Aku berjalan cepat untuk masuk ke kamarku, Ketika sudah sampai di dalam kamar. aku menutup pintu ruangan dan langsung merebahkan tubuh di atas ranjang, aku memegang dadaku yang berdetak sangat kencang. karena ciuman tadi, aku langsung pergi dari hadapan Sang Raja dan berjalan cepat menuju kamar, aku tidak tau kenapa bisa seperti ini. Tapi aku hanya takut, takut jika ini adalah perasaan yang salah..
Aku menatap langit-langit kamarku, ketika itu juga aku langsung Tersenyum lagi. Aku membayangkan bagaimana sikap lembut sang Raja mampu membuat hatiku resah dan senang secara bersamaan.
Aku memiringkan tubuh ke arah kanan, dan menatap dinding. Seketika itu aku terkaget dengan sosok besar yang berdiri tanpa senyuman.
"Astaga! Panglima! apa yang kau lakukan disini?." aku bangun dari tidurku dengan cepat, lalu menatap matanya yang tetap datar tanpa ekspresi. Aku hampir saja kehilangan Jantungku karena keberadaan Panglima yang tiba-tiba bisa ada di kamarku.
"Aku sudah ada disini sebelum Yang mulia Puteri Masuk, Aku ingin menyampaikan beberapa hal. tapi tadi aku melihat Puteri sedang mengobrol dengan Raja Drakon, itu sebabnya aku menunggu di kamar." Panglima tetap berkata dengan nada datar, Tidak punya ekspresi yang berlebihan. Aku tidak tau bahwa Panglima bisa setenang ini saat sedang berbicara. Mungkin bukan tenang, tapi lebih tepatnya dia tegas atau semacamnya lah.
"Kenapa aku tidak lihat?." Tanyaku bingung, aku sudah berjalan perlahan ke dekatnya dan berdiri tepat di depan Panglima.
"Karena Puteri menatap kosong ke arah langit-langit dan tersenyum-senyum sendiri, Puteri juga tidak melihat ke sekeliling, langsung menidurkan tubuh begitu saja. Aku tidak bisa mengganggu aktivitas Puteri, jadi aku diam saja sampai Puteri Menyadari." kata Panglima lagi, aku yang mendengar hal itu hanya bisa menggaruk rambutku yang tidak gatal.
Aku jadi malu sendiri, terlihat sekali bahwa aku sangat teledor.
"Ada apa Kau kesini? Apakah ada hal penting?." Tanyaku.
"Ya Yang mulia Puteri, Besok adalah acara Penobatan anda sebagai Ratu kerajaan Centaurus. aku harap anda tidak lupa dengan hal itu." Katanya padaku, aku yang mendengar itu hanya mengangguk saja.
"Aku tidak lupa, Tapi Panglima.. Apakah kau yakin bahwa aku bisa menjadi seorang Ratu?." Tanyaku padanya, aku sudah duduk di sisi tempat tidur, Sedangkan Panglima masih berdiri tegap tanpa bergerak sedikitpun dari tempatnya.
"Jika Yang Mulia Raja Rendra sudah bertitah seperti ini, Maka dia yakin bahwa anda bisa menjadi Seorang Ratu dan keyakinan itu juga yang membuatku yakin untuk membimbing anda." Jawaban Panglima tidak membuatku senang, Panglima terlalu kaku dan aku jadi semakin bingung.
"Bagaimana jika aku memberikan Tahta ini sementara untuk Raja Drakon?." Kataku, Aku melihat ekspresi Panglima yang langsung berubah dan dia berkedip sebanyak dua kali. Aku yang melihat itu sedikit tau, pastilah Panglima akan menolak usulan ini.
"Maaf sebelumnya Yang Mulia Puteri Rosa, tapi aku rasa ini terlalu beresiko. Apalagi anda tau bahwa Raja Drakon baru saja menjadi suami dari Puteri Madeleine, Tentu kita tidak bisa sepenuhnya percaya untuk memberikan Tahta kerajaan Padanya." Kata kata panglima memang sedikit masuk akal, apalagi aku tidak tau apa yang membuat Raja Drakon mau menikahi Ibuku.
"Oh Ya Panglima, Tentang warisan yang akan di berikan pada Permaisuri? Itu bagaimana? bukankah Permaisuri ibu Ratu aku di penjara atas tuduhan pembunuhan Kakek?." Tanyaku, Aku sedikit menyingkirkan kesedihan dan mulai memikirkan tentang keadaan Kerajaan yang harus secepatnya di tata lagi.
"Itu keputusan ada di tangan anda Yang Mulia Puteri, setelah anda menjadi Ratu nanti. Hal pertama yang harus anda lakukan adalah memberikan keadilan." Aku terdiam sekali lagi mendengar perkataan Panglima, kenapa rasanya akan sangat sulit? Aku memikirkan banyak pekerjaan yang menanti saja sudah membuat kepalaku pusing, bagaimana nanti aku benar-benar berada di posisi itu? Ahh... bagaimana sekarang?.
Aku tidak mungkin menyerahkan kerajaan Pada Raja Drakon, dan aku juga tidak punya kekuatan untuk menghadapi konflik serta masalah, yang akan terjadi ketika aku menjadi Ratu nantinya.
"Panglima, Sudah berapa lama kamu menjadi tangan Kanan Kakekku?." Aku sengaja mengalihkan pembicaraan ke arah lain, aku hanya ingin tau apakah Panglima bisa membantuku dalam segala urusan kerajaan nantinya, aku juga harus tau seberapa setia Panglima akan berada di sampingku.
"10 tahun Puteri, semenjak ayahku meninggal dunia. Aku di berikan amanat untuk membantu Raja Tendean, lebih tepatnya aku dan seluruh keturunanku nantinya akan terus menjadi tangan kanan Raja atau Ratu di Kerajaan Centaurus. Ini sudah menjadi Sumpah dari Kakek buyut pendahulu." Kata Panglima, Aku yang mendengar cerita itu hanya mengangguk saja.
"Lalu? Berapa umurmu sekarang?." Tanyaku lagi, walaupun aku bertanya hal-hal pribadi, Sebenarnya aku hanya ingin tau seberapa lama lagi Panglima akan berada di sampingku..
"28 Tahun Puteri." Aku terkejut mendengar jawabannya, jika saat ini dua berumur 28 tahun. Berarti Dia menjadi Panglima sejak umur 18 tahun? Oh.. Luar biasa, di umurnya yang sangat muda itu dia sudah berada di posisi yang sangat tinggi, dan aku yakin dia juga sudah berperang banyak musuh..
10 tahun mungkin bukan waktu yang lama untuk melihat apakah Panglima bisa di percaya atau tidak, tapi mendengar perkataannya Tentang Kakek buyutnya yang memang sudah menjadi panglima di kerajaan Centaurus, membuatku sedikit yakin bahwa Mungkin aku bisa mempercayakan semuanya pada Panglima.
"Panglima, siapa Namamu?." Tanyaku lagi, Dia terlihat mengangkat sebelah alisnya. tapi buru-buru dia turunkan dan menunduk hormat lagi.
"Namaku Herold Leven." Ujarnya tegas.
"Oh, namamu bagus. Aku baru tau namamu setelah sekian lama aku melihatmu di kerajaan ini. Baiklah Herold, Sekarang kau akan menjadi tangan kananku dan membantu aku dalan mengurus segala macam keadaan di kerajaan Centaurus. Kau harus membantu, mengajari, dan selalu berada di sekitarku. aku tidak mau sampai kau mengeluh, Berkata tidak, dan juga meninggalkan aku di saat-saat yang tidak baik. Bagaimana? apakah kau bisa melakukanya?." aku sudah berdiri dan menatapnya dengan serius, sebenarnya aku tidak seserius itu. Tapi aku tetap harus memberikan wibawa sebagai seorang Calon Ratu di kerajaan ini.
"Dengan segala Hormat Yang Mulia Puteri Rosa Centifolia, Saya Herold Leven. Panglima kerajaan akan menjaga, Membantu, dan selalu berada di sisi anda.. baik itu susah maupun senang, Aku bersumpah atas darahku, segala keturunanku dan Para pendahuluku. Jika aku melanggar sumpah ini, maka aku siap di hukum Gantung." Kata kata Helord membuatku sedikit merinding..
Ah entah kenapa aku merasa bahwa Herold ini cukup perkasa dan berani, aku jadi merasa langsung terlindungi hanya dengan mendengar perkataannya. tak kusadari juga sudut bibirku naik ke atas membuat lengkungan indah..
Astaga Rosa! Ingatlah dia itu Panglima di kerajaan ini. apakah kau juga akan memuja laki laki ini? Hanya karena sudah memberikan rasa nyaman dan perlindungan? Besar sekali hatimu, Di satu sisi menyukai Raja Drakon dan di sisi lain kau mulai nyaman mendengar suara Panglima kerajaan.