News :
Hari ini berita menggeparkan terjadi di penjara Lucey, penjara yang terkenal karena tingkat keamanan dan bilik-biliknya yang diisi oleh para penjahat kelas kakap dunia serta para buronan internasional ini secara mengejutkan mengumumkan bahwa salah satu pidananya yakni; Eugene Strong. Terdakwa pelaku pembunuhan terhadap mendiang Ratu ditemukan tewas di selnya, pelaku ditemukan pagi tadi oleh seorang sipir yang akan mengantar makanan dan diperkirakan meninggal karena racun. Karena ada makanan yang bukan milik penjara berada di dalam selnya.
Masyarakat sudah berspekulasi sejak berita ini keluar, beberapa menyebut ia melakukan bunuh diri dan beberapa menyebut ia sengaja dibunuh untuk menghilangkan jejak pelaku lainnya.
Raja sendiri baru datang beberapa jam yang lalu dan tengah berada dalam penjara untuk memastikan, masyarakat menurut opini kebanyakan merasa agak kecewa karena kematian Eugene Strong. Menurut mereka hukuman yang didapat oleh pelaku masih sedikit, dibanding aksi kejahatannya yang masih menciptakan dendam di benak masyarakat.
Menurut info sendiri kini banyak masyarakat yang turun berdemo ke pusat kota bertujuan meminta Raja Richard untuk mengulas habis masalah dan menangkap pelaku lain yang mungkin berada di balik Eugene Strong. Sekarang, kita sudah tersambung dengan reporter kami Alicia yang akan melaporkan langsung dari lokasi demonstrasi ...
"Kisahnya jadi makin meyedihkan," Redd menolehkan pandangan dari televisi, ia tersenyum lembut kala wanita dengan surai kecoklatan itu menghampirinya dengan semangkuk kiwi dan anggur segar yang ditumpahi setoples selai stroberi, itu permintaan Redd, yang menurut dokter merupakan gejala ngidam. "Saya jadi sebal sekali saat harus menonton acara televisi."
"Yah. Acaranya memang jadi jelek sekali, semuanya jadi menyedihkan."
Tangan Redd yang satu terulur untuk menerima mangkuk dan menaruhnya di pangkuannya. Sementara tangan lain membelai perutnya yang mulai tampak. Yah, Redd masih takjub saat menginggat bahwa bayinya bertahan hidup dalam komanya selama nyaris tiga bulan. Bayi itu sehat, dan baik-baik saja. Itu membuat Redd tersenyum, karena ia menyadari betapa bayinya begitu hebat.
"Oh, Yang Mulia!"
"Ya?" Redd menoleh heran pada Keylie-wanita dengan surai coklat-karena memekik memanggilnya saat ia menyadari wanita itu menghadap layar televisi dan sama sekali tidak memanggilnya.
Richard..
Redd tergugu lagi, selalu begitu. Saat ia menatap wajah pemimpin Chevailer itu ada di televisi atau berita manapun, sebuah perasaan yang mendesak datang menyiksa. Rasanya dadamu dijatuhi oleh beban berat yang tertanam dan kemudian diambil paksa, ulu hatinya nyeri. Betapa ia begitu membenci perasaan ini.
Redd tercekat saat merasakan tenggorokannya tersumbat dan ada rasa panas yang merambat ke matanya, ia menangis lagi. Lagi, sekali lagi. Ia rindu, tentu saja. Desakan itu selalu begitu kuat menerjangnya, kadang Redd terbangun di tengah malam dengan perasaan paling frustasi yang pernah ia alami. Karena ia menyadari, tidak ada sosok yang berbaring di sisinya dan memeluknya. Konyol, tentu saja.
Richard bahkan tidak tahu ia ada, dalam hidup pria itu Redd sudah mati. Terpendam dalam tanah, pria itu tidak akan tahu bahwa Redd masih bernafas untuknya dan mati rasa karena merindukannya.
"Yang Mulia?" Kali ini Redd menoleh dan menemukan Kylie menatapnya khawatir, wanita itu pasti melihat air matanya yang sudah banjir. "Anda baik?"
Redd tersenyum, "Ya. Hanya sedikit rindu saja."
Kylie menunduk maklum sementara Redd mengalihkan pandang ke televisi dan menatap sosok Richard yang sekarang tengah melakukan konferensi pers dadakan.
