamu balik Indo hanya untuk nyiksa diri mending selamanya kamu di Jerman!?" "Tidak akan ada yang berubah jika kamu tidak meluruskannya!! "

"I see... " kupejamkan mata sejenak, mencoba mengembalikan kewarasanku.

"Aku mau makan soto, kalo kamu mau makan angin disini ya monggo!!! " Dhani meninggalkanku menuju restoran soto.

**************

Di tempat lain, dua orang dengan wajah yang sama sedang melajukan audi r8 sama ke arah tol. Sama-sama terdiam, menatap lurus ke depan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Gimana bisa??? " Banyu menoleh ke arah adiknya. Ya dibilang adik karna Tombak lahir selisih sepuluh menit dari Banyu.

"Bisa apanya? " jawabnya singkat

"Kenal Danurdidja!! "

" Mas Pandu seniorku!!! dan dia satu-satunya orang yang mau berteman denganku saat pendidikan!! Kamu tau kan, saat itu aku hanya gembel!! "

" Kenapa mau? " Tombak memang orang yang irit bicara. Sifatnya angkuh, dingin dan bicara seperlunya. Apalagi didikan militer yang didapatnya membentuk pribadinya lebih kaku. Berbeda dengan Banyu, pembawaannya tenang dan datar, terkesan dewasa.

" He is like as me!!!" Tombak mengerutkan kening tidak mengerti.

" Dia jadi kapten dengan usaha sendiri. Masih mending papa hanya menutup dana pendidikanku, dia dihukum dengan dilarang pulang selama ini. Dan setelah sepuluh tahun dia baru disuruh balik ke rumah!!! Apa ga lebih sadis??? " Tombak menyimak dengan seksama ceritaku.

"Lalu Gera??? " aku menolehnya, terlihat keingintahuan yang dalam dimatanya.

"Kami bertemu di Singapure, dia sengaja transit di Changi agar bisa bertemu Mas Pandu, dan ternyata Mas Pandu juga mau balik Indo. Awalnya Mas Pandu mau handel sendiri flight itu, tapi badannya dehidrasi dan butuh istirahat!!!! Alhasil aku yang menggantikannya jadi pilot!!" Ku lihat rest area di depan, kuputar stir ke kanan dan kulajukan audiku memasuki rest area.

"Kita makan soto dulu!!! Aku kangen soto Lamongan!! "

"Oke!! "

Ku arahkan audiku menuju restoran soto lamongan. Kucari tempat parkir yang paling aman dan nyaman,mengingat kami diluar pengamanan. Aku dan Tombak turun, tapi saat kami mau menutup pintu, mataku berhenti menatap orang yang ada di depanku. Kami saling menatap dalam, mencari arti tatapan masing-masing.