webnovel

• Roceline - 6

Setelah pergi dari kantin. Mereka berjalan-jalan mengitari halaman sekolah. Tak ada yang mereka lakukan selain menaruh pandang ke sesuatu yang menurut mereka menarik.

Tak lama, laki-laki itu membuka pembicaraan.

"Hey, kita sudah beberapa kali bertemu. Kau tidak penasaran sama namaku?" tanya laki-laki itu dengan sambil menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari-jari nya. Ia juga memasang pose layaknya seorang model.

Kalau kayak gini siapa yang gak ketawa coba? Dengan pedenya dia berpose layaknya seorang model padahal sama sekali gak cocok. Ya, walaupun wajahnya tampan, dia kayaknya agak kaku.

"Hmhhh" Line mencoba menahan tawanya. Ia menutup mulutnya dengan tangannya. "Hehe, dengar ya. Kita bertemu beberapa kali itu hanya kebetulan aja. Kenapa jadi kayak gini sih? Lucu tau."

Laki-laki itu bahagia karena ia pikir ia berhasil membuat perempuan yang ia sukai kembali gembira.

"Mau tau gak?" tanyanya sambil tersenyum.

"Iya deh, siapa nama kamu?"

'hahh... 'kamu'? aku gak pernah dipanggil dengan sebutan 'kamu' oleh cewek. semuanya manggil aku pake 'kau' atau 'woy'. ish yang gak ada sopan-sopannya' batin laki-laki itu.

"Ehkhem... Perkenalkan nama ku Lucky. Kamu bisa panggil aku Kiky." Ntah apa yang buat si Lucky ini begitu bahagia. Padahal hanya nyebutin nama aja mulutnya terbuka lebar.

Saat melihat Lucky, ia merasa sebuah cahaya tengah membuat suatu filter yang membuat wajah Lucky semakin tampan. Seorang laki-laki yang sikapnya cenderung gak care sama orang lain itu ternyata bisa buat Line bahagia ya?Anehnya, malah dia yang mendatangi Line.

Line lalu meraih tangan Lucky, lalu merangkulnya. Tentu saja, Lucky yang 'kang baper' auto merah padam mukanya.

"Kamu kenapa? Koq merah sih muka kamu? Gak sakit kan?" tanya Line sambil memberhentikan langkah kakinya.

"Iya, aku gak sakit koq." ucap Lucky. Wajahnya mencerminkan perasaan canggung karena di rangkul oleh cewek cantik seperti Line.

Mereka kembali melangkah dan Line berkata "Nama ku Roceline. Kamu bisa panggil aku Line. Aku telah ditelantarkan oleh orang-orang bodoh gak guna-" Pas-pasan Line melihat orang-orang bodoh itu disana, ia lalu berkata "yang lagi nongkrong di pojokan sana itu." Line dengan jelas menunjuk ke arah sekelompok cewek yang sedang nongkrong di parkiran sekolah.

Salah satu dari orang bodoh itu kebetulan melihat ke arah Line. Lalu berbicara dengan orang bodoh lainnya.

Tak disangka mereka sekarang berjalan dengan tempo yang agak cepat ke arah Line dan Lucky. Tentu saja wajah mereka mencerminkan kejahatan, kebencian, kekejian.

"Hei Kiky. Kamu kalo lari laju gak?"

"Hah?"

"Ayo, lari!!!" Line menarik tangan Lucky dan berlari sekuat tenaga.

'haduh... gak nyangka nih cewek laju banget larinya." Serius. Aku yakin pasti Kiky puyeng.

"huh... huh... huh... fyuuuhh... bhwahahahaha" Line tertawa lebar saat berhasil menghindar dari sekelompok orang bodoh tadi.

Lucky yang keheranan bertanya sambil ngos-ngosan "Huh... huh... Kamu... kamu kenapa sih?"

"Gak liat ya ad-"

Ting ding ding ding...

SAATNYA MASUK KELAS.

JAM PELAJARAN AKAN SEGERA DIMULAI.

SIAPKANLAH DIRIMU DAN TETAP SEMANGAT.

"Lah? Kapan-kapan aja ya ceritanya. Byebye Kiky" ucap Line sambil melambaikan tangannya.

Line jaraknya udah agak jauh, Kiky lalu bergumam "Senyum manis mu selalu membuatku ingin terus bersama mu. Teruslah bahagia, Line. Jangan biarkan hari-hari mu kamu lewati dengan kebencian aja. Itu akan sia-sia."

Setelah itu Kiky berlari ke kelasnya.

---

Di kelas Line...

'wah... ada juga orang yang baik banget sama aku.' Saking senangnya, Line tak sadar bahwa semua orang tengah memperhatikan dirinya yang sedang senyum-senyum sendiri.

'ini beneran Line ya? Line dari tadi senyum-senyum sendiri lho.'

'tak kusangka, Line rupanya manis ya.'

'gak hanya manis. cantik juga eee.'

Kalo itu yang positif a.k.a memuji.

Ini ada yang versi negatifnya.

'ish liat deh dia senyum-senyum sendiri. kayak orang gila.'

'ih, dia kenapa sih senyum-senyum?pasti mau caper.'

'ish ada orang gila wak.'

Line tiba-tiba tersadar karena desis-desis suara parau itu semakin lama semakin terdengar jelas. Ia lalu memutar badannya ke kiri dan ke kanan. Ia memperhatikan orang-orang yang disekitarnya dengan perasaan heran.

'ada apa sih?'