Pria itu tampak pucat dan cekung, ada kantung mata di bawah netranya dan bakal jenggot di dagunya dipangkas tidak rapi. Ia kurus, dan wajahnya digelanyuti oleh aura yang kelam.
"Dia tidak pernah bisa bercukur dengan baik dan bersih," Redd berucap. "Dia akan lupa makan jika terlalu sedih, karena dia akan mengalihkan kesedihannya pada bekerja. Dia tidak akan tidur jika tertekan, karena dia akan terus mimpi buruk." Redd menarik nafas terisak. "Pemimpin kalian yang bodoh itu sebenarnya tidak bisa melakukan apapum sendirian." Redd menunduk, dengan air mata yang terus mengalir. "Dia tidak bisa, tapi kini dia harus sendirian."
"Yang Mulia," Kylie berucap sedih. Ia meraih bahu Redd dan menepuknya pelan.
"Aku ingin berdiri di sana, selalu. Agar pria bodoh itu ingat, bahwa ia juga manusia."
Kylie melingkari pundaknya menenangkan saat pada akhirnya Redd terisak lagi, sering kali memang begitu. Wanita itu akan selalu ada di sampingnya saat Redd begitu terpuruk, kadang hal itu membuatnya ingat pada Fleur yang mana kemudian malah akan membuatnya lebih sedih lagi. "Ini memang tidak adil, tapi bertahanlah. Saya bersumpah, anda akan kembali ke tempat di mana seharusnya anda berada."
...
Suara denting piano terdengar dalam keheningan tengah malam Istana Arcene, dalam ruangan yang nyaris gelap tanpa sinar keperakan piano kaca itu Richard duduk diam, jemarinya dengan tenang berjalan di atas tust. Menciptakan nada pilu yang hanya akan dimengerti oleh hatinya sendiri. Walau nyatanya tidak ada seorang pun yang tidak tersayat mendengarnya.
Ayolah, bahkan pengangkut sampah yang datang di pagi hari juga tahu. Bahwa kedukaan Rajanya masih bertahan hingga sekarang. Tidak ada satu orang pun yang bisa memperbaiki kehilangan itu, bahkan walau mereka membawa kotak kebahagiaan ke hadapan Raja mereka. Itu mungkin tidak akan merubah apapun.
Richard tetap terpekur di atas piano saat ia mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki yang mendekat. Langkah kaki ringan itu kemudian berhenti di belakangnya, hening dan menunggu.
"Ada apa?" tanya Richard tenang.
"Saya dengar," ia memulai. "Anda meminta Justin untuk mulai menyelidiki lagi asal usul mendiang Ratu?"
"Ya," jawab Richard tenang. "Ada masalah?"
"Hanya saya pikir, tidak kah itu percuma?"
"Hanya karena dia sudah meninggal? Begitu menurutmu?" hening sesaat. "Charles?"
Masih diam.
"Charles aku bertannya padamu," Richard menoleh sedikit. "Hanya perasaanku atau kau memang mencegahku untuk melakukan sesuatu untuk Redd?"
"Saya tidak."
"Kau iya," Richard diam. "Aku melakukannya karena aku gagal untuk melindungi Ratu, aku hanya ingin mewujudkan hal yang dia harapkan. Karena aku gagal melakukan apapun untuknya."
"Itu tidak akan berakhir baik."
"Begitu?" Richard terkekeh. "Kau tahu sesuatu iya kan? Charles? Kau menyembunyikan sesuatu dariku."
"Kadang ada hal yang lebih baik tidak kita ketahui Yang Mulia."
"Itulah masalahnya, aku lebih suka mengetahuinya daripada menjadi orang bodoh dan gagal melindungi apapun karena ketidak tahuanku."
"Saya mengerti, saya hanya khawatir akan ada lebih dari sekedar satu kebencian jika anda mencari tahu."
"Charles," Richard mendesah geli. Pria itu lalu bangkit dan menutup pianonya pelan, "Aku tahu kau hanya mencoba melindungiku dari apapun yang kau anggap berbahaya itu, tapi kau tahu kadang keputusan itu tidak berakhir baik. Aku, tidak mau kau melindungiku dengan mengorbankan orang lain." Richard menunduk sendu. "Semua ini hanya seperti permainan kata kau tahu? Melindungi atau dilindungi nyatanya lebih seperti omong kosong. Aku kehilangan orang yang aku sayangi karena dilindungi, dan aku kehilangan Redd karena melindungi. Apa bedanya itu?"
...