webnovel

Rok Abu-Abu

Sheina adalah seorang gadis berambut panjang indah yang dikenal sebagai siswa berprestasi di sekolah. Parasnya yang elok dan hatinya yang lembut, mampu membuat dirinya disukai banyak orang. Meski begitu, di tengah kehangatan dia bersama teman-temannya, dia hanya menganggap dekat dengan satu teman perempuan, Anne. Anne, sesosok gadis yang tidak banyak berkawan dengan banyak orang. Dia sibuk dengan dunianya sendiri. Dunia yang senantiasa berwarna abu-abu sampai akhirnya dia bertemu dengan Sheina. Abu-abu itu perlahan menyisir, menyudutkan warna-warna baru. Banyak sisi kelam yang dia pendam. Satu sisinya yang lain, tidak boleh diketahui oleh siapapun, bahkan pada Sheina sekalipun. Ricky, lelaki idaman para siswi kecuali Anne, tentu saja. Namun tidak ada siapapun yang mengagumi Ricky lebih dari Sheina. Meski memiliki paras rupawan, dirinya tidak akan pernah melihat perempuan lain selain orang yang dicintainya. Siapakah perempuan beruntung itu?

AudreaAzna · LGBT+
Not enough ratings
2 Chs

Bab 1 - Mengapa Kertas itu menjadi Abu?

Anne menatap langit-langit kamarnya setelah dia tidak sanggup membaca bait demi bait buku fiksi yang dia pinjam dari perpustakaan sekolahnya. Ketidaksanggupannya bukan karena bahasa dari buku itu yang teramat sulit bagi anak seusia Anne, hanya saja... Entah ini sudah yang keberapa kali, Anne harus menutup telinganya dalam-dalam, menahan segala udara apapun yang menghantarkan suara teriakan-teriakan dari lantai bawah rumahnya. Ayah dan Ibunya memang selalu bertengkar hampir setiap hari. Semua itu disebabkan setelah beberapa tahun lalu, Ibunya memergoki Ayahnya sedang berkencan dengan tetangga rumahnya.

Sejak hari itu, tidak ada lagi perayaan ulang tahun untuknya. Tidak ada lagi acara sederhana untuk bersantap bersama di sebuah rumah makan. Tidak ada lagi peluk hangat untuk gadis kecil itu. Mereka sibuk menata hatinya masing-masing tanpa peduli bahwa gadis kecil itu juga terluka. Dan gadis kecil itu akan terus tumbuh dengan lukanya yang tak pernah ia obati sedikitpun. Gadis kecil itu, belum tahu bagaimana menempelkan plester luka untuk kertas yang robek. Usianya terlalu muda untuk menatap bara yang memberengus habis kertas putih dalam waktu yang tak lama.

Semuanya berubah. Canda riang dari anak-anak tetangga seperti ada yang kurang. Suara-suara itu, tidak menyisakan tempat bagi Anne untuk kembali bergabung. Kebalikannya, Anne hanya merenung di kamar dan berkabung pada hal yang sebenarnya tidak sepenuhnya dia mengerti. Kenapa dia harus melihat Ibunya terisak-isak di suatu waktu dan melihat Ayahnya murka lagi dan lagi. Kenapa pemandangan itu seolah menjadi hal biasa dan tidak membuatnya gentar. Anne bahkan tidak menitikkan airmata lagi, tidak seperti dahulu yang ketika itu terjadi, Anne menangis tersedu di pojok kamarnya dengan boneka kecil berbentuk koala.

Sejak saat itu, kertas kecil di hatinya tak lagi diwarnai dengan kerayon warna –warni. Dia telah menyala dengan sangat panas, membakar segala kenangan indah dirinya yang digendong di pantai dan berlarian mencari kerang. Oranye itu terlalu panas, sehingga mampu membakar kertas polos berwarna putih yang terlalu rapuh tanpa ada satupun sosok yang menjadi air. Bukan Ibunya, apalagi Ayahnya. Kini, semua yang tersisa hanya kertas yang menjadi abu